Mineral tembaga (Cu) tergolong elemen asli (native). Dalam pengelompokan logam, tembaga termasuk logam bukan besi Menurut Doddy Setia Graha (1987:226) bahwa mineral tembaga memiliki karakteristik: sistem kristal isometrik, belahan tidak ada, kekerasan 2,5 sampai 3, kilap logam (metallic), warna merah muda, kusam yang cepat menjadi merah tembaga dan kemudian berubah menjadi coklat, gores/cerat hitam logam, optik opak, isotrop. Mineral tembaga di alam ditemukan terutama di zona oksidasi dari endapan biji sulfida. Batuan sedimen yg berdekatan dengan ekstrusi basa, dan di dalam rongga-rongga batuan basalt.
Sedangkan menurut Direktorat Pertambangan Departemen Pertambangan (1969:83) "bijih tembaga terdapat sebagai cebakan-cebakan dengan bermacam-macam tipe dalam batuan beku, sedimen, metamorfose. Hampir sebagian besar cebakan-cebakan tembaga terjadi dari larutan hidrothermal dengan tipe replacement dan cavity filling. Sebagian besar cadangan bijih tembaga dunia terdiri dari tipe replacement dalam bentuk porphyry copper".
Persebaran tembaga di Indonesia ditemukan hampir merata di berbagai provinsi, yaitu di Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, NTT, dan Papua.
Penggunaan tembaga dalam kehidupan sehari-hari untuk peralatan listrik dan mobil, kabel, alat-alat radio, lemari es, AC, telepon, amunisi, kapal terbang, peluru kendali, campuran logam (perunggu dan kuningan), industri kimia, bahan celup dan rayon, alat-alat rumah tangga dan bangunan, perhiasan, dsb.
Sumber:
- Direktorat Pertambangan Departemen Pertambangan. 1969. Bahan Galian Indonesia. Jakarta: Departemen Pertambangan.
- Setia Graha, Doddy. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung: Nova.
Keterangan foto:
Dokumentasi pribadi dari pemotretan paket contoh mineral dari Kementrian Pendidikan Nasional.