INDRAMAYU - Para petani di wilayah Pantura Kabupaten Indramayu merasa resah dengan peredaran benih padi varietas mekongga yang dicurigai sebagai produk benih palsu. Meskipun belum diuji secara kualitas dan efeknya, benih padi itu dibungkus dengan kemasan palsu tanpa takaran pasti.
Daca, petani asal Blok Kasinan RT 17 RW 5, Desa Margamulya, Kec. Bongas, mengatakan, pada benih padi yang dicurigai palsu itu tertera merek Benih Bina Unggul Varietas Mekongga Super Jumbo yang diproduksi Petani Jabar Indonesia.
Namun, menurut Daca, selain dijual oleh beberapa petani di Kec. Bongas dan Gabus, kejanggalan terletak pada kemasan plastik bibit yang tidak rapi dan tampak berbeda dengan kemasan bibit asli.
Daca mengatakan, harga benih padi tersebut juga terbilang lebih murah, yaitu Rp 330.000 per kuintal. Padahal, biasanya harga normal Rp 1 juta per kuintal atau Rp 50.000 untuk kemasan 5 kg.
Sementara itu, seorang karyawan pengemasan bibit padi gadungan, ly (40), warga RW 11 RT 3 BlokTundagan, Desa Margamulya mengakui, banyak produk benih beredar di pasaran merupakan produk rumahan, bukan dari pembenihan resmi sebagai distributor.
Menurut ly, plastik kemasan bibit itu dicap dan dilabeli menyerupai kemasan asli. Dan produksi dilakukan di gudang-gudang di beberapa wilayah dengan mempekerjakan empat sampai lima pekerja.
Menurut ly, benih-benih produksi sendiri itu cukup digemari oleh para petani karena harganya yang lebih murah. Benih itu sudah dibeli dan digunakan oleh para petani di wilayah Pantura, seperti di Kec Gabus dan Kroya. Namun, belum ada keluhan mengenai kualitas benih-benih dalam kemasan yang diduga palsu itu. (PR)
Sementara itu, seorang karyawan pengemasan bibit padi gadungan, ly (40), warga RW 11 RT 3 BlokTundagan, Desa Margamulya mengakui, banyak produk benih beredar di pasaran merupakan produk rumahan, bukan dari pembenihan resmi sebagai distributor.
Menurut ly, plastik kemasan bibit itu dicap dan dilabeli menyerupai kemasan asli. Dan produksi dilakukan di gudang-gudang di beberapa wilayah dengan mempekerjakan empat sampai lima pekerja.
Menurut ly, benih-benih produksi sendiri itu cukup digemari oleh para petani karena harganya yang lebih murah. Benih itu sudah dibeli dan digunakan oleh para petani di wilayah Pantura, seperti di Kec Gabus dan Kroya. Namun, belum ada keluhan mengenai kualitas benih-benih dalam kemasan yang diduga palsu itu. (PR)