Bandung (BB) -- Profesi berdagang ditekuni sebagian besar masyarakat Indonesia. Salah satu profesi pedagang yang saat ini mulai termarginalkan, yaitu pedagang rujak bebek. Padahal, dari berjualan rujak bebek, salah satu pedagang asal Tasikmalaya bisa mendapatkan penghasilan yang lebih besar daripada pekerjaan utamanya.
Uud (44 tahun) tampak semangat menumbuk buah-buahan dan berbagai bumbu seperti gula merah dan cabai rawit. Panasnya udara Pangandaran, tak menyurutkan semangatnya untuk berjualan. Ia menuturkan, profesi ini hanyalah sampingan yang telah dijalani sejak tahun 1975, sejak lulus dari Sekolah Rakyat.. Sebenarnya, profesi utama Uud adalah berjualan pakaian.
Dulu, sebelum berjualan di Pangandaran, Uud sempat “ngider” di Tasikmalaya, membawa bakul rujak bebeknya. Tapi, sekitar tahun 1984, Uud pun hijrah ke Pangandaran karena melihat potensi berjualan yang lebih besar. Sejak pukul 9 pagi hingga 4 sore, Uud berkeliling Pangandaran, menawarkan jajanan yang segar dan pedas tersebut.
Dari profesinya ini, Uud bisa memperoleh penghasilan hingga 400.000 rupiah dalam sehari. Jika dikurangi modal yang harus dikeluarkan, dalam sehari Uud mendapatkan keuntungan 200.000 rupiah. Jumlah keuntungan yang diperoleh Uud dari berjualan rujak bebek, ternyata jauh lebih besar dibandingkan keuntungannya berjualan baju. “Kalau jualan baju mah banyak yang kredit ataupun ngutang, jadi keuntungannya sedikit,” ujar Uud sambil mengiris-iris buah kedondong. Meski saat ini usaha jualan baju yang ditekuninya telah merambah Kota Lampung, Uud tetap mengandalkan keuntungan dari berjualan rujak bebek.
Untuk mempertahankan penghasilannya, Uud pun terpaksa harus hidup jauh dari keluarganya. Uud pulang ke Tasikmalaya dalam jangka waktu sebulan sekali. Sedangkan untuk mengevaluasi dagangannya di Lampung, Uud biasanya pergi ke kota di Pulau Sumatera tersebut 3 bulan sekali.
Dari hasil berjualan rujak bebek, Uud bisa menyekolahkan anaknya hingga ke perguruan tinggi. Saat ini, pria lulusan Sekolah Rakyat atau SR ini, memiliki 3 orang anak. Anak pertamanya sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi, anak keduanya di STM, dan anak ketiganya di Sekolah Dasar.
Upaya untuk menyekolahkan anak dan menghidupi keluarganya tidak hanya dilakukan Uud. Istri Uud kini pun berjualan mie ayam dan baso di Tasikmalaya, untuk membantu penghidupan keluarga tersebut.
Uud (44 tahun) tampak semangat menumbuk buah-buahan dan berbagai bumbu seperti gula merah dan cabai rawit. Panasnya udara Pangandaran, tak menyurutkan semangatnya untuk berjualan. Ia menuturkan, profesi ini hanyalah sampingan yang telah dijalani sejak tahun 1975, sejak lulus dari Sekolah Rakyat.. Sebenarnya, profesi utama Uud adalah berjualan pakaian.
Dulu, sebelum berjualan di Pangandaran, Uud sempat “ngider” di Tasikmalaya, membawa bakul rujak bebeknya. Tapi, sekitar tahun 1984, Uud pun hijrah ke Pangandaran karena melihat potensi berjualan yang lebih besar. Sejak pukul 9 pagi hingga 4 sore, Uud berkeliling Pangandaran, menawarkan jajanan yang segar dan pedas tersebut.
Dari profesinya ini, Uud bisa memperoleh penghasilan hingga 400.000 rupiah dalam sehari. Jika dikurangi modal yang harus dikeluarkan, dalam sehari Uud mendapatkan keuntungan 200.000 rupiah. Jumlah keuntungan yang diperoleh Uud dari berjualan rujak bebek, ternyata jauh lebih besar dibandingkan keuntungannya berjualan baju. “Kalau jualan baju mah banyak yang kredit ataupun ngutang, jadi keuntungannya sedikit,” ujar Uud sambil mengiris-iris buah kedondong. Meski saat ini usaha jualan baju yang ditekuninya telah merambah Kota Lampung, Uud tetap mengandalkan keuntungan dari berjualan rujak bebek.
Untuk mempertahankan penghasilannya, Uud pun terpaksa harus hidup jauh dari keluarganya. Uud pulang ke Tasikmalaya dalam jangka waktu sebulan sekali. Sedangkan untuk mengevaluasi dagangannya di Lampung, Uud biasanya pergi ke kota di Pulau Sumatera tersebut 3 bulan sekali.
Dari hasil berjualan rujak bebek, Uud bisa menyekolahkan anaknya hingga ke perguruan tinggi. Saat ini, pria lulusan Sekolah Rakyat atau SR ini, memiliki 3 orang anak. Anak pertamanya sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi, anak keduanya di STM, dan anak ketiganya di Sekolah Dasar.
Upaya untuk menyekolahkan anak dan menghidupi keluarganya tidak hanya dilakukan Uud. Istri Uud kini pun berjualan mie ayam dan baso di Tasikmalaya, untuk membantu penghidupan keluarga tersebut.
(C-002) file Bisnis Bandung ed.7 bln. Februari 2011