Sebagai wujud kepedulian lingkungan tidak ada salahnya kita mencoba mengolah sampah sebagai bahan pakan ternak kita . Mencoba bisa dimulai dari quota sedikit dulu . Membuat pakan dari sampah di mulai dengan pemisahan sampah organik dan anorganik, dilanjutkan dengan pencacahan, fermentasi, pengeringan, penepungan, pencampuran, dan pembuatan pelet.Pemisahan sampah organik dari sampah anorganik dimaksudkan
agar sampah yang diolah hanya yang dapat dicerna oleh ternak serta menghindarkan ternak dari mengonsumsi bahan-bahan beracunatau yang mengandung logam be-
rat.
Pemisahan sebaiknya dapat dilakukan di tingkat produsen sampah (pasar atau rumah tangga). Oleh karena itu, untuk program massal perlu disediakan tempat sampah
organik dan anorganik di tingkat produsen sampah. Sampah dari rumah sakit dan pabrik yang banyak mengandung logam berat atau bahan beracun seyogianya dihindari.
Sampah organik yang telah terpisah dari bahan lain selanjutnya dicacah dengan alat atau mesin pencacah agar bentuknya lebih kecil dan untuk memudahkan fermentasi.
Fermentasi dimaksudkan untuk meningkatkan kandungan gizi dan nilai cerna sampah karena kandungan gizi sampah umumnya rendah tetapi serat kasarnya relatif tinggi.
Fermentasi dilakukan dengan menggunakan inokulan bakteri dan cara yang tepat agar diperoleh produk yang bermutu tinggi.
Setelah difermentasi, sampah dikeringkan dengan dijemur lalu digiling hingga menjadi tepung. Selanjutnya tepung sampah ditambah bahan lain termasuk enzim dan diaduk dalam mesin pencampur, sehingga diperoleh pakan komplit yang sesuai dengan kebutuhan ternak. Apabila diperlukan, semua bahan yang sudah tercampur dibentuk pelet. Pelet pakan ternak dapat disimpan hingga 6 bulan. Idealnya ransum komplit diberikan sekitar 3% dari bobot hidup ternak per hari. Dengan jumlah pakan tersebut, sapi tidak lagi memerlukan HMT atau rumput. Namun sebagian petani ternyata masih memberikan rumput. Sebagai contoh,jika ternak diberi pakan komplit 1,5% dari bobot hidup per hari,
peternak tinggal memberi rumput 50% dari kebutuhan semestinya.
Keuntungan Ekonomi
Hasil penelitian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali menunjukkan bahwa penggunaan pakan komplit berbahan baku sampah sebanyak 1,5% dari bobot badan pada sapi bali selama 5 bulan, memberikan pertambahan bobot badan rata-rata 650 g/hari. Secara ekonomis pemanfaatan sampah untuk pakan ini sangat prospektif
mengingat bahan dan biaya produksinya relatif murah, sedangkan efeknya terhadap pertumbuhan sapi cukup baik. Berdasarkan analisis ekonomi, penggemukan sapi
dengan ransum komplit berbahan baku sampah memberikan keuntungan sekitar 200% dibandingkan dengan cara tradisional
sumber :www.pustaka-deptan.go.id
agar sampah yang diolah hanya yang dapat dicerna oleh ternak serta menghindarkan ternak dari mengonsumsi bahan-bahan beracunatau yang mengandung logam be-
rat.
Pemisahan sebaiknya dapat dilakukan di tingkat produsen sampah (pasar atau rumah tangga). Oleh karena itu, untuk program massal perlu disediakan tempat sampah
organik dan anorganik di tingkat produsen sampah. Sampah dari rumah sakit dan pabrik yang banyak mengandung logam berat atau bahan beracun seyogianya dihindari.
Sampah organik yang telah terpisah dari bahan lain selanjutnya dicacah dengan alat atau mesin pencacah agar bentuknya lebih kecil dan untuk memudahkan fermentasi.
Fermentasi dimaksudkan untuk meningkatkan kandungan gizi dan nilai cerna sampah karena kandungan gizi sampah umumnya rendah tetapi serat kasarnya relatif tinggi.
Fermentasi dilakukan dengan menggunakan inokulan bakteri dan cara yang tepat agar diperoleh produk yang bermutu tinggi.
Setelah difermentasi, sampah dikeringkan dengan dijemur lalu digiling hingga menjadi tepung. Selanjutnya tepung sampah ditambah bahan lain termasuk enzim dan diaduk dalam mesin pencampur, sehingga diperoleh pakan komplit yang sesuai dengan kebutuhan ternak. Apabila diperlukan, semua bahan yang sudah tercampur dibentuk pelet. Pelet pakan ternak dapat disimpan hingga 6 bulan. Idealnya ransum komplit diberikan sekitar 3% dari bobot hidup ternak per hari. Dengan jumlah pakan tersebut, sapi tidak lagi memerlukan HMT atau rumput. Namun sebagian petani ternyata masih memberikan rumput. Sebagai contoh,jika ternak diberi pakan komplit 1,5% dari bobot hidup per hari,
peternak tinggal memberi rumput 50% dari kebutuhan semestinya.
Keuntungan Ekonomi
Hasil penelitian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali menunjukkan bahwa penggunaan pakan komplit berbahan baku sampah sebanyak 1,5% dari bobot badan pada sapi bali selama 5 bulan, memberikan pertambahan bobot badan rata-rata 650 g/hari. Secara ekonomis pemanfaatan sampah untuk pakan ini sangat prospektif
mengingat bahan dan biaya produksinya relatif murah, sedangkan efeknya terhadap pertumbuhan sapi cukup baik. Berdasarkan analisis ekonomi, penggemukan sapi
dengan ransum komplit berbahan baku sampah memberikan keuntungan sekitar 200% dibandingkan dengan cara tradisional
sumber :www.pustaka-deptan.go.id