Rabu, 16 Februari 2011

Musim Rajungan, Nelayan Tradisional Berlomba Raup Untung

Rembang-Menjelang berakhirnya musim baratan, nelayan tradisional rela melaut meski harus berangkat pukul tiga dini hari. Pasalnya saat meredanya ombak besar mulai muncuol ribuan rajungan, membuat nelayan berlomba menangkapnya.


Soleh, nelayan tradisional warga Kelurahan Gegunung Wetan Kecamatan Rembang, mengatakan, seperti biasa menjelang berakhirnya musim baratan, dipastikan akan muncull rajungan di tengah laut. Oleh karena itu meski harus menerjang ombak yang masih tergolong besar, Soleh dan rekan-rekannya tetap nekad melaut.


Menurut Soleh, kelompoknya berangkat melaut pukul tiga dinihari, dan kembali ke darat sekira pukul sebelas, area tangkapan kisaran perairan Rembang. Namun jika menjaring rajungan hingga perairan Tayu-Pati, baru kembali ke rumah sekira pukul satu siang.


Soleh menambahkan, nelayan tradisional tentu saja tidak ingin mensia-siakan musim rajungan kali ini karena harga jualnya cukup tinggi. Pengepul sanggup membeli berapapun banyaknya komoditas laut mirip kepiting itu seharga Rp 40 ribu per kilogram. Kelompok Badri selama sepuluh hari terakhir melaut, rata-rata membawa pulang rajungan sebanyak 20 kilogram.


Terpisah, Sujiran pengepul ikan warga dukuh Jarakan Desa Sukoharjo Kecamatan Rembang menuturkan, para pengepul berani membeli rajungan dalam kaeadaan utuh sebesar Rp 40 ribu, karena harga jual dalam kondisi kupas juga cukup tinggi. Daging rajungan kupas dibeli pabrikan pengolahan di Semarang, antara Rp 60 hingga Rp 70 ribu per kilogram.


Dengan melibatkan sepuluh orang tenaga buruh kupas kulit rajungan, Sujiran dalam sehari rata-rata mengirim daging rajungan ke pabrik mencapai dua kwintal. Dia prediksi panen rajungan berakhir bulan Februari ini, bertepatan usainya musim baratan.

◄ Newer Post Older Post ►