Tahun 2009 telah dicanangkan sebagai tahun industri kreatif. Maklum, belakangan industri kreatif kian dihargai di Indonesia. Ya, sejak 2008 lalu, industri kreatif kerap didengung-dengungkan sebagai alternatif bagi Indonesia agar bisa keluar dari krisis ekonomi.
Tidak dipungkiri, geliat industri kreatif memang sangat terasa belakangan ini. Jenis-jenis profesi baru bermunculan, seperti penata panggung, presenter, event organizer, disc jockey, mentalis, penari latar, komedian.
Media massa, cetak maupun elektronik, dijejali informasi seputar selebriti. Berbagai ajang pemberian penghargaan untuk berbagai karya, dari film ke iklan, dari fotografi ke musik, dari tata rias ke kontes kecantikan, ada di mana-mana.
Sukses film Ayat-Ayat Cinta dan Laskar Pelangi merupakan pertanda kebangkitan industri kreatif ini. Begitu juga dengan kian ketatnya persaingan pada pentas industri musik. Satu minggu, bisa puluhan band lahir. Bahkan membuat kita sulit mengingat nama grup-grup pemusik dan lagu yang mereka bawakan.
Di layar kaca pun sama. Tayangan sinetron kian banyak menjejal layar kaca. Saking banyaknya, kita sebagai pemirsa televisi menjadi sulit membedakan secara jelas judul dan isi berbagai sinetron dalam tayangan televisi kita.
Ragam acara pun lahir. Meski sayangnya, kekhawatiran melahirkan jenis tayangan baru, membuat layar kaca marak dengan keseragaman. Satu acara sukses, diikuti dengan tayangan lain yang formatnya tidak jauh beda dengan yang sudah ada.
Perfilman dan musik memang menjadi sektor unggulan di industri hiburan. Film dan musik memang memiliki peluang besar dalam menghasilkan pendapatan bagi negara.
Kontribusi industri kreatif pada produk domestik bruto (PDB) diharapkan tetap besar, walaupun ancaman krisis finansial global tetap menghantui.
"Jika tahun ini (2008) mencapai 6,3% kontribusinya, kami harapkan dapat lebih besar pada tahun depan (2009). Paling tidak enam persen," kata Menteri Perdagangan Marie Elka Pangestu, di sela jumpa pers Tahun Indonesia Kreatif, di kantor Depdag, Jakarta, Desember silam.
Dia mengatakan, pasar dari industri kreatif ini sebanyak 47% dari total penduduk Indonesia, yakni 143,8 juta. "Ada 47% atau sekira 143,8 juta penduduk Indonesia yang berusia di bawah 29 yang merupakan potensi pasar sekaligus pelaku," ujarnya.
Industri musik tercatat sebagai industri ekonomi kreatif yang tumbuh paling cepat sekitar 18%. "Industri musik ini tumbuh paling cepat, sampai 18%. Padahal yang lain hanya di bawah 10%," katanya.
Sayangnya, pembajakan sampai saat ini tidak kunjung reda. Bahkan, menurut Sekretaris Jenderal Gabungan Anti Pembajakan (GAP), Rahayu Kertawiguna, pada 2009 pembajakan masih terus marak.
"Kalau tidak ada upaya serius dari segala pihak untuk memberantas pembajakan, maka pembajakan akan mengganggu keinginan pemerintah untuk mendapatkan pendapatan dari industri kreatif dari bidang musik," katanya.
Karena itulah, ungkapnya, terkait dengan pemilihan umum, dia berharap para calon legislator yang akan 'bertempur' saat kampanye di pemilihan umum mendatang dengan beragam materi kampanyenya memasukan juga isu pembajakan.
Adrie Subono, promotor artis mancanegara, termasuk yang bersemangat menyambut pemilu. Meski ada kekhawatiran, bos Javamusikindo ini mengaku masih punya program konser musik pada Maret sampai April mendatang. Artinya penyelenggaraan pesta rakyat lima tahunan ini bukan alasan bagi dia untuk tidak mendatangkan artis dari luar negeri.
"Saya optimistis pemilu kali ini insya Allah aman," ujar pria yang gemar berkostum hitam ini.
Lebih jauh soal pemilu, Adrie punya patokan sendiri untuk menentukan pilihannya. Seperti memilih musisi, dia juga akan mencoblos calon anggota legislatif yang memiliki kredibilitas.
Bagi dia, industri musik yang punya peluang besar untuk menghasilkan pendapatan bagi negara memang amat penting untuk menjadi perhatian bagi birokrat yang terpilih dalam Pemilu 2009.
Pemilu pun menjadi tema yang menarik untuk diangkat sebagai karya lagu. Kelompok musik Jamrud, misalnya. Dalam album New Performance 2009, kelompok musik asal Cimahi, Bandung itu menyelipkan dua lagu yang semuanya berpesan agar, politisi mendatang jangan asal dapat kursi saja, tanpa melakukan apa-apa. Dua lagu itu adalah, Mimpi Jadi Presiden dan 1 + 2 + 3 = Gila.
"Kami ingin memberi pesan kepada masyarakat, agar jangan salah pilih dalam pemilu mendatang, tentu pesan itu disampaikan dengan gaya kami, lewat bahasa musik," ungkap Aziz M Siagiaan, frontman Jamrud dalam sebuah perbincangan.