Terjadi sebuah euforia pada Senin 20 Januari 2009. Pelantikan Obama sebagai pemimpin negara Amerika. Di TV dengan agak bermalas-malasan saya ikut menyaksikan. Saya katakan bermalas-malasan, sungguh, sebetulnya saya kurang berminat dan tidak yakin Obama mampu mengadakan perubahan yang berarti untuk dunia ini menjadi lebih baik, jauh dari perang dan diliputi keadilan.
Saya tidak tahu semua isi pidato Obama, cuma yang kalau tidak salah karena menonton sambil mengantuk ada tiga hal yang patut diperhatikan; Akan mengubah cara pandang Amerika terhadap Islam, akan tetap tidak ada toleransi terhadap terorisme, dan Amerika menjadi sahabat bagi seluruh warga dunia.
Untuk poin pertama bahkan Obama mengatakan juga "Bagi dunia Islam, kami menawarkan kerjasama berdasarkan sikap saling menghargai dan menghormati. Amerika adalah kawan bagi tiap negara yang cinta damai."
Dan kaitannya dengan poin kedua, Obama mengatakan pula, "Dan bagi siapa saja yang melakukan teror, dan membunuh orang-orang yang tidak bersalah, makakami berani katakan semangat kami untuk melakukan perlawanan dan mewujudkan perdamaian sangat kuat dan tidak bisa dipatahkan".
Jika benar Obama mampu melakukan apa yang diucapkannya pada poin 1 dan 2 maka otomatis Amerika akan menjadi sahabat seluruh warga dunia, khususnya Islam.
Pertanyaan besarnya adalah, apakah Obama mampu melakukannya. Dalam sejarahnya, Amerika tidak pernah mampu berlaku adil dengan negara dunia ketiga apalagi dengan Islam. Amerika selama ini dengan 'arogan' memaksakan 'kebenaran' versinya.
Saya mencoba fokus ke satu kasus, yaitu Israel-Palestina. Dengan lobi Yahudi yang sedemikian kuat di Amerika, apa mungkin Obama mampu berlaku adil dalam kasus Israel-Palestina. Dengan garangnya selama ini Amerika membela Israel, mencap Hamas yang menang pemilu secara demokratis adalah teroris.
Sejarah mencatat Israel sebagai negara baru berdiri tahun 1948 dengan Inggris sebagai bidannnya, dan sejak itu Israel terus melebarkan kekuasaannya, mengusir bangsa Palestina, dan hingga sekarang tinggal menyisakan kurang dari 30% tanah Palestina.
Sudah berapa banyak rancangan resolusi PBB yang diveto oleh Amerika dalam rangka membela penjajah Israel. Ketika muncul berbagai perlawanan atas penjajahan ini dan yang terkenal adalah Hamas, maka dengan lantang Amerika mencap Hamas sebagai teroris.
Israel yang memblokade Gaza dan karena Gaza mampu bertahan dari blokade, kemudian diserang, diluluhlantakkan Israel, apa yang dilakukan Amerika? Memveto rancangan resolusi PBB kembali demi membela Israel, menuduh Hamas penyebab Israel menyerang Palestina. Dimana letak keadilannya? Jangankan berlaku adil, PBB pun telah dikangkanginya.
Faktanya lobi Yahudi di Amerika sedemikian kuat. Amerika bahkan lebih Yahudi, lebih Israel dari Israel sendiri. Amerika adalah Israel besar. Apa mungkin Obama mampu mengubah cara pandang dan kebijakan negaranya melawan kekuasaan Yahudi yang sedemikian kuat di Amerika.
Pertanyaan besar kedua dalam kaitannya dengan poin kedua, bahwa Amerika tidak toleransi terhadap terorisme adalah, "Apa definisi terorisme dan siapa teroris itu?" Apakah Hamas yang berjuang untuk kemerdekaan dan keadilan teroris? Apakah Israel yang menjajah, membunuh membabi buta, membunuh anak-anak, wanita, menghancurkan tempat ibadah, menyerang dengan bom dan amunisi yang dilarang PBB (terakhir memakai bom fosfor) tidak layak disebut teroris? Bukankah itu mbahnya teroris? Who is the real terorist?
Sekali lagi saya tidak yakin dan tidak bisa berharap pada Obama apalagi bergantung padanya. Dan saya hanya mampu melantunkan wirid "Hasbunallah wa ni'mal wakiil…Ni'mal maulaa, wa ni'man nashiir". Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung.