Foto: Panti, harimau sumatera betina yang sedang dikarantina di Rescue Centre Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC), merespons kondisi luar kandang. Panti adalah satu dari tiga ekor harimau sumatera yang masih dikarantina sebelum dilepasliarkan ke kawasan TWNC.
"Ancaman tersebut bisa terjadi antara lain akibat terjadinya konflik satwa langka itu dengan manusia terkait perburuan liar, salah jerat atau terperangkap jerat babi, serta pembukaan hutan sebagai lahan pertanian dan perkebunan," kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar Indra Arinal di Padang, Sabtu (17/1).
Indra Arinal mengatakan hal itu terkait evaluasi sepanjang 2008 di Sumbar tercatat seekor harimau Sumatera yang mati dan tiga orang warga meninggal akibat diterkam harimau tersebut.
Menurut dia, harimau melakukan perlawanan dengan manusia lebih karena habitatnya dimanfaatkan akibat aktivitas pertanian dan perkebunan sawit serta cokelat.
"Berkurangnya luas habitat mereka telah memicu terjadinya 'konflik' antara satwa langka tersebut dan penduduk yang bermukim di sekitar kawasan hutan itu," katanya.
Indra mengatakan, maraknya pembukaan kawasan juga akibat pemotongan jalan perkampungan bagi perkebunan sawit dan kakao, dan memberi dampak habitat harimau Sumatera itu makin sedikit .
Untuk tiga ekor harimau dengan luas hutan yang terpotong jelas sangat sempit bagi harimau itu untuk hidup sehingga dapat memicu "konflik" dengan penduduk.
"Sebanyak 40 petugas kehutanan terus disiagakan antara lain untuk melakukan patroli secara bergilir untuk mengawasi terjadinya aksi penangkapan liar satwa dilindungi itu," katanya.
Data BKSDA Sumbar mencatat sepanjang 2008, selain harimau Sumatera, satwa dilindungi lainnya yang juga terancam punah adalah beruang Sumatera, tapir Sumatera, dan penyu Sumatera yang memerlukan perhatian serius Pemprov Sumbar untuk melindunginya.