Anak ketiga dari pasangan Jumriah dan Samuji ini, hingga kini masih menjalani perawatan intensif di ruang paviliun RSUD Waluyo Jati Kraksaan, Minggu (18/1).
Dari catatan rekam medik tim medis RSUD Waluyo Jati Kraksaan, daun telinga Rofi mengalami pendarahan cukup serius, diakibatkan luka sobek sepanjang tiga centimeter dengan kedalaman hampir satu centimeter,dan harus menerima lima belas jahitan.
Kepada Surya, Rofi yang ditemani kedua orangtuanya dengan gamblang menceritakan kronologis kejadian yang menimpanya. Sekitar pukul 09.00 WIB Jumat (16/1), di ruang kelasnya, ada dua temannya yang berkelahi yakni Dedy dan Alex. Korban datang melerai kedua temannya itu. Ternyata, keramaian itu mengundang perhatian Gozali, salah satu guru pengajar mata pelajaran komputer yang masih berstatus guru tidak tetap.
Gozali langsung memarahi ketiga siswa tersebut. Namun, karena Rofi membantah ikut membuat kegaduhan, tangan dingin Gozali langsung menjewer telinga Rofi. Karena saking kerasnya, daun telinga Rofi mengeluarkan darah. Namun, kondisi itu diabaikan begitu saja dan seketika itu Gozali langsung meninggalkan ruang kelas.
“Yang mengantar saya pulang, justru teman-teman saya. Saya dinaikkan dokar,” ujar anak yang berasal dari Dusun Landengan, Desa Penambangan Kecamatan Pajarakan ini.
Ibu Kandung Rofi, Jumriah mengaku shok atas peristiwa tersebut. “Kami meminta supaya persoalan ini diselesaikan secara hukum. Guru itu harus diberi pelajaran,” sergahnya kepada Surya.
Saat ini keluarga Rofi sudah melaporkan Gozali ke Polres Probolinggo. “Kami ini orang tidak mampu. Tapi kebetulan, kami punya saudara pengacara. Biar dia yang mengurus di Polres,” imbuh Samuji, ayah Rofi.
Sementara itu, Diknas Kabupaten Probolinggo telak mengetahui kejadian tersebut. Bahkan, Sabtu (17/2) kemarin, Kepala Diknas Supanut menjenguk Rofi di rumah sakit.
Supanut menjelaskan, saat ini Gozali sudah diberhentikan menjadi guru pengajar. “Dia sudah kami berhentikan. Karena kejadian ini, sudah diluar batas,” tandasnya, Minggu (18/1).
Dari evaluasi yang dilakukan tim diknas terhadap kejadian ini, sosok Gozali dikenal aktif dan rajin mengajar. “Tidak kelainan apapun, selama dia mengajar. Kemungkinan pada saat itu, emosinya tidak terkendali,” katanya.
Namun, Supanut mengecam tindakan yang dilakukan Gozali. “Ini sudah tidak sesuai dengan metode pembelajaran yang kami terapkan. Tapi, kami meminta masyarakat bijaksana menilai, karena kejadian ini disebabkan oleh oknum, bukan disebabkan karena sistem,” kata Supanut.