Direktur Marketing Indosat, Guntur S Siboro mengatakan perkembangan Blackberry sangat tergantung pada handset. Jika handset Blackberry makin banyak, pasarnya makin tinggi. “Yang sekarang problem adalah Blackberry device-nya. Kalau Blackberry device lebih banyak dan lebih murah pasti akan lebih berkembang dan itu tergantung pasar,” katanya, di Jakarta, Senin (19/1).
Di luar negeri, handset Blackberry biasanya dipasarkan operator melalui subsidi harga. Seperti operator AT&T AS hanya menjual handset sebesar US$ 199 padahal harga sebenarnya di atas US$ 600.
Untuk bisa menikmati harga murah itu konsumen harus mengikat kontrak selama dua tahun menggunakan layanan operator AT&T. Jika berhenti berlangganan sebelum kontrak selesai, pelanggan harus mengembalikan handsetnya.
Guntur mengatakan selama ini Indosat hanya memberikan kemudahan pada pelanggan untuk memiliki Blackberry. Konsumen bisa mendapatkan handset mahal itu dengan menggunakan kartu kredit. “Kalau ada launching produk baru Blackberry, Indosat biasanya bundling per produk sekitar lima ribuan,” katanya.
Sejauh ini, tiga operator seluler Indosat, Telkomsel dan XL berlomba memasarkan layanan BlackBerry. Indosat terhitung pertama masuk pasar Blackberry di Indonesia, sementara Telkomsel merupakan vendor pertama di Indonesia bahkan di Asia yang menawarkan layanan Blackberry prabayar.
Untuk layanan Blackberry pasca bayar, tarif yang ditawarkan operator tidak beda jauh di kisaran Rp 180 ribu. Sedangkan perang tarif dilakukan operator di layanan Blackberry prabayar.
Untuk prabayar, Indosat memiliki BlackBerry on Demand mingguan dan bulanan. Indosat mengenakan tarif Rp 50.000 per 7 hari. Sementara untuk bulanannya mengenakan tarif Rp 160.000 untuk IM3 dan Rp 175.000 untuk Matrix.
Sementara operator XL menyediakan BlackBerry One. Tarif yang dikenakan Rp 5.000 per hari. Sedangkan Telkomsel Prepaid BlackBerry Internet Service (BIS) mengenakan tarif Rp 180.000 per 30 hari.
Tahun lalu Telkomsel menargetkan menjaring 70 ribu pelanggan. Sementara Excelcomindo tidak muluk-muluk dengan menargetkan 10 ribu pelanggan. Indosat telah memiliki 30 ribu pelanggan prepaid Blackberry. Tahun ini, Indosat menargetkan 100 ribu pelanggan Blackberry.
Pengguna Blackberry lebih banyak adalah ritel. Guntur mengatakan perbandingan pengguna Blackberry ritel dan korporat mencapai 2:1. “Jadi dari total 30 ribu pengguna Blackberry Indosat, 20 ribu ritel dan 10 ribu korporat. Itu adalah pergerakan selama enam bulan terakhir di 2008,” imbuhnya.
Tahun lalu Indosat menargetkan Blackberry tumbuh 11-12% dan tercapai. Tahun ini kata Guntur perkembangan Blackberry masih tergantung pada handset. ” Jika Blackberry lebih murah, pasarnya pasti tinggi. Masalahnya di handsetnya bukan pelayanannya,” kata Guntur.