Jakarta, 24/1 (WANDI news) - Indonesia sebagai negara yang besar memiliki peran strategis dan penting untuk menekan Israel sebagai penjajah Palestina di forum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) agar antara lain mencabut blokade yang diberlakukan negara Zionis itu atas Jalur Gaza, kata seorang juru bicara Hamas.
"Indonesia berserta negara-negara di ASEAN dapat mengambil langkah-langkah kongkret antara lain dengan menekan Israel supaya mencabut blokade sehingga bantuan kemanusian internasional dapat segera didistribusikan kepada warga Gaza," kata jubir Hamas yang juga staf khusus Perdana Menteri Palestina Ismail Haniyah, Sammi Abu Uzair, kepada ANTARA di Gedung RRI Jakarta, Sabtu.
Ia merasa haru dan mengucapkan terima kasih atas dukungan dan bantuan yang diberikan pemerintah dan rakyat Indonesia kepada perjuangan rakyat Palestina.
Sammi melakukan kunjungan lima-hari di Indonesia setelah Israel menggempur selama tiga pekan sejak 27 Desember 2008 dan memberlakukan gencatan senjata sepihak Minggu lalu. Ofensif 22-hari lewat darat, laut dan udara tersebut menewaskan 1.330 orang, sebagian anak-anak dan wanita, dan mencederai 5.450 orang, kata petugas medis.
Pemerintah Palestina menyatakan lebih 4.000 rumah hancur dan 17.000 lainnya termasuk masjid, sekolah dan rumah sakit rusak akibat bombardir pasukan Israel.
Ia mengatakan selama blokade dan di bawah gempuran pasukan Israel yang tiada henti, warga Palestina di Jalur Gaza hidup merana antara lain tanpa kebutuhan pokok, pasokan listrik dan air.
"Serangan-serangan biadab Israel itu mengundang kutukan dari berbagai masyarakat di seluruh dunia yang bersimpati kepada warga Palestina," ujarnya.
Menurut dia, rakyat Arab khususnya antusias mendukung Palestina dan sebagian pemerintah di Timur Tengah menyokong tapi sebagian kecil lagi diam saja.
Dalam wawancaranya dengan RRI Pro 3 FM yang disiarkan langsung, Sammi menegaskan bahwa Israel merupakan penjajah di tanah Palestina.
"Mereka bukan membela diri dan menggunakan peralatan tempur di Gaza, yang tak sebanding dengan senjata yang dimiliki Hamas," ujarnya.
Ditambahkannya, pasukan Israel telah membunuh ratusan warga sipil yang tak berdosa termasuk anak-anak dan menyerang sekolah-sekolah. Mereka juga menggunakan senjata fosfor yang dilarang secara internasional.
"Ini sebuah peperangan, bukan bela diri dan mereka memang penjajah yang harus dilawan," ujarnya.
Karena itu, kata Sammi, sudah pantas para pemimpin Israel, termasuk PM Ehud Olmert, diseret ke mahkamah internasional karena bertanggung jawab atas serangan-serangan pasukan Israel atas Gaza.
Pada bagian lain ia juga menyinggung peran Amerika Serikat di bawah Presiden Barack Obama yang menggantikan George W. Bush.
Ia mengatakan Obama pernah mengeluarkan pernyataan yang tak tepat agar Hamas menghentikan serangan roket ke wilayah Israel.
"Kami akan lihat kebijakan-kebijkan Obama ke depan, tetapi dia pernah membuat pernyataan sama dengan Bush," ujarnya.
Presiden Obama tak akan mampu mengubah politik luar negeri AS soal Palestina dan Israel, karena lobi Yahudi di AS begitu kuat mempengaruhi pemerintah AS. Tak ada perubahan politik terkait Palestina, kecuali sedikit perubahan kebijakan di negara-negara lain seperti Irak dan Afghanistan, katanya.
Ia mengatakan pihaknya berharap pemerintahan Obama dapat melindungi hak-hak rakyat Palestina, dengan mengubah sikap-sikap yang diambil para pendahulunya.
Ketika ditanya hubungan faksi-faksi di Palestina, jubir Hamas itu mengatakan kelompok Hamas dan Fatah tak bermasalah, namun para pemimpin keduanya yang berbeda pandangan.
Menurut dia, para petinggi Fatah lebih mendekat kepada Israel dan Amerika Serikat dan mereka menangkapi para pejuang Palestina.
Pada Jumat, Sammi bertemu Ketua MPR Hidayat Nurwahid dan Ketua DPR Agung Laksono dalam pertemuan terpisah di Gedung DPR/MPR, Jakarta.
"Indonesia berserta negara-negara di ASEAN dapat mengambil langkah-langkah kongkret antara lain dengan menekan Israel supaya mencabut blokade sehingga bantuan kemanusian internasional dapat segera didistribusikan kepada warga Gaza," kata jubir Hamas yang juga staf khusus Perdana Menteri Palestina Ismail Haniyah, Sammi Abu Uzair, kepada ANTARA di Gedung RRI Jakarta, Sabtu.
Ia merasa haru dan mengucapkan terima kasih atas dukungan dan bantuan yang diberikan pemerintah dan rakyat Indonesia kepada perjuangan rakyat Palestina.
Sammi melakukan kunjungan lima-hari di Indonesia setelah Israel menggempur selama tiga pekan sejak 27 Desember 2008 dan memberlakukan gencatan senjata sepihak Minggu lalu. Ofensif 22-hari lewat darat, laut dan udara tersebut menewaskan 1.330 orang, sebagian anak-anak dan wanita, dan mencederai 5.450 orang, kata petugas medis.
Pemerintah Palestina menyatakan lebih 4.000 rumah hancur dan 17.000 lainnya termasuk masjid, sekolah dan rumah sakit rusak akibat bombardir pasukan Israel.
Ia mengatakan selama blokade dan di bawah gempuran pasukan Israel yang tiada henti, warga Palestina di Jalur Gaza hidup merana antara lain tanpa kebutuhan pokok, pasokan listrik dan air.
"Serangan-serangan biadab Israel itu mengundang kutukan dari berbagai masyarakat di seluruh dunia yang bersimpati kepada warga Palestina," ujarnya.
Menurut dia, rakyat Arab khususnya antusias mendukung Palestina dan sebagian pemerintah di Timur Tengah menyokong tapi sebagian kecil lagi diam saja.
Dalam wawancaranya dengan RRI Pro 3 FM yang disiarkan langsung, Sammi menegaskan bahwa Israel merupakan penjajah di tanah Palestina.
"Mereka bukan membela diri dan menggunakan peralatan tempur di Gaza, yang tak sebanding dengan senjata yang dimiliki Hamas," ujarnya.
Ditambahkannya, pasukan Israel telah membunuh ratusan warga sipil yang tak berdosa termasuk anak-anak dan menyerang sekolah-sekolah. Mereka juga menggunakan senjata fosfor yang dilarang secara internasional.
"Ini sebuah peperangan, bukan bela diri dan mereka memang penjajah yang harus dilawan," ujarnya.
Karena itu, kata Sammi, sudah pantas para pemimpin Israel, termasuk PM Ehud Olmert, diseret ke mahkamah internasional karena bertanggung jawab atas serangan-serangan pasukan Israel atas Gaza.
Pada bagian lain ia juga menyinggung peran Amerika Serikat di bawah Presiden Barack Obama yang menggantikan George W. Bush.
Ia mengatakan Obama pernah mengeluarkan pernyataan yang tak tepat agar Hamas menghentikan serangan roket ke wilayah Israel.
"Kami akan lihat kebijakan-kebijkan Obama ke depan, tetapi dia pernah membuat pernyataan sama dengan Bush," ujarnya.
Presiden Obama tak akan mampu mengubah politik luar negeri AS soal Palestina dan Israel, karena lobi Yahudi di AS begitu kuat mempengaruhi pemerintah AS. Tak ada perubahan politik terkait Palestina, kecuali sedikit perubahan kebijakan di negara-negara lain seperti Irak dan Afghanistan, katanya.
Ia mengatakan pihaknya berharap pemerintahan Obama dapat melindungi hak-hak rakyat Palestina, dengan mengubah sikap-sikap yang diambil para pendahulunya.
Ketika ditanya hubungan faksi-faksi di Palestina, jubir Hamas itu mengatakan kelompok Hamas dan Fatah tak bermasalah, namun para pemimpin keduanya yang berbeda pandangan.
Menurut dia, para petinggi Fatah lebih mendekat kepada Israel dan Amerika Serikat dan mereka menangkapi para pejuang Palestina.
Pada Jumat, Sammi bertemu Ketua MPR Hidayat Nurwahid dan Ketua DPR Agung Laksono dalam pertemuan terpisah di Gedung DPR/MPR, Jakarta.