Lasem-Sedikitpun tak menduga bermula dari iseng yang dikerjakan kini justru menjadi sumber pendapatan dalam hidupnya. Bebatuan karang yang berserakan di pantai, disulap menjadi kerajinan tangan, bahkan banyak diburu pembeli dari Jakarta tiap mudik lebaran.
Bari Wahyuni, usia 42 tahun, warga RT 5/RW 2 Desa Binangun Kecamatan Lasem, sedikitpun tak mengira bila dari iseng menatah dan memahat batu karang yang berserakan di bibir pantai belakang warung makan miliknya, dibentuk menjadi aneka patung dan asbak, suatu saat justru memberikan berkah. Kini telah ratusan hasil sentuhan seni dua tangan dan daya imajinasi dan kreasi, menghuni rumah-rumah elit para pembeli.
Ia menceritakan, usaha mencipta kerajinan tangan batu karang ditekuni semenjak tahun 2007 lalu. Bermodal awal uang Rp 390 ribu untuk membeli peralatan tatah, ukir dan lainnya. Berkat kegigihan dan keseriusannya, kini bisa meraup keuntungan bersih setiap bulan sekira Rp 1 juta.
Bari menuturkan, hasil produk berbentuk asbak dan aneka patung pahatan, langsung diambil pembeli dari Bali dan lokal. Tak jarang pelancong yang melintas di Rembang, meluangkan waktu melihat-lihat dan ketika ada yang menaruh perhatian, langsung diborong. Harga kerajinan batu karang bervariasi, tergantung dari pahatanya. Bentuk sederhana berkisar Rp 35 ribu, sedang bentuk patung atau lampu kamar mencapai Rp 150 ribu.
Bari ingin mendapat bantuan modal untuk mengembangkan usahanya agar mampu menembus pasar internasional. Ia berharap pemerintah melanjutkan pembangunan kawasan wisata BBS, agar dirinya dan para perajin asal Lasem lainnya bisa memanfaatkan dengan membuka lapak untuk pemasaran.
Sementara Sumartini-istri Bari yang berprofesi penjual mie rebus dan makanan ringan di kawasan wisata Bonang–Binangun-Sluke (BBS), ikut membantu memasarkan hasil karya suaminya. tidak hanya pengunjung dari luar kota saja, terkadang warga setempat yang berwisata di BBS juga tertarik membeli. Sedangkan tiga anak pasangan pasutri itu sepulang sekolah biasanya juga ikut membantu.