Jumat, 08 April 2011

Bisnis Penyewaan Mainan Edukasi Anak

Hampir tidak ada anak yang tidak mengenal mainan. Kita tahu bahwa mainan tak bisa dipisahkan dari keseharian si kecil. Begitulah namanya anak-anak, sebagian besar waktu mereka dihabiskan untuk bermain. Ada baiknya bila mainan anak tidak hanya menghibur, tetapi juga mendidik. Untuk mainan edukatif, tentu orang tua tak keberatan merogoh kocek lebih dalam demi perkembangan kecerdasan buah hatinya.


Hal inilah yang membuat bisnis mainan anak yang sarat muatan edukasi terus berkembang. Umumnya, mainan edukatif terbuat dari bahan-bahan berkualitas yang aman dimainkan oleh si buyung dan si upik. Namun sayangnya kadangkala banderol harga mainan edukasi semacam ini masih lumayan mahal. Masalahnya, usia mainan edukasi terbilang pendek. Seiring bertumbuhnya usia anak, dia membutuhkan mainan baru yang lebih cocok dengan umurnya. Alhasil, mainan lama pun menjadi penghuni gudang, bahkan berakhir di tempat sampah.

Bagi seorang berjiwa enterpreneur seperti Anita Rachman melihat kondisi ini adalah sebuah peluang bisnis. Maka dari itu, sejak Februari 2008, ia membuka usaha penyewaan mainan bernama Michie's Rent'n Play di Jakarta Selatan.

Anita memulai usahanya dengan modal Rp 100 juta. Modal itu dia gunakan memborong aneka mainan impor berbagai merek dari Amerika. Sebut saja, Little Tikes, Step 2, Chicco, dan Vtech. Kini, perempuan berusia 30 tahun ini telah mengoleksi 70 jenis mainan. Masing-masing tersedia empat sampai lima unit.

Ia menentukan tiga pilihan durasi sewa, yakni seminggu, dua minggu, dan sebulan. Harganya tentu bervariasi sesuai dengan jenis mainannya. Tarif sewa perosotan anak Michie Climber, misalnya, Rp 95.000 per minggu dan Rp 300.000 per bulan. Contoh lain, rumah-rumahan Princess Play House disewakan dengan tarif Rp 175.000-Rp 500.000. Ada juga mobil-mobilan macam Police Car Patrol yang disewakan Rp 50.000-155.000. Untuk sarana bermain air, ada Water Wheel Play dengan sewa Rp 60.000-Rp 185.000.

Puluhan mainan tadi diperuntukkan bagi bayi hingga anak usia tujuh tahun. "Yang paling banyak diminati adalah perosotan, bahkan sampai waiting list," ujar Anita.

Untuk dapat menyewa, ibu dua anak ini meminta pelanggan menyerahkan fotokopi kartu keluarga (KK), kartu tanda penduduk (KTP), dan berkas pembayaran rekening listrik atau air. "Plus menandatangani kesepakatan bersama di atas meterai," imbuhnya.

Sementara untuk mengantisipasi kerugian, Anita mensyaratkan, bila mainan yang disewa rusak, maka penyewa wajib menggantinya. "Diganti sesuai harga beli saat ini," ucap Anita.

Dalam sebulan, Anita mengaku mendapat omzet hingga Rp 10 juta. Bahkan, pada musim liburan sekolah Juni dan Juli, omzetnya bisa menyentuh Rp 17 juta. "Margin saya Rp 6 juta-Rp 8 juta," ungkapnya.

Adalah seorang Grace Natalia, ia juga menekuni bisnis serupa. Sama seperti Anita, pemilik usaha sewa mainan Comel ini pun memulai usahanya pada 2008. Setahun sebelumnya, Grace sudah bergumul di bisnis penyewaan kostum, baik untuk anak-anak maupun dewasa. Lantaran mengurusi bisnis lain, koleksi mainan Grace tak sebanyak Anita. Grace baru mengoleksi 25 jenis mainan. Itu pun masing-masing hanya satu unit.

Adapun beberapa koleksi mainannya adalah mobil-mobilan Kidie Rides yang disewakan dengan harga Rp 1 juta sehari dan Jump Castle Bouncer yang disewakan Rp 250.000-Rp 550.000, sesuai lama pinjam. Grace juga menyewakan mainan untuk acara karnaval, misal Mini Carousel. Dia menyewakan mainan yang terdiri dari tiga bangku berbentuk binatang ini dengan harga Rp 1,8 juta sehari.

Dalam waktu sebulan, dari seluruh usahanya, Grace dapat membukukan omzet maksimal Rp 25 juta sebulan. "Margin saya 30 persen," begitu pengakuan perempuan 28 tahun ini.
◄ Newer Post Older Post ►