- Laporan Praktikum Desinfektan
- I. TUJUAN
- Mengenal berbagai jenis desinfektan.
- Mengetahui kekuatan suatu desinfektan dalam mematikan maupun menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
- II. DASAR TEORI
- Fenol dan persenyawaan penolat
- Alkohol
- Hidrogen
- Logam berat dan persenyawaannya
- Detergen
- Aldehid
- Kemosferilisator gas
- Oxidator
- Aerosol
- Yodium
- Zat warna
- Preparat Chlor
- Sabun
- Garam atau basa yang kuat dengan komponen-komponen ammonium yang terdiri dari empat bagian.
- Adanya unsur radikal dalam gram atau basa tersebut.
- Radikal merupakan golongan alifat dan asam sulfat (Dwidjoseputro,1984).
- III. MATERI DAN METODE
- Alat dan Bahan
- Desinfektan
- Cawan Petri
- Tabung Reaksi
- Aquades
- Medium NA
- Kapas Steril
- Pembakar Bunsen
- Inkubator
- Cara Kerja
- Tangan Dicuci dengan air kran kemudian diolesi kapas steril.
- Kapas dimasukkan kedalam 2 tabung berisi aquades steril, dari tabung ke-1 diplanting sebanyak 0,1ml ke dalam medium PCA.
- Tabun ke-2 diplanting 0,1ml ke medium PCA.
- Tangan desinfeksi dengan desinfektan yang ada selanjutnya lakukan cara yang sama seperti cara kerja 2 dan 3.
- Sampel diinkubasi 2X24 jam pada suhu 37 C.
- I. URAIAN HASIL PRAKTIKUM
- A. Hasil Praktikum
- B. Evaluasi Hasil Praktikum
- Harus bersifat mikrobial
- Stabil
- Mudah homogen
- Tidak beracun pada manusia
- Aktif pada suhu kamar
- Tidak menimbulkan karat
- Dapat menghilangkan bau
- Bersifat sebagai detergen
- Tidak mudah bereaksi dengan tanah organik
- Kadar Desinfektan
- Waktu yang Diberikan Kepada Desinfektan Untuk Bekerja
- Suhu Desinfektan
- Keadaan Medium sekeliling
- Kerusakan pada dinding sel
- Perubahan permeabilitas sel
- Perubahan molekul protein
- Penghambat kerja Enzim.
- Desinfektan adalah agen atau zat kimia yang digunakan untuk proses desinfeksi.
- Desinfeksi adalah yang bersifat membunuh, mencegah atau memindahkan mikroba.
- Mekanisme pertumbuhan desinfektan terhadap mikroorganisme adalah sebagai berikut:
- Kerusakan pada dinding sel
- Perubahan permeabilitas sel
- Perubahan molekul protein
- Penghambat kerja Enzim.
- Dalam praktikum ini desinfektan yang kami gunakan yaitu sabun tidak dapat mematikan bakteri seratus persen karena masih ditemukan beberapa bakteri.
- Sabun adalah ikatan antara Natrium atau Kalium dengan asam lemak tinggi dan bersifat germicida walaupun tidak begitu kuat, misalnya terhadap Pneumococcus dan Streptococeus, sedangkan bakteri-bakteri lainnya lebih tahan.
Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai berbagai macam senyawa kimia baik organik maupun anorganik bersifat racun terhadap jasad renik. Sehubung dengan itu usaha manusia dalam mengatasi jasad renik. Penyebab penyakit banyak dilakukan menggunakan bahan kimia. Senyawa kimia yang mematikan jasad renik disebut dengan disinfektan. Disinfektan adalah zat kimia yang mematikan sel vegetatif tetapi belum tentu mematikan bentuk mikroorganisme penyebab suatu penyakit. Beberapa kelompok utama disinfektan yaitu:
Cara kerja zat-zat kimia dalam mematikan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme berbeda-beda antara lain dengan merusak dinding, mengubah permeabilitas sel, menghambat kerja enzim, menghambat seintesis protein, dan asam nukleat dan sebagai anti metabolik.
Disinfektan digunakan untuk mengendalikan pertumbuhan dan kontaminasi dengan mikroba. Pengendalian yang dimaksud yang dimaksud artinya semua kegiatan yang dapat membunuh, menghambat, dan sebagai anti metabolik.
Mikroorganisme yang dihambat mempunyai proses penghambatan yang sama dan perbedaannya adalah sifat resisten yang berbeda-beda antara lain mikroorganisme satu dengan yang lainnya. Sifat resisten ini dapat dipengaruhi oleh kandungan lipid pada membran selnya. Teknik dan cara-cara yang digunakan dapat dengan cara fibrik atau kimiawi diantaranya dapat menggunakan senyawa-senyawa fenolik, alcohol, chlor, iodium, dan senyawa-senyawa lain yang mempunyai ciri komposisi molekuler yang dapat menyebabkan terjadinya reaksi.
Disinfektan merupakan proses yang mematikan semua mikroorganisme patogen dengan cara kimiawi atau fisik. Disinfeksi mempunyai daya kerja terhadap vegetatif dari mikroorganisme, tetapi belum tentu mematikan sporanya, sedangkan antiseptis merupakan proses yang mencakup inakvikasi atau mematikan mikroorganisme dengan cara kimiawi. Antiseptik dapat bersifat bakterisidal atau bakteri kostatik. Proses bakteri kostatik hanya menghentikan pertumbuhan bakteri. Istilah disinfeksi dan antiseptis secara umum sulit dibedakan, sehingga penggunaanya boleh dikatakan sinonim.(Lay,1990)
Komponen-komponen disimpektan terdiri dari:
Menurut Pelzar dan Chan menyatakan bahwa bakteri yang lebih muda kurang daya tahannya terhadap, disinfektan jika dibandingkan bakteri yang luar yang memberikan hasil zona hambat yang terbentuk. Hal ini juga sesuai dengan sifat dari dinding sel dari bakteri.
Struktur dinding bakteri gram positif adalah tebal dan berlapis tunggal dengan kandungan peptidoglikan yang tinggi serta lebih resisten terhadap gangguan fisik maupun kimia dibandingkan dengan struktur dinding sel dari kedua jenis bakteri ini jelas berbeda karena bakteri gram negatif. Permeabilitas dinding sel dari jenis bakteri ini jelas berbeda karena bakteri gram negatif mengandung peptidoglikan lebih sedikit sehingga memiliki pori-pori yang besar dibanding gram positif sehingga bakteri gram positif lebih rentan terhadap antibiotik. (Lehninger, 1982)
Rusaknya membran sitoplasma berkaitan dengan tegangan permukaan yang mempengaruhi lapisan / membran sel dari bakteri yang bersifat elatis. Tegangan permukaan tersebut akan diteruskan kedalam membran sitoplasma kemudian sel beradaptasi di dalamnya. Adanya diinfeksi yang bersifat bakteri ostatik merubah tegangan permukaan yang ada sehingga bakteri tidak dapat menyesuaikan diri dan terhambat pertumbuhannya.
Salah satu cara pengujian desinfektan yang umumnya dipakai di laboratorium dalah metode pengeceran dimana kekuatan desinfektan dinyatakan dengan koefisien fenol. Metode koefisien fenol merupakan uji yang telah dibukukan dengan baik. Dalam metode ini, mikroorganisme uji dimasukkan dalam larutan fenol murni dan larutan zat kimia yang akan di evaluasi pada berbagai taraf pengenceran. Koefisien fenol dinyatakan sebagai suatu bilangan dan dihitung dengan cara membandingkan aktivitas suatu larutan fenol dengan pengenceran terhadap aktivitas larutan zat kimia dengan pengenceran tertentu yang sedang diuji.(Schlegel dan Schmidt,1994)
1) Kontrol
Terdapat koloni yang jumlahnya lebih sedikit dari hasil yang dilakukan desinfektan.
2) Air kran
Terdapt dua jenis koloni berwana agak putih dan berwarna kuning.
3) Desinfektan (Lifebouy)
Terdapat bakteri dalam satu koloni yang brejumlah paling banyak dan berbentuk bintik-bintik.
Desinfekatan merupakan suatu unsur kimia yang digunakn untuk mematikan jasad renik pada permukaan, tetapi terlalu beracun untuk dipakai langsung pada jaringan. Penggunaan desinfektan harus memperhatikan sifat beracun atau tidaknya bahan tersebut pada jaringan menyebabkan rasa sakit atau tidak, memakan logam atau tidak, dan stabil atau tidak stabil.
Mikroorganisme yang ada di sekitar kita dapat menyebabkan banyak bahaya, penyakit dan kerusakan. Mikroorganisme tersebut disingkirkan atau dihambat pertumbuhannya atau bisa dibunuh. Salah satunya dengan bahan kimia yang disebut desinfektan. Bahan anti mikrobial kimia tersebut dapat dikelompokkan menjadi tujaun golongan utama yaitu fenol dan persenyawaannya, alkohol, halogen, logam berat dan persenyawaanya, detergen, aldehida, dan kemosterilisator gas. Namun yang digunakkan dalam praktikum mikrobiologi yaitu alkohol 70%, antis, hand soap cair, sabun sirih, detol cair, tisu basah, sabun. Dalam praktikum kali ini kelompok kami mendapat bagian sabun lifebuoy sebagai desinfektan.
Sabun adalah ikatan antara Natrium atau Kalium dengan asam lemak tinggi dan bersifat germicida walaupun tidak begitu kuat, misalnya terhadap Pneumococcus dan Streptococeus, sedangkan bakteri-bakteri lainnya lebih tahan. Sabun juga menyebabkan menurunnya tegangan permukaan, sehingga mikroba mudah terlepas dari kulit atau pakaian. Berbagai zat yang bersifat germicida sering ditambahkan pada sabun. (Indah, 2003)
Ciri-ciri desinfektan yang ideal adalah sebagai berikut :
10. Harganya harus lebih murah dan terjangkau
11. Kemampuan untuk menembus kelarutan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja desinfektan diantaranya yaitu:
Konsentrasi desinfektan tergantung pada bahan yang akan didesinfektan dan pada organisme yang akan dihancurkan. Konsentrasi yang tinggi dapat membunuh mikroorganisme tetapi jika kosentrasi rendah maka hanya sebatas menghambat pertumbuhannya saja tidak mampu mematikan.
Waktu yang diperlukan mungkin dipengaruhi oleh banyak variabel, tetapi waktu yang cukup bagi desinfeksi untuk bekerja sangat membantu dalam menghambat atau membunuh mikroba.
Semakin tinggi suhunya maka kerja desinfektan semakin cepat
Dan meningkat.
Ph dan adanya benda asing yang mungkin dapat mempengaruhi kerja desinfektan disamping itu juga pengaruh dari jumlah dan tipe mikroorganisme yang ada dan keadaan desinfeksi.
Mekanisme pertumbuhan desinfektan terhadap mikroorganisme adalah sebagai berikut :
Struktur dinding sel dirusak dengan cara menghambat pembentukannya atau mengubahnya setelah selesai membentuk.
Permeabilitas sel dirusak sehingga pertumbuhan sel terhambat dan sel akan mati.
Protein akan terdenaturasi dan asam-asam nukleat rusak tanpa adanya perbaikan strukturnya kembali seperti semula.
Reaksi biokimia terhambat dan menyebabkan metabolisme terganggu atau sel akan mati.
Dalam praktikum ini desinfektan yang kami gunakan yaitu sabun tidak dapat mematikan bakteri seratus persen karena masih ditemukan beberapa bakteri.
KESIMPULAN
DAFTAR REFERENSIDwidjoseputro, D. 1984. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Surabaya Entgang, Indah. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung Fardiat, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Jawetz, MD Ernest. 1986. Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta Kusharyanti, Dyah Fitri. 2008. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Fakultas Biologi Unsoed. Purwokerto Lay, Bibian. 1990. Mikrobiologi. Rajawali Press. Jakarta Lehninger. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid I. Erlangga. Jakarta Miller, Larussa DJ dan Deinzer ML. 1982. The Acute Toxic Ity of Monochloropredixin and Beand H. Hidroxy Namochlora Diphenil Eter In Mice Toxica, Environ Health; 10 (4-5): 699-797 Pelazar, MJ. Dan Ecs Chan. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi 2. UI Press. Jakarta