JAKARTA - Perairan Majene yang lebih dikenal sebagai kawasan segitiga Masalembo dikenal angker oleh para pelaut. Sudah banyak kejadian kecelakaan kapal di kawasan yang mirip segitiga Bermuda itu.
Segitiga Masalembo (Screen Shoot: RCTI) Sejumlah kecelakaan yang terjadi tepat di kawasan segita Masalembo antara lain, tenggelamnya KM Teratai Prima 11 Januari 2009, Kapal Kargo 8 Juli 2008, Kapal Ikan Sumber Awal 16 Agustus 2007, KM Fajar Mas 20 Juli 2007, Pesawat AdamAir 1 Januari 2007, KM Mutiara Indah 19 Juli 2007, dan KM Tampomas II pada 27 Januari 1981. (lihat video)
Sejak lama perairan Majene atau segitiga Masalembo dikenal sebagai kawasan yang rawan. Pulau Masalembo adalah pulau kecil yang terletak di pertigaan laut Jawa dan laut Makassar di mana di kedalaman laut membentuk segitiga yang nyaris sempurna yakni segitiga sama sisi.
Berbeda dengan segita Bermuda yang dikaitkan dengan intensitas magnetik yang tinggi, maka segitiga Masalembo memiliki intensitas magnetik yang rendah. Namun, kawasan ini sudah terlanjut dianggap angker oleh para pelaut. Padahal keangkeran laut Majene lebih disebabkan oleh gangguan alamiah bukan mistis.
Kawasan ini menjadi rawan karena merupakan pertemuan arus dan tanjung serta pusaran angin. Arus dari laut Flores dan Sulawesi bertemu di sana. Di kawasan ini juga sering terjadi perubahan cuaca mendadak. Pusat tekanan laut berubah rendah secara mendadak sehingga mengubah arah gelombang. Akibatnya ombak memukul dari arah samping kapal. Hal inilah yang menyebabkan kapal terbalik atau terhembas.
Melihat rawannya kawasan segitiga Masalembo dan perlunya menekan angka kecelakaan maka perlu dipasang rambu lalu lintas laut yang canggih seperti mercusuar atau radar pemantau. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah penelitian tentang perilaku arus laut dan cuaca di kawasan tersebut.