Spekulasi kebakaran Depo Plumpang yang terbakar Minggu (18/1) malam, terus saja bergulir. Spekulasi muncul dari berbagai kalangan. Dari parlemen hingga pengamat intelijen. Semuanya mengarah pada satu kemungkinan, api Plumpang adalah upaya sabotase bernuansa politis.
Anggota Komisi VII DPR, Alvin Lie, misalnya, curiga kebakaran Depo Plumpang terkait dengan politik internal di Pertamina. “Saya agak heran, karena kebakaran Plumpang terjadi menjelang pergantian Direktur Utama Pertamina,” katanya. Padahal, kata politisi PAN itu, pengamanan Depo Plumpang sangat ketat.
Sebagai sebuah objek vital negara, pengamanan Depo Plumpang tidak dilakukan Pertamina. Dia diamankan oleh jajaran Polkam. Karena itu, bisa dibayangkan, betapa berlapisnya pengamanan.
Apalagi, Depo Plumpang merupakan pusat suplai bahan bakar untuk wilayah Jabodetabek dan sekitarnya. Sedangkan kebakaran di Plumpang terjadi pada tangki terbesar yang berkapasitas 5.000 kiloliter. Praktis saja, pasca kebakaran, sejumlah SPBU di wilayah Jabodetabek tidak memiliki stok premium. Ada juga SPBU yang hanya memiliki BBM jenis Pertamax, sedangkan jenis premium biasa telah habis diserbu warga.
Menurut seorang pengamat yang jadi sumber INILAH.COM, kuat dugaan kebakaran Depo Plumpang terkait dengan kepentingan sabotase yang bernuansa politis. “Dari investigasi saya, kebakaran Depo Plumpang terkait dengan upaya sabotase. Ini terkait politik,” kata sumber yang enggan disebutkan namanya itu.
Ia menolak jika kebakaran Plumpang dikaitkan dengan aksi teroris kelompok Nurdin M Top. Menurut dia, memang saat ditemukannya teroris di wilayah Kelapa Gading, ada rencana meledakkan Plumpang. “Dari kebakaran di Plumpang, kita seakan-akan digiring untuk menunjuk hidung pelakunya adalah teroris itu,” ungkapnya.
Selama hampir separuh hari awal pekan, publik masih berspekulasi soal penyebab kebakaran di Depo Plumpang. Namun, di Bandara Halim Perdana Kusumah, Presiden SBY, Senin (19/1) siang seolah menetralisir semua spekulasi yang berkembang, baik di parlemen, pengamat intelijen, maupun di tengah-tengah masyarakat. “Tidak perlu terlalu jauh berspekulasi. Menurut pendapat saya, ini masalah kecelakaan teknis dari perangkat yang barangkali ada yang tidak berfungsi,” ujar SBY.
Pernyataan SBY sesaat menjelang berangkat ke Batam tersebut seperti berusaha menyetop spekulasi di tengah masyarakat. Namun di sisi lain, pernyataan SBY tampak terlalu jauh melampaui pekerjaan aparat kepolisian yang di saat bersamaan sedang melakukan penyidikan. SBY menggiring opini publik dengan mengungkapkan pendapatnya bahwa penyebab Plumpang adalah persoalan teknis.
Padahal, aparat kepolisian baru melansir hasil olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) pada Senin (19/1) sore harinya. Dan, temuan polisi hampir seia sekata dengan pendapat SBY soal kebakaran Depo Plumpang. Tidakkah layak muncul tanda tanya kalau olah TKP telah diarahkan?
Menurut Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Mabes Polri yang telah melakukan olah TKP, di lokasi kejadian tidak ditemukan adanya indikasi sabotase. “Tidak ada unsur sabotase karena tidak ditemukan unsur-unsur yang bisa dikategorikan sabotase seperti bahan peledak dan lain sebagainya,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Zulkarnain.
Lalu apa maksud pendapat SBY soal penyebab kebakaran Depo Plumpang adalah urusan teknis? Bukankah pendapat itu sama saja mengarahkan aparat kepolisian untuk memberi laporan yang sama dengan pendapat presiden? Bukankah kepolisian masih di bawah kendali presiden? Sulit meyakini, kebakaran Depo Plumpang soal teknis!.