© Burung Indonesia/Taufan Arifin |
Mengagumi indahnya berbagai jenis burung, mengamati perilakunya yang lucu, dan mendengar merdu kicauan burung yang terbang bebas kian kemari dapat dilakukan di pekarangan rumah kita sendiri. Jika diamati dengan seksama, beberapa jenis burung senantiasa berada di sekitar kita. Mereka memang merupakan jenis-jenis yang umum ditemui di pemukiman dan kerap kali mampir untuk sekedar bercengkrama, mencari makan, bahkan untuk tidur dan bersarang di pekarangan rumah. Sebut saja cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), cinenen pisang (Orthotomus sutorius), prenjak jawa (Prinia familiaris), burung-madu sriganti (Nectarinia jugularis) dan cabai jawa (Dicaeum trochileum).
Burung-burung ini suka mengunjungi pekarangan terutama pada pagi hari. Mereka menyukai pekarangan yang banyak ditumbuhi pepohonan. Bondol haji (Lonchura maja) senang membangun sarang di pucuk pohon cemara, atau di sela-sela daun palem yang aman dari jangkauan pemangsa seperti kucing rumah. Cabai jawa menyukai buah-buah kecil yang ranum seperti buni (Antidesma bunius), kersen (Muntingia calabura), dan lobi-lobi (Flacourtia inermis), sementara burung madu sriganti lebih menyukai madu bunga seperti dadap (Erythrina crystagalii), asoka (Ixora sp) dan pisang hias (Heliconia spp).
Mengundang mereka ke pekarangan kita bukanlah hal yang terlalu sulit untuk dilakukan. Kita telah mengetahui bahwa burung memerlukan beberapa hal mendasar seperti tempat berlindung dan bersarang, makanan serta air.
Menanam pohon buah dan bunga-bungaan dapat menjadi salah satu cara yang jitu untuk menarik perhatian burung. Pepohonan dan berbagai jenis bunga di pekarangan rumah tentu saja akan mempercantik surga kecil kita. Pohon-pohon itu merupakan komponen yang penting dalam menarik perhatian burung-burung untuk mengunjungi pekarangan kita.
Kerimbunan pohon buah-buahan, seperti jambu, rambutan, dan mangga adalah tempat yang menyenangkan bagi burung-burung untuk bertengger dan bersarang. Begitu juga dengan kehadiran berbagai jenis bunga seperti asoka, bakung, kembang sepatu merupakan daya tarik bagi berbagai macam serangga yang merupakan makanan favorit bagi beberapa jenis burung seperti kipasan belang (Rhipidura javanica) dan Remetuk laut (Gerygone sulphurea).
Tumbuhan Penting Pemikat Burung
Tanamlah berbagai jenis tanaman, pohon dan semak. Lansekap yang bagus adalah jika memiliki cukup banyak jenis tanaman. Semakin beragam jenis yang ditanam, semakin banyak pula jenis burung yang datang.
Ada beberapa tipe tumbuhan yang penting bagi habitat burung. Yang pertama adalah tumbuhan yang termasuk pohon peneduh yaitu pohon berdaun jarum seperti jenis-jenis pinus dan cemara. Pohon lainnya yang rindang seperti beringin, pohon kapuk, dan pohon sengon juga penting sebagai peneduh pekarangan sekaligus tempat berteduh burung. Pada siang hari, saat panas terik, burung-burung tidak terlalu aktif dan lebih suka berteduh di bawah rindangnya pepohonan.
Tumbuhan lainnya adalah keluarga rerumputan dan polong-polongan seperti angsana, akasia, asoka dan dadap. Tumbuhan tersebut selain menyediakan perlindungan bagi burung-burung yang bersarang dekat tanah, juga menyediakan biji-bijian untuk makanan. Pohon dadap menjadi tempat favorit untuk bersarang bagi jenis-jenis prenjak jawa (Prinia familiaris) dan Cinenen jawa (Orthotomus sepium).
Tumbuhan penghasil nektar sangat populer bagi burung madu serta sesap madu yang memang menyukai nektar bunga. Karenanya, tanaman hias maupun tanaman bunga seperti dadap, pisang hias, dan palem sangat baik untuk menarik perhatian burung. Demikian pula dengan pohon buah-buahan. Saat musim bunga sebelum berbuah, pohon-pohon seperti jambu, mangga dan rambutan seringkali didatangi burung. Burung cabai jawa (Dicaeum trochileum)suka sekali mengunjungi pohon kersen saat musim berbuah tiba.
Terakhir, yang tak kalah pentingnya adalah pohon yang berbiji. Pohon ini juga dapat menarik perhatian burung-burung. Selain daging bijinya, pohon berbiji juga menjadi tempat yang bagus untuk bersarang.
Pekarangan, Konsep Lokal Untuk Taman
Dalam arsitektur lansekap, kita mengenal berbagai macam taman dengan gaya beragam. Setiap negara memiliki konsep untuk taman yang unik dengan ciri khasnya masing-masing. Sebagai contoh, Jepang dikenal dengan tanaman serba pangkas yang dipadukan dengan elemen batu. Eropa dikenal dengan gaya yang formal dan penuh warna. Indonesia memiliki konsep taman sendiri yang kita kenal dengan pekarangan.
Bondol Haji suka bersarang di pohon palem© Burung Indonesia/Fahrul P. Amama |
Dibandingkan dengan konsep taman lainnya, pekarangan merupakan lahan yang lengkap dengan fungsi-fungsi tertentu. Misalnya fungsi bermain untuk anak-anak, fungsi sosial budaya sebagai tempat berkumpul anggota keluarga maupun kerabat dan tetangga, fungsi ekonomi produksi yaitu kebun sayur, buah dan tanaman obat, serta fungsi yang tak kalah pentingnya yaitu fungsi ekologis, sebagai koridor yang menghubungkan pemukiman dengan habitat alami.
Pekarangan yang baik memiliki komponen yang sangat beragam, baik vertikal maupun horisontal. Secara vertikal, pekarangan sebaiknya memiliki strata mulai dari lumut, rumput, hingga pohon tinggi. Tanaman epifit dan liana merambat juga termasuk dalam keragaman vertikal. Sementara keragaman horisontal dapat dibagi berdasarkan fungsi tanaman: tanaman hias, umbi-umbian, penghasil buah, tanaman obat, sayuran, serta pohon peneduh.
Burung Gereja menikmati pakan berupa biji-bijian yang disediakan di bird-feeder yang dipasang di pekarangan© Burung Indonesia/Fahrul P. Amama |
Di Jawa Barat, pekarangan dibagi zonasinya menjadi tiga wilayah. Halaman depan disebut buruan yang biasanya didominasi oleh tanaman hias dan buah sebagai elemen “main entrance” atau semacam “welcome area”. Halaman samping disebut pipir yang biasanya ditanami tanaman produktif untuk baik buah maupun obat-obatan. Sementara bagian belakang biasa disebut kebon yang ditanami pohon buah-buahan, bumbu, obat-obatan serta sayuran dan biasanya juga menjadi lokasi kolam.
Konsep pekarangan yang sempurna sangat baik dalam menghadirkan habitat mini bagi hidupan liar. Pekarangan yang ditumbuhi oleh tanaman pemikat burung secara otomatis akan menghadirkan burung dan juga satwa liar lainnya seperti kupu-kupu, kumbang, maupun kelelawar. Namun untuk mendapatkan bentuk ideal pekarangan dengan strata yang cukup lengkap, dibutuhkan lahan yang cukup luas, minimal 100 meter persegi. Bagi rumah-rumah di wilayah perkotaan yang memiliki keterbatasan lahan, solusinya adalah vertical culture. Seperti menanam tanaman di pot berjenjang, menanam di pot gantung (hanging garden), di tiang vertikal, maupun di atap. Dengan begitu lahan yang terbatas dapat dioptimalkan untuk menghadirkan pekarangan yang khas Indonesia dan tetap menarik bagi burung (Fahrul Amama)
Liana dan epifit menambah keragaman strata vertikal.© Burung Indonesia/Fahrul P. Amama |
Sumber: Rujak