Alfi Wijaya, Kepala Divisi Penelitian dan Manajemen Proyek Karim Business Consulting (KBC) optimistis, target pertumbuhan perbankan syariah 5% dari total aset seluruh perbankan di Indonesia atau ekuivalen dengan Rp 90 triliun, dapat tercapai pada semester kedua tahun 2009. “Target Rp 70-90 triliun ini akan tercapai akhir tahun ini,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta.
Menurutnya, aset perbankan syariah hingga akhir 2008 mendekati angka Rp 50 triliun. Sedangkan pada akhir 2009, total aset perbankan syariah diperkirakan akan mencapai Rp 70 triliun. “Tapi, jika pada keadaan luar biasa, pada akhir 2009, bisa mencapai 90 triliun,” katanya
Namun, ia memperkirakan pada semester awal 2009, perbankan syariah masih akan mengalami kekeringan likuiditas sebagai imbas dari krisis finansial global. Karena itu, ia meminta semua pihak untuk mewaspadai periode ini. “Semester pertama 2009, likuiditas masih ketat. Perbankan masih harus diwaspadai,” katanya.
Alfi mengakui bahwa krisis masih terasa dampaknya tahun ini. Namun, dengan banyaknya pemain baru di perbankan syariah, ia meyakini pada semester kedua, kondisinya sudah mulai berkembang.
“Artinya, di tengah krisis ini, perbankan syariah insya Allah mencatatkan eksistensi yang lebih baik,” ujarnya.
Menurutnya, ada sekitar 40 pemain baru di perbankan syariah. Yang pasti tahun ini akan ada 10 bank syariah baru. “Akan muncul beberapa bank (syariah) seperti BCA, Bank Panin, Victoria,” ujarnya.
Kemudian, lanjut Alfi, ada juga beberapa bank yang akan menjadi grup perbankan syariah seperti Bank BRI, Bukopin, Bank Jabar, dan BNI. “Ada juga bank asing seperti ABN Amro dan beberapa investor Arab yang akan merealisasikan investasinya,” katanya.
Adapun Non Performing Loan (NPL) bank syariah pada 2009, Alfi memprediksi pada semester I 2009 akan meningkat ke arah 4-5%. Persentase ini merupakan keadaan bahaya atau ‘lampu merah’. Namun, pada semester II akan ada arah pergerakan menurun. “Mungkin belum sampai 5%. Cuma, sudah bergerak ke arah itu,” tegasnya.
Pada semester II akan mulai turun lagi ke kisaran 4%, bahkan di bawahnya. Pasalnya, ekspansi penjualan produk perbankan syariah diprediksi akan cepat.
Sedangkan Loan to Deposit Ratio (LDR) atau di perbankan syariah disebut Finance Deposite Ratio (FDR) pada 2009 akan berada pada kisaran 100%. Sementara dana pihak ketiga, pertumbuhannya masih akan berada pada kisaran 35-40%. Bahkan, bisa jadi lebih dari itu. “Nominalnya sekitar Rp 60-an triliun hingga akhir tahun 2009,” tukasnya.
Sebelumnya Ramzi A. Zuhdi, Direktur Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia mengatakan, untuk tahun ini, perbankan syariah nasional diperkirakan masih akan berada dalam fase pertumbuhan tinggi. Optimisme tersebut didasarkan pada asumsi bahwa faktor-faktor yang mempercepat pertumbuhan industri perbankan syariah akan dapat dipenuhi.
Sebutlah umpamanya realisasi konversi beberapa UUS (Unit Usaha Syariah) menjadi BUS (Bank Umum Syariah). Selain itu, implementasi UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah sebagai kepastian hukum. “Kepastian hukum itu berhasil mendorong peningkatan kapasitas bank-bank syariah,” katanya.
Hal itu diperkuat implementasi Undang-Undang No. 19 Tahun 2008 tentang SBSN, yang menurutnya, mampu memberi semangat industri untuk meningkatkan kinerjanya. Demikian juga dukungan dari Amandemen UU Perpajakan sebagai kepastian hukum berhasil mendorong peningkatan kapasitas bank-bank syariah.
Kapasitas terlaksana berkat peran investor asing, iklim dunia usaha yang tetap kondusif di tengah aktivitas Pemilu, meningkatnya pemahaman masyarakat dan preferensi untuk menggunakan produk dan jasa bank syariah. Yang terpenting juga, realisasi penerbitan Corporate SUKUK oleh bank syariah untuk memperkuat base capital perbankan syariah.
Dengan posisi khas, lanjut Ramzi, perbankan syariah akan semakin menarik minat masyarakat pada 2009 dan masa-masa yang akan datang. “Kita yakin bahwa di masa-masa mendatang akan semakin tinggi minat masyarakat Indonesia untuk menggunakan bank syariah,” katanya.