Sebanyak 95 persen dari sekitar 200.000 perpustakaan sekolah dan daerah di Indonesia diketahui tidak memiliki sarana dan prasarana memadai layaknya perpustakaan. Parahnya lagi, berdasarkan survey yang pernah dilakukan Perpustakaan Nasional disebutkan dari 130.000 sekolah di Indonesia, ternyata baru ada 18 persen di antaranya yang memiliki perpustakaan. Lalu dari sekitar 64.000 desa di Indonesia baru 22 persen di
antaranya yang dilengkapi perpustakaan, itupun dengan kondisi yang memprihatinkan.
Sebagai sarana yang sangat penting dalam membangun kualitas pendidikan dan sumber daya manusia, idealnya setiap sekolah dan daerah di Indonesia memiliki perpustakaan dengan kondisi layak untuk mendukung kesuksesan teaching dan learning atau belajar mengajar serta penelitian.
Namun kondisi perpustakan di Indonesia saat ini, belum sebagaimana yang diharapkan baik dari segi jumlah maupun kualitas perpustaaan tersebut.
Kepala BPAD (Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah) Provinsi Kepri, Amir Husein mengatakan, untuk membangun perpustakaan yang refresentatif membutuhkan anggaranyang besar dan untuk itu perlu komitmen dari pemerintah yang cukup kuat.
Provinsi Kepri sendiri kata dia akan membangun lima perpustakaan percontohan di lima kabupaten dan kota di Provinsi Kepri untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Lima perpustakaan percontohan tersebut akan dibangun di Kota Batam, Kabupaten Bintan, Kota Tanjungpinang, Kabupaten Natuna dan Kabupaten Lingga. Selain itu, juga akan dilanjutkan dengan pembangunan perpustakaan untuk tingkat kecamatan dengan ukuran 9 x 9 meter yang dilengkapi buku, rak, meja baca, kursi dan komputer.
"Program itu akan kita laksanakan dalam tahun 2011 ini, dengan tujuan membiasakan dan meningkatkan budaya baca di tengah masyarakat demi meningkatkan pengetahuan serta mencerdaskan kehidupan bangsa," kata Amir Husain.
Jika program tersebut sudah berjalan, kata Amir, BPAD akan menjadikan perpustakaan Provinsi Kepri sebagai sentral yang akan memberikan unit pelayanan untuk setiap perpustakaan di kabupaten dan kota.
"Untuk merangsang tumbuh dan berkembangnya program tersebut, seterusnya akan diarahkan untuk membentuk kelompok-kelompok baca di setiap kecamatan. Dan akan diperlombakan di antara kelompok-kelompok baca tersebut, seperti lomba pidato, menulis cerita, dan juga berbagai perlombaan lainnya dan pemenangnya akan diberikan hadiah menarik," kata dia.
Sementara itu, untuk membantu perpustakaan daerah terpencil atau daerah pedesaan akan diberikan bantuan dana hibah untuk membangun perpustakaan atau merehab bangunan yang tidak terpakai. Selain itu, BPAD juga akan membagikan buku-buku bersejarah, seperti sejarah Pulau Penyengat kepada setiap perpustakaan kabupaten dan kota, kecamatan serta pedesaan yang ada dengan prioritas utama pada sekolah-sekolah.
Untuk memudahkan pengiriman buku-buku tersebut, lanjut Amir, BPAD akan bekerjasama dengan PT Pos untuk menyalurkan buku-buku tersebut. Program lain BPAD adalah mengadakan perpustakaan di setiap puskesmas.
Direktur Politeknik Batam, Priyono Eko Sanyoto mengatakan, sebagai sarana yang berfungsi untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat mestinya perpustakaan dibangun dengan serius dan dilengkapi dengan sarana dan prasarana pendukung. Selain itu, aplikasi teknologi juga sudah saatnya diterapkan diperpustakaan.
“Sekarang sudah masanya membangun perpustakaan digital untuk memudahkan masyarakat mengakses buku atau literature yang dibutuhkan,” katanya.
Pemerintah, kata dia harus merubah paradigma lama dalam membangun perpustakaan hanya sebagai sebuah gedung yang berisi rak buku buku tetapi harus mulai mengarah ke penggunaan teknologi.
Banyak negara di dunia saat ini sudah menerapkan perpustakaan secara digital karena memudahkan masyarakat untuk mendapatkan literature yang di inginkan.
Perputakaan digital adalah sebuah sistem perpustakaan yang mengunakan elektronik dalam menyampaikan informasi dari sumber yang dimiliki. Media elektronik yang digunakan dapat diartikan secara luas seperti melalui komputer, telepon, internet, intranet dan sebgainya.
Perpustakaan Digital merupakan sekumpulan kegiatan yang menggabungkan koleksi-koleksi, layanan dan sumber daya manusia untuk mendukung penuh siklus penciptaan, diseminasi, pemanfaatan dan penyimpanan data informasi, serta pengetahuan dalam segala bentuk format yang telah dievaluasi, diatur, diarsip dan disimpan.
Dalam aplikasinya akan menggunakan internet atau intranet dan teknologi informasi dalam manajemen perpustakaan. Penerapan sisitem perpustakaan digital sangat membantu pustakawan dan para pengguna perpustakaan.
Bagi pustakawan, sistem ini akan sangat membantu pekerjaan mereka melalui fungsi-fungsi otomasi yang tersedia, sehingga proses pengelolaan perpuskaan akan menjadi efektif dan efisien. Sistem ini juga sangat membantu pengguna perpustakaan dalam mengakses semua informasi yang tersedia pada database perpustakaan.
Menurut Eko, perubahan paradigma baru pada perpustakaan modern saat ini yang lebih menempatkan perpustakaan sebagai knowlidge manager atau expertise dalam proses knowlidge transfer, maka dukungan perpustakan terhadap peningkatan kualitas pendidikan pelajar atau masyarakat diharapkan akan jauh lebih baik dan nampak nyata.
Meski demikian, semua proses tersebut dapat terwujud jika terjadi perubahan-perubahan terhadap kegiatan kepustakaan, peningkatan profesionalisme sumber daya manusia dalam hal knowlidge management dan penguasaan teknologi, improvisasi bentuk layanan informasi, dan kehadiran teknologi informasi.
Untuk mencapai tujuan tersbut maka perlu dibangun infrastruktur jaringan teknologi informasi seperti intranet dan internet guna mempercepat pertumbuhan kemajuan suatu bangsa. Pembangunan sever intranet sebagi salah satu bagian pembangunan infrastruktur teknologi informasi sangat dibutuhkan masyarakat untuk memenuhi segala kebutuhan masyarakat pada era informasi ini.
Dengan kata lain intranet menjanjikan kecanggihan tekhnologi informasi masa ini, bersamaan dengan perkembangan internet. Konektivitas nya dengan internet menjadikan jaringan lokal intranet sebagai primadona jaringan lokal.
Para pendiri bangsa ini, kata Eko sebenarnya sudah memikirkan tentang pentingnya perpustakaan sehingga pada tahun 1950 didirikan lembaga khusus
kepustakaan yang termasuk dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Pengajaran yang pelaksanaannya saat ini dilakukan oleh Perpustakaan Nasional.
Kehadiran Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan kian memperkuat posisi, peran dan keberadaan perpustakaan.
Namun, sayangnya dalam perkembangan selanjutnya perpustakaan di Indonesia terlambat memperbaiki infrastruktur dan teknologinya dengan perkembangan jaman sehingga tertinggal dari segi penggunaan teknologi jika dibanding negara maju lainnya.
Oleh karena itu, jika perpustakaan di Indonesia ingin berfungsi sebagai wahana atau sarana mencerdaskan bangsa maka daloam pengelolanya dituntut untuk selalu meningkatkan profesionalisme dengan mau belajar terhadap hal-hal yang baru, mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi dalam rangka memberikan layanan informasi kepada pustakawan secara professional. (gus).