Persepsi masyarakat awam tentang burung merpati agaknya mulai berubah, kalau dahulu merpati dipersepsikan sebagai sesuatu yang tidak pernah ingkar janji atau sebagai hewan pintar yang bisa mengantar surat, maka saat ini burung merpati menjadi salah satu hewan yang banyak dikoleksi karena ketangkasan dan kecepatannya. Itu pula yang membuat harga burung merpati selangit.
Betapa tidak, sebab se ekor burung merpati balap bisa diharga lebih dari 20 juta rupiah bahkan hingga ratusan juta rupiah.
Pecinta burung merpati balap tidak segan segan mengeluarkan uang puluhan juta rupiah untuk membeli burung merpati balap yang punya kecepatan tinggi, sebab investasi yang dikeluarkan diyakini bakal memberi untung dari kemenangan burung tersebut di arena lomba balap.
Hampir setiap tahun di berbagai daerah di Indonesia sering mengadakan lomba balap burung merpati. Pesertanya tentu saja para pecinta burung merpati balap yang tersebar di seluruh Indonesia bahkan luar negeri.
Menurut data Persatuan Penggemar Merpati Balap Sprint Indonesia (PPMBSI) jumlah penggemar burung merpati balap di tanah air terus bertambah dan saat ini diperkirakan lebih dari 250 ribu orang. Latar belakang anggotanya tidak hanya sebatas kalangan atas atau bos kaya saja, tetapi hampir seluruh lapisan masyarakat menyukai permainan adu kecepatan merpati ini.
Penyebaran hobby merpati balap dapat dilihat hampir di seluruh Pulau Jawa dan Madura, Bali, Lampung, Palembang, Medan, Makasar, Manado, Batam, Samarinda, Banjarmasin, dan Pontianak.
Dengan demikian perputaran arus jual beli merpati balap sangat tinggi dan itu merupakan sebuah peluang bisnis yang luar biasa menguntungkan, baik dari segi materi bibit atau piyikan merpati sampai pakan dan obat-obatan serta tenaga kerjanya.
Seorang penggemar burung merpati di Batam, Mulia Pamadi mengatakan sudah menyukai burung merpati balap sejak muda dan saat ini dia memiliki puluhan koleksi burung merpati balap yang sering di ikutsertakan dalam lomba sprint burung merpati di berbagai daerah di Indoensia.
Di Batam, juga kata dia hampir setiap tahun dilakukan lomba balap burung merpati yang di selenggarakan di arena lomba balap burung merpati di daerah Batu Aji. Arena balap tersebut memang diperuntukan bagi lomba merpati balap dengan panjang lapangan hingga 1,5 km.
Dalam perlombaan biasanya peserta yang terdiri ratusan orang pecinta merpati balap berkumpul dalam permainan adu ketangkasan burung merpati balap. Mereka berkerumun membentuk lingkaran dengan pandangan mata terfokus ke dua ekor merpati yang berlomba.
Pada saat lomba, kata Mulia burung merpati balap akan dilepas di garis start, bersamaan setelah terdengar pluit tanda siap. Seketika kedua merpati mulai memacu kecepatannya sekencang-kencangnya menuju ke garis finish berjarak 1,5 km, di mana pasangan merpati itu setia menunggu di depan.
Kemenangan burung merpati balap juga sangat tergantung pada pengalaman jokinya. Di tangan joki, merpati betina sedang di-geber (dikepak-kepakkan sayapnya) sambil tak henti-hentinya berteriak memberi tanda dan semangat merpati jantan agar secepatnya sampai ke tangan joki. Akhirnya, salah satu merpati jantan tersebut meluncur deras ke tangan joki dan dinyatakan sebagai pemenang.
Menurut Mulia, setiap perlombaan selalu berlangsung sangat meriah dan yang membanggakan lomba balap burung merpati hanya ada di Indonesia meskipun pecintanya juga ada dari luar negeri.
“Merpati balap Cuma ada di Indonesia dan sudah menjadi budaya khas orang Indonesia, di mana karakter merpati balapan memiliki sifat keket ke betina, terbentuk karena kultur budaya masyarakat Indonesia sehingga karakter merpati di Indonesia dan di luar negeri berbeda,” katanya. Oleh karena itu, merpati balap mestinya dilestarikan dan dibudidayakan.
Fajar salah satu anggota Merpati Club Batam mengatakan, merpati balap tidak sekedar hobi dan saat ini sudah menjadi bisnis yang sangat menguntungkan.
“Saya awalnya hobi mengoleksi burung merpati balap untuk di ikutsertakan dalam lomba dan saat ini sudah menjadi bisnis yang menguntungkan,” kata dia.
Fajar sudah membudidayakan burung merpati balap secara komersil dan banyak pembeli datang dari berbagai daerah di Indonesia bahkan dari luar negeri seperti Malaysia dan Singapura.
Jika ingin budidaya merpati balap, katanya terlebih dahulu harus mengetahui silsilah atau biasa disebut trah dari keturunan sebelumnya, seperti nenek atau buyut dari merpati tersebut.
Sebab dengan silsilah akan diketahui karakter terbang dan tempurnya, di mana unsur genetik mempengaruhi karakter keturunan yang akan diperlombakan untuk meraih juara baik tingkat lokal sampai tingkat nasional.
“Silsilah merpati menjadi penting mengingat persaingan kompetisi tingkat nasional sangat ketat karena perlombaan melibatkan merpati terbaik sekaligus ajang adu gengsi sang pemilik,” katanya.
Fajar sendiri awalnya hanya membudidayakan sepasang merpati balap yang dimiliki yang dibiakan dengan melakukan perkawinan bergilir, telur yang dihasilkan dieramkan dan ditetaskan oleh merpati lolohan atau merpati babu masing-masing dua telur. Setiap pasang indukan menghasilkan dua telur setiap dua minggu sekali, dan dierami selama 18 hari. Kemudian menetas, di-loloh sampai terbang sendiri sekitar 1 bulan, sehingga dalam setiap bulannya diperoleh enam pasang piyikan yang harga jualnya rata-rata 3 juta rupiah perpasang.
Untuk merpati balap yang ikut lomba ditingkat nasional biasanya harganya mencapai ratusan juta rupiah,” katanya.
Untuk mendapatkan merpati yang unggul dan memiliki kecepatan dan ketangkasan tinggi, kata Fajar dia hanya memilih indukan kualitas super saja. Untuk itu, piyikan yang sudah dewasa akan dipilih mana saja yang memiliki kualitas standar terbaik, yang nantinya akan dilatih menjadi merpati balap unggulan.
Menurutnya, meskipun sepasang merpati indukan memiliki trah bagus dan memiliki kualitas baik, belum tentu hasil anakannya bagus pula, jadi belum tentu sesuai dengan harapan si peternak.
Dikatakan, beternak merpati balap itu mudah dan pasti menguntungkan. Sifat merpati yang mudah berjodoh, memudahkan siklus reproduksinya bisa diatur sesuai kebutuhan. Kini. Fajar pun mulai menuai hasil, puluhan ekor piyikan merpati balapnya laris manis di beli oleh penggemar lain yang datang dari berbagai daerah seperti Lampung, Palembang, Surabaya, Bandung, Bekasi, Jakarta dan Malang.
Bayangkan, jika dengan rata-rata sebulan bisa menjual piyikan sebanyak 20 pasang burung merpati dengan taksiran harga 3 juta rupiah sepasang maka omset sebulan yang diterimanya sekitar 60 juta rupiah. Padahal biaya produksi atau biaya perawatan sangat minim yakni hanya hanya membutuhkan pakan jagung, kacang hijau dan ‘voer’ dengan total biaya sekitar 1 juta sampai 2 juta rupiah per bulannya ditambah gaji karyawan.
“Beternak burung merpati balap sangat prospektif meski hanya menjual piyikannya saja, apalagi jika bisa menjual merpati yang punya kecepatan dan ketangkasan tinggi maka keuntungan yang diperoleh bisa ratusan juta rupiah dalam setiap transaksi,” katanya.(gus).