Tugas Biologi Perairan
(Sifat Seksual Primer Dan Sekunder)
Disusun oleh:
Poberson Naibaho
(230110090074)
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2011
Sifat Seksual Primer Dan Sekunder
a. Sifat Seksual Primer
Sifat seksual primer pada ikan tandai dengan adanya organ yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi, yaitu ovarium dan pembuluhnya pada ikan betina, dan testis dengan pembuluhnya pada ikan jantan.
Ciri seksual primer:
- Alat/organ yang berhubungan langsung dengan proses reproduksi
Contoh:
- Testis dan salurannya pd ikan jantan
- Ovarium dan salurannya pd ikan betina
b. Sifat Seksualitas Sekunder
Sifat seksual sekunder ialah tanda-tanda luar yang dapat dipakai untuk membedakan ikan jantan dan ikan betina. Satu spesies ikan yang mempunyai sifat morfologi yang dapat dipakai untuk membedakan jantan dan betina dengan jelas, maka spesies itu bersifat seksual dimorfisme.
Namun, apabila satu spesies ikan dibedakan jantan dan betinanya berdasarkan perbedaan warna, maka ikan itu bersifat seksual dikromatisme. Pada umumnya ikan jantan mempunyai warna yang lebih cerah dan lebih menarik dari pada ikan betina.
Pada dasarnya sifat seksual sekunder dapat dibagi menjadi dua yaitu :
a) Sifat seksual sekunder yang bersifat sementara, hanya muncul pada waktu musim pemijahan saja. Misalnya “ovipositor”, ikan Rhodeus amarus yaitu alat yang dipakai untuk menyalurkan telur ke bivalvia, adanya semacam jerawat di atas kepalanya pada waktu musim pemijahan. Banyaknya jerawat dengan susunan yang khas pada spesies tertentu bisa dipakai untuk tanda menentukan spesies, contohnya ikan Nocomis biguttatus dan Semotilus atromaculatus jantan.
b) Sifat seksual sekunder yang bersifat permanent atau tetap, yaitu tanda ini tetap ada sebelum, selama dan sesudah musim pemijahan. Misalnya tanda bulatan hitam pada ekor ikan Amia calva jantan, gonopodium pada Gambusia affinis, clasper pada golongan ikan Elasmobranchia, warna yang lebih menyala pada ikan Lebistes, Beta dan ikan-ikan karang, ikan Photocornycus yang berparasit pada ikan betinanya dan sebagainya.
Ciri seksual sekunder terdiri dari 2 jenis:
1. Tidak berhubungan dengan kegiatan reproduksi
Contoh:
- Bentuk tubuh (♀ lebih besar)
- Buncak pemijahan pd ikan ♂ minnow (Osmerus)
- Sirip ekor lebih panjang pd ♂ cinggir putri (Xiphophorus helleri)
- Warna tubuh lebih cemerlang pd ♂ misal pada Lepomis Humilis Lepomis Humilis Sirip ekor lebih panjang pd ♂ cinggir putri (Xiphophorus helleri)
2. Alat bantu pemijahan
Contoh:
- Gonopodium pd ♂ ikan seribu ( Lebistes reticulatus)
- Modifikasi sirip dada heteorchir pd ♂ Xenodexia untuk memegang gonopodium pd kedudukannya shg memudahkan masuk ke oviduct betina
- Sirip perut yg termodifikasi menjadi myxopterygium (clasper) pada Elasmobranchii ♂ menjamin fertilisasi internal
- Tenaculum ( semacam clasper yg terdapat pd bagian atas kepala) pd ikan Chimera ♂
- Ovipositor pd ikan Rhodes amarus dan Careproctus ♀
HERMAPRODIT
Sifat seksual ikan merupakan sifat biologis dari suatu ikan untuk melakukan suatu proses reproduksi itu sendiri ada yang besifat hermaprodit . Yaitu bila dalam tubuhnya terdapat jaringan ovarium yang sebagai penentu indvidu betina dan terhadap juga testis sebagi penentu indvidu jantan. Keduanya terdapat dalam satu organ dan letaknya seperti letak gonad indvidu normal. Mempunyai dua jenis kelamin tetapi kadang tidak semuanya dapat digunakan dalam satu waktu. Pada umumnya, ikan hermaprodit hanya satu sex saja yang berfungsi pada suatu saat, meskipun ada beberapa spesies yang bersifat hemaprodit sinkroni.
• Ada 3 macam hermaprodit:
1. Hermaprodit Sinkroni
apabila didalam gonad individu terdapat sel kelamin betina dan sel kelamin jantan yang dapat masak bersamaan
Contoh: Serranus cabrilla
2. Hermaprodit Protandri
yang berarti di dalam tubuh ikan tersebut mempunyai gonad yang mengadakan deferensiasi dari fase jantan ke betina
Contoh: Ikan kakap (Lates calcarifer),tjd sth ikan mencapai ukuran 3 kg.
3. Hermaprodit Protogini
yang merupakan keadaan sebalik dari hermaprodi protandri yaitu proses diferensiasinya berjalan dari fase betina ke fase jantan (Effendie, 2002).
Contoh: Belut sawah (Monopterus albus), Kerapu lumpur (Epinephelus tauvina)