Sidat Kita |
Ikan sidat (Anguila) merupakan salah satu komoditas laut yang sangat diminati oleh Jepang terutama sidat jenis bicolor. Pangsa pasar utama sidat adalah Jepang dan Korea. Namun untuk dapat menembus pasar kedua negara tersebut, khususnya Jepang, kualitas sidat yang akan diekspor harus bisa memenuhi standar persyaratan pasar Jepang. Oleh karena itu Pemerintah Indonesia melakukan kerjasama teknologi pembudidayaan sidat dengan Jepang.
Hal itu disampaikan oleh, Kepala Balai Layanan Usaha (BLU) Produksi Perikanan Budidaya Karawang, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Made Suitha, di Karawang Jawa Barat. “Kerjasama dengan Jepang adalah utamanya dalam rangka pengembangan ikan sidat. Kita kerjasama dengan Jepang karena pangsa pasar sidat ini utamanya memang Jepang dan yang kedua Korea dimana untuk pasar jepang ini memiliki persyaratan mutu tertentu, jadi kualifikasi mutu ini sangat detil yang dipersyaratkan oleh pasar Jepang Oleh karena demikian dalam rangka memenuhi mutu ini kita bekerjasama dalam pengembangan teknologinya untuk mencapai standar mutu yang diinginkan oleh mereka” . ujar Made Suitha.
Lebih jauh Made Suitha menjelaskan persyaratan sidat atau dikenal dengan nama unagi yang dipersyaratkan Jepang ini memang sangat detil. “ Persyaratan mutu ini rigid sekali dimana misalnya adalah dari segi warna, dari segi kekenyalan kulit kemudian lebih detil lagi kadar lemak yang mereka rekomendasikan atau dibolehkan masuk memasuki pasar yang standar mutu-nya sangat ketat disamping unsur-unsur lainnya” kata Made Suitha.
Untuk pengembangan teknologi budidaya sidat, KKP melakukan kerjasama dengan BAN Corporation (Perusahaan Jepang yang bergerak dibidang perikanan). Menurut Made sampai saat ini pengembangan teknologi belum dilakukan karena kerjasama baru berjalan tiga bulan. Dikatakannya, kerjasama baru dilakukan pada tahap perancangan sistem untuk pendederan hingga budidaya.
“Dari hasil kerjasama ini kita bisa mengadopsi teknologi yang mereka standarkan. Seperti yang sudah diketahui dilapangan mereka memang menghendaki indoor sistem, dengan indoor sistem ini seluruh sistem terkendali dengan baik sehingga seluruh aspek-aspek yang berkaitan dengan pengendalian tentu bisa dikendalikan dengan baik, karena ini persyaratan dari buyer jepang maupun korea” jelas Made.
Pangsa pasar Jepang untuk sidat mencapai 100 ribu ton/tahun. Menurut Made Suitha, permintaan Jepang ke Indonesia yaitu sekitar 50 ribu ton/tahun untuk memenuhi bahan baku industri Jepang. Jika setengahnya saja dari permintaan tersebut terpenuhi, maka devisa yang dihasilkan cukup besar mengingat harga unagi cukup tinggi yaitu sekitar 60 ribu/kg.
“Ya ini artinya pangsa pasar dunia nah kalo Indonesia mampu seperempatnya saja ini sudah luar biasa. anggaplah seperti jika kita menghitung pasar lokal saja disini dengan harga rata-rata misalnya 60 ribu/kilo sudah dapat diperhitungkan potensi devisa yang bisa kita hasilkan kalo kita bisa memenuhi sekitar 25 ribu ton saja dalam setahun ya sudah cukup besar” , jelas Made Suitha.
Pemerintah Indonesia juga memberikan kesempatan kepada para investor asing untuk berinvestasi di Indonesia. Sehingga saat ini Indonesia tidak lagi mengekspor benih namun mengijinkan importir untuk mengimpor benih ke Indonesia
By. Sidat Kita