Pada tingkat salinitas yang ideal 15 – 25 ppt, daya tahan udang terhadap penyakit dan tingkat pertumbuhan lebih optimal
Taura, myo, dan white spot. Teknisi tambak udang mana yang tak kenal 3 penyakit ini. Satu dari tiga penyakit tersebut bahkan disebut-sebut jadi biang kerok melesetnya target produksi udang di 2010. Tak heran jika banyak kalangan mengingatkan untuk waspada terhadap penyakit-penyakit tadi. Salah satu cara yang bisa ditempuh adalah dengan menjaga salinitas (kadar garam) air di tambak.
Tingkat salinitas menurut Budi Santosa, terkait erat dengan daya tahan udang terhadap penyakit. Teknisi tambak udang vannamei Bumi Asri Lestari, Situbondo, Jawa Timur ini mencatat, bila tingkat salinitas air tambak terlalu tinggi hingga mencapai 30 ppt atau lebih, maka udang akan lebih rentan terhadap serangan virus white spot.
Sedangkan bila terlalu rendah hingga di angka 5 ppt, maka akan lebih rentan terhadap serangan virus myo dan taura. ”Dari beberapa percobaan dan kemudian mengamatinya, pada kisaran salinitas 20 – 25 ppt daya tahan udang terhadap ketiga penyakit itu lebih baik. Bagi saya kisaran itu lah yang paling ideal,” terang Budi yang mendasarkan penilaiannya dari pengamatan bertahun-tahun di lapangan
Masih dari Situbondo, teknisi tambak udang vannamei Pandawa Senajaya – Mochammad Zamroni berpendapat, tingkat salinitas air sangat mempengaruhi tingkat stres udang. Terangnya, kalau udang yang kita pelihara sudah terbiasa pada tingkat salinitas 20 – 25 ppt, lalu tingkat salinitasnya tiba-tiba naik jadi 30 ppt, maka udang akan langsung stres. ”Stres ini lah yang kemudian menyebabkan udang itu lebih rentan terhadap penyakit,” simpul Zamroni.
Salinitas & Pertumbuhan
Tak hanya terkait dengan daya tahan udang terhadap penyakit, Budi mengamati, tingkat salinitas juga erat kaitannya dengan pertumbuhan. ”Pada kisaran salinitas 20 – 25 ppt, tingkat pertumbuhan udang juga akan lebih baik,” katanya.
Penjelasan ilmiahnya dikemukakan oleh ahli udang dari Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, Dr Ir Bambang Widigdo. Dia menerangkan, udang vannamei secara alami memiliki kemampuan untuk mentolerir salinitas pada kisaran yang lebar, yaitu antara 5 – 40 ppt. Kata Bambang, ini dimungkinkan karena di dalam tubuh udang terdapat suatu organ yang disebut osmoregulator yang berfungsi mengatur kadar garam dalam sel tubuh udang.
Terkait bagaimana kinerja osmoregulator itu, Bambang memberi penjelasan. Saat tingkat salinitas di lingkungan lebih rendah (kurang dari 15 ppt) dari kadar garam sel tubuh udang, air dari lingkungan akan masuk ke dalam sel tubuh udang melalui membran semipermeabel sel. ”Bila ini terjadi, maka kadar garam dalam sel tubuh udang akan menurun. Untuk itu osmoregulator akan mengeluarkan air dari sel tubuh udang,” jelasnya.
Selengkapnya baca majalah Trobos edisi Maret 2011
Taura, myo, dan white spot. Teknisi tambak udang mana yang tak kenal 3 penyakit ini. Satu dari tiga penyakit tersebut bahkan disebut-sebut jadi biang kerok melesetnya target produksi udang di 2010. Tak heran jika banyak kalangan mengingatkan untuk waspada terhadap penyakit-penyakit tadi. Salah satu cara yang bisa ditempuh adalah dengan menjaga salinitas (kadar garam) air di tambak.
Tingkat salinitas menurut Budi Santosa, terkait erat dengan daya tahan udang terhadap penyakit. Teknisi tambak udang vannamei Bumi Asri Lestari, Situbondo, Jawa Timur ini mencatat, bila tingkat salinitas air tambak terlalu tinggi hingga mencapai 30 ppt atau lebih, maka udang akan lebih rentan terhadap serangan virus white spot.
Sedangkan bila terlalu rendah hingga di angka 5 ppt, maka akan lebih rentan terhadap serangan virus myo dan taura. ”Dari beberapa percobaan dan kemudian mengamatinya, pada kisaran salinitas 20 – 25 ppt daya tahan udang terhadap ketiga penyakit itu lebih baik. Bagi saya kisaran itu lah yang paling ideal,” terang Budi yang mendasarkan penilaiannya dari pengamatan bertahun-tahun di lapangan
Masih dari Situbondo, teknisi tambak udang vannamei Pandawa Senajaya – Mochammad Zamroni berpendapat, tingkat salinitas air sangat mempengaruhi tingkat stres udang. Terangnya, kalau udang yang kita pelihara sudah terbiasa pada tingkat salinitas 20 – 25 ppt, lalu tingkat salinitasnya tiba-tiba naik jadi 30 ppt, maka udang akan langsung stres. ”Stres ini lah yang kemudian menyebabkan udang itu lebih rentan terhadap penyakit,” simpul Zamroni.
Salinitas & Pertumbuhan
Tak hanya terkait dengan daya tahan udang terhadap penyakit, Budi mengamati, tingkat salinitas juga erat kaitannya dengan pertumbuhan. ”Pada kisaran salinitas 20 – 25 ppt, tingkat pertumbuhan udang juga akan lebih baik,” katanya.
Penjelasan ilmiahnya dikemukakan oleh ahli udang dari Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, Dr Ir Bambang Widigdo. Dia menerangkan, udang vannamei secara alami memiliki kemampuan untuk mentolerir salinitas pada kisaran yang lebar, yaitu antara 5 – 40 ppt. Kata Bambang, ini dimungkinkan karena di dalam tubuh udang terdapat suatu organ yang disebut osmoregulator yang berfungsi mengatur kadar garam dalam sel tubuh udang.
Terkait bagaimana kinerja osmoregulator itu, Bambang memberi penjelasan. Saat tingkat salinitas di lingkungan lebih rendah (kurang dari 15 ppt) dari kadar garam sel tubuh udang, air dari lingkungan akan masuk ke dalam sel tubuh udang melalui membran semipermeabel sel. ”Bila ini terjadi, maka kadar garam dalam sel tubuh udang akan menurun. Untuk itu osmoregulator akan mengeluarkan air dari sel tubuh udang,” jelasnya.
Selengkapnya baca majalah Trobos edisi Maret 2011