INDRAMAYU – Industri garam rakyat di daerah sentra produksi garam seperti di Kecamatan Losarang, Kandanghaur dan Krangkeng Kab. Indramayu, Jawa Barat mati suri. Hal itu akibat anomali iklim alias iklim yang tak menentu .
Ribuan petani garam di Indramayu saat kondisi cuaca normal biasanya mampu memproduksi garam hingga mencapai ratusan ribu ton, namun pada saat ini praktis menganggur. Hal ini disebabkan lantaran curah hujan, dalam setahun terakhir, cukup tinggi. Sehingga cuaca itu sama sekali tidak mendukung produksi garam rakyat. Padahal, industri garam rakyat itu selama proses produksi sangat membutuhkan sinar matahari yang terik.
Sukamto, 49, petani garam di Kecamatan Kandanghaur, Rabu (16/2) mengemukakan, sepanjang musim kemarau tak satu hektar pun ladang penggaraman rakyat yang mampu menghasilkan garam.
Kondisi demikian, dialami pula petani garam di Kecamatan Losarang. Menurut petani garam asal Losarang, Asmadi, 32, di Kecamatan Losarang terdapat lebih dari 13 ribu warga yang berprofesi sebagai petani garam. NAmun selama setahun terakhir, tak segenggam garam yang bisa diproduksi petani.
Asmadi menyebutkan, pada saat cuaca normal, seorang petani dapat memproduksi garam sampai 2 ton sehari. Namun sekarang, saat cuaca sering hujan, petani tak mampu memproduksi garam. Untuk bertahan hidup karena hilangnya pendapatan, banyak keluarga petani garam yang terlilit hutang rentenir.
Karena itu banyak petani garam berharap kepada pemerintah agar membantu permodalan sebagai persiapan memulai produksi garam pada musim kemarau tahun 2011.
Sementara itu, Kadis Koperasi, Usaha Kecil Mikro dan Indag H. Warjo, SH, membenarkan Kabupaten Indramayu termasuk salah satu kabupaten di Pulau Jawa yang tercatat sebagai daerah sentra produksi garam. Memasuki musim kemarau tak seorang pun petani yang mampu memproduksi garam. (poskota)
Kondisi demikian, dialami pula petani garam di Kecamatan Losarang. Menurut petani garam asal Losarang, Asmadi, 32, di Kecamatan Losarang terdapat lebih dari 13 ribu warga yang berprofesi sebagai petani garam. NAmun selama setahun terakhir, tak segenggam garam yang bisa diproduksi petani.
Asmadi menyebutkan, pada saat cuaca normal, seorang petani dapat memproduksi garam sampai 2 ton sehari. Namun sekarang, saat cuaca sering hujan, petani tak mampu memproduksi garam. Untuk bertahan hidup karena hilangnya pendapatan, banyak keluarga petani garam yang terlilit hutang rentenir.
Karena itu banyak petani garam berharap kepada pemerintah agar membantu permodalan sebagai persiapan memulai produksi garam pada musim kemarau tahun 2011.
Sementara itu, Kadis Koperasi, Usaha Kecil Mikro dan Indag H. Warjo, SH, membenarkan Kabupaten Indramayu termasuk salah satu kabupaten di Pulau Jawa yang tercatat sebagai daerah sentra produksi garam. Memasuki musim kemarau tak seorang pun petani yang mampu memproduksi garam. (poskota)