Kamis, 31 Maret 2011

Kerajinan dari Tisu


Teknik menempel tisu atau servietten yang berasal dari Jerman bukan sekadar hobi dan mengisi waktu senggang tetapi juga bernilai bisnis. Tiga bersahabat, Elizabeth Mia Lukman, Siana Dinata dan Adhika bahkan sejak tiga tahun silam telah menjadikan kerajinan tangan fungsional itu sebagai pengisi pundi-pundinya.
Menurut Mia, usaha kerajinan tangan itu dirintis sejak tahun 90-an dan mulai serius sejak 2003. Kini karya Mia dan rekannya telah memiliki pangsa pasar sendiri meski terbatas pada kalangan menengah ke atas.
Tisu untuk kerajinan ini dipadukan dengan bahan-bahan lain seperti kayu dengan terakota atau rotan. Pada prinsipnya, menurut Mia, pengerjaannya tidak susah. Cuma butuh kesabaran. Karena tisunya berasal dari lapisan paling atas dan sangat tipis. “Kalo buru-buru bisa robek,” kata Mia. Sementara alat pendukung lainnya antara lain lem, gunting, kuas dan cutter.

Menurut Mia, tisunya berasal dari Jerman dengan harga per pak 3,5-4 euro. Tisu itu awalnya mereka peroleh melalui teman dan kerabat yang pulang dari Jerman. Kini tisu ini mudah didapat karena bisa langsung memesan lewat internet.

Siana menambahkan, kerajinan tangan yang dihasilkan sebetulnya bervariasi. Bahkan ada yang untuk anak-anak, mulai dari usia 2,3 tahun. Contohnya berupa dingklik. Sedangkan untuk anak sekolah bisa berupa wadah pensil atau botol minuman. “Kami memasarkan produk kerajinan umumnya lewat bazar baik di dalam negeri maupun di luar negeri seperti di Australia. Harga yang ditawarkan mulai Rp 50 ribu untuk kotak pensil atau tempat sapu tangan dan sampai Rp 190 ribu untuk tempat sampah atau tempat majalah.

Hasil kerajinan ini diakui mereka tahan bila terkena air dan sangat mudah dibersihkan dengan hanya dilap menggunakan kain biasa. Hingga kini kian banyak masyaralat yang tertarik untuk membeli. Kerajinan ini tidak hanya digunakan untuk pribadi tetapi juga cocok untuk kado.
Di antara pelanggan kreasi mereka adalah Indira. Ia mengaku sudah sejak dua tahun mengetahui buah karya tiga bersahabat itu. Sejauh ini Indira mengaku sudah membeli tempat piringan cakram padat dan kotak pensil. “Saya juga suka dengan dekorasinya,” kata Indira.
Pelanggan lainnya adalah Tri Retno. Ia menuturkan, kakanya sangat senang ketika diberi kado pot tanaman. “Aduh bagus banget, bikin sendiri?” kata Tri menirukan ucapan kakaknya.
Tiga bersahabat itu kini membagi keahliannya untuk umum dengan memberikan kursus. Dengan hanya dua kali pertemuan selama masing 2,5 jam, seseorang sudah mahir. Tarif kursus hanya sebesar Rp 425 ribu rupiah. Kursus ini diadakan dengan
peserta minimal empat orang.










Kerajinan Tangan dari Tisu Makan



◄ Newer Post Older Post ►