INDRAMAYU – Lima alumni SMK Negeri di Indramayu yang saat ini terikat kontrak sebagai pekerja magang di beberapa perusahaan di Jepang, pasca musibah gempa bumi disertai Tsunami masih belum diketahui nasibnya.
Ke-5 pekerja magang itu kehilangan kontak sejak terjadinya musibah gempa bumi dan Tsunami di Jepang.
Mereka adalah, Taufik Hidayat dan Karmani keduanya alumni SMKN 2 Indramayu yang bekerja sebagai ABK (Anak Buah Kapal) Isonoaki Jepang, serta 3 pekerja magang wanita alumnus SMKN Kandanghaur, Ista Mukoronah, Astuti dan Siti Wijayanti.
Kepala SMKN 2 Indramayu, Drs.H. Eddy Romdhon, M.Pd Jum’at (18/3) mengemukakan, pekerja magang asal Indramayu yang bekerja sebagai ABK di berbagai perusahaan pelayaran Jepang seluruhnya berjumlah 82 anak. Mereka berasal dari alumni SMKN2 Indramayu 41 orang, 31 alumni SMKN 1 Losarang dan 10 orang alumni SMKN Kandanghaur.
Menurut, Romdhon, 5 dari 82 pekerja magang asal Indramayu yang bekerja pada perusahaan, Kocituna, Sonomaki dan Fukusima itu hingga Jum’at (18/3) kehilangan kontak.
Pihak orang tua menurut Eddy Romdhon merasa cemas terhadap nasib anak-anaknya. Apalagi musibah gempa bumi dan Tsunami Jepang itu dibarengi dengan meledaknya reaktor nuklir yang berpotensi menimbulkan radiasi bagi manusia.
Eddy mengatakan, jika kapal tempat anak-anak magang itu saat terjadinya gempa bumi dan Tsunami posisinya sedang berlayar, kemungkinan tidak terlau membahayakan. Namun seandainya kapal mereka sedang bersandar di dermaga, maka hal itu yang mengkhawatirkan. (poskota)
Menurut, Romdhon, 5 dari 82 pekerja magang asal Indramayu yang bekerja pada perusahaan, Kocituna, Sonomaki dan Fukusima itu hingga Jum’at (18/3) kehilangan kontak.
Pihak orang tua menurut Eddy Romdhon merasa cemas terhadap nasib anak-anaknya. Apalagi musibah gempa bumi dan Tsunami Jepang itu dibarengi dengan meledaknya reaktor nuklir yang berpotensi menimbulkan radiasi bagi manusia.
Eddy mengatakan, jika kapal tempat anak-anak magang itu saat terjadinya gempa bumi dan Tsunami posisinya sedang berlayar, kemungkinan tidak terlau membahayakan. Namun seandainya kapal mereka sedang bersandar di dermaga, maka hal itu yang mengkhawatirkan. (poskota)