Wamena merupakan satu-satunya kota terbesar yang terletak dipedalaman tengah Papua. Wamena berasal dari bahasa Dani yang terdiri dari dua kata Wam dan Ena, yang berarti Babi Jinak.
Berbeda dengan kota-kota besar lainnya di Papua, seperti Timika, Jayapura, Sorong, dan Merauke, Wamena merupakan surga dan mutiara yang belum banyak tersentuh di pedalaman pegunungan tengah Papua. Kota yang terletak di lembah Baliem dan dialiri oleh sungai Baliem serta diapit pegunungan Jayawijaya diselatannya memiliki ketinggian sekitar 1600 meter diatas permukaan laut. Kota Wamena masih memiliki udara yang segar dan jauh dari polusi udara seperti kota-kota besar lainnya di Indonesia.
Sebagaimana halnya kebanyakan kota-kota di pedalaman Papua, kota ini berkembang sesuai dengan pola perkembangan sekitar bandara udara.
Kota yang banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal dan mancanegara ini sangatlah indah dan masih asri alamnya. Terutama pada musim penyelenggaraan pesta budaya Papua, yang diselenggarakan di distrik Kurulu, kota ini dibanjiri oleh para wisatawan baik lokal dan mancanegara.
Mayoritas penduduknya bermatapencaharian sebagai petani, sejak ratusan tahun lalu penduduk wamena sudah mengenal budidaya tanaman. Tanaman pokok yang sering dibudidayakan adalah ketela rambat atau ubi jalar. Ubi jalar merupakan komoditas yang penting karena menjadi makanan pokok bagi penduduk setempat. Ubi yang besar digunakan sebagai bahan makanan keluarga dan yang kecil dijadikan makanan Babi.
Babi meruapakan ternak penting bagi masyarakat wamena, bahkan nama kota wamena diambil dari naman Babi yaitu (WAM) dalam bahasa wamena kata wam berarti Babi, jadi kata wamena berasal dari kata WAM dan ENA,: Wam artinya Babi dan ENA artinya Jinak, jadi WAMENA berarti BABI JINAK. Babi jinak terkenal di wamena, yang mana dalam budaya lokal, masyarakat sering mengambil anak babi lalu di pelihara secara intensif seperti halnya orang memelihara anjing, sehingga wam ena atau babi jinak ini menjadi babi yang sangat akrap dan manja dengan manusia, bahkan ibu-ibu sering memberikan ASI mereka pada anak babi jinak. Masyarakat wamena menganggap babi begitu penting sehingga sering digunakan dalam maskawin dalam pernikahan. Dan sejak dahulu permasalahan yang timbul di masyarakat seperti konflik dan lain-lain sering diselesaikan dengan membayar menggunakan babi. Hingga sekarangpun babi sangat mahal harganya mencapai puluhan juta rupiah.
Wamena merupakan satu-satunya kota terbesar yang terletak dipedalaman tengah Papua. Yap, foto atau gambar seorang wanita yang lagi menyusui seekor babi merupakan cenderamata khas kota ini.
Berbeda dengan kota-kota besar lainnya di Papua, seperti Timika, Jayapura, Sorong, Merauke, dll. Wamena merupakan surga dan mutiara yang belum banyak tersentuh di pedalaman pegunungan tengah Papua. Kota yang terletak di lembah Baliem dan dialiri oleh sungai Baliem serta diapit pegunungan Jayawijaya diselatannya memiliki ketinggian sekitar 1600 meter diatas permukaan laut. Kota Wamena masih memiliki udara yang segar dan jauh dari polusi udara seperti kota-kota besar lainnya di Indonesia.
Sebagaimana hal nya kebanyakan kota-kota di pedalaman Papua, kota ini berkembang sesuai dengan pola perkembangan sekitar bandara udara. Kota yang banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal dan mancanegara ini sangatlah indah dan masih asri alamnya. Terutama pada musim penyelenggaraan pesta budaya Papua, yang diselenggarakan di distrik Kurulu, kota ini dibanjiri oleh para wisatawan baik lokal dan mancanegara.