Sabtu, 26 Maret 2011

PENGAWETAN HIJAUN PAKAN TERNAK DENGAN TEKNOLOGI FERMETASI (SILASE)

M.N. Hidayat

A. Pendahuluan

Silase merupakan hijauan segar yang diproses secara fermentasi untuk pakan ternak. Dalam proses pembuatan silase digunakan alat yang disebut silo. Tanaman yang dapat dibuat silase, seperti hijauan lapangan, legum, sereal terutama jagung.
Pengawetan hijauan pakan ternak di dalam silo dilakukan secara anaerobik (tanpa oksigen). Hijauan tersebut dipotong-potong dalam ukuran yang pendek (± 5 cm) pada saat di ambil dilapangan. Silo yang dijadikan sebagi tempat proses fermentasi di tutup rapat untuk mencegah oksigen masuk, karena kehadiran oksigen (aktifitas aerobik) akan menyebabkan terjadinya pembusukan pada hijauan yang dibuat silase. Disamping itu dapat menghasilkan toksik dan kurang disukai ternak.
Pada saat proses fermentasi, kehadiran beberapa mikroba yang tidak di inginkan dapat terjadi, seperti clostridia dan enterobacteria. Mikroba tersebut dapat dihambat pertumbuhannya dengan bakteri asam laktat atau menggunakan senyawa kimia. Hasil fermetasi secara alami bakteri asam laktat dari gula (terutama glukosa dan fruktosa) adalah berbagai campuran asam, terutama laktat. Kehadiran asam laktat akan meningkat konsentrasi ion hidrogen (pH) sehingan akan menghambat beberapat pertumbuhan bakteri lain yang tidak tahan terhadap suasana asam. Nilai pH dapat menjadi slah satu faktor yang mempengaruhi proses ensilase pada hijauan pakan ternak. Legum biasnya memiliki ketahanan lebih tinggi terhadap pengaruh pH asam dibandingkan dengan rumput, sehingga sering memberikan hasil kurang memuaskan dalam pembuatan silase.
Hijauan (rumput) yang memiliki kandungan bahan kering kira-kira 200 g/kg akan memberikan hasil yang memuaskan pada proses pembuatas silase dengan pH 4. Proses ensilase akan memberikan hasil yang kurang memuaskan, jika dilakukan dalam kondisi cuaca yang kurang baik atau penambahan bahan aditif yang tidak cocok. Sama halnya juga dengan hijauan yang memiliki kandungan karbohidrat yang kurang larut dalam air (serat kasar), sebelum dilakukan porose fermentasi telebih dahulu diberikan perlakuan penambahan aditif tertentu.
Tipe silo yang digunakan dalam pembuatan silase dapat bermacama-macam, mulai dari penggunaan kantong plastik sampai pembuatan bangunan yang berbentuk silinder dari kayu, beton atau alminium. Nilai nutrisi silase yang dihasilkan dari prose fermentasi tergantung pada:
1. spesies dan tingkat pertumbuhan tanman (hijauan pakan ternak) pada saat di potong
2. Aktivitas enzin tanaman dan mikroorganisme pada saat di potong (panen) dan disimpang.

B. Enzim Tanaman
Setelah dilakukan pemotongan (panen) pada tanaman, maka pada tahap awal yang terjadi adalah perubahan senyawa kimia sebagai hasil dari aktifitas enzim di dalam jaringan tanaman. Proses respirasi dan proteolisis sangan penting dalam mempengaruhi nilai nutrisi produk akhir tanaman.
1. Respirasi
Respirasi dapat didefinisikan sebagai proses oksidatif dari degradasi senyawa organik untuk menghasilkan energi. Baik tanaman maupun ternak, oksigen merupakan pusat akseptor elektron. Karbohidrat merupakan sumber utam respirasi dan subtrat untuk oksidasinya biasanya gula heksosa yang mengalami glikolisis melalui proses asam trikarboksilat yang menghasilkan air dan karbondioksida. Pada tanaman yang dipotong (panen) reaksi biosintesis teelah terbatas dan kelihatannya semua energi dalam heksosa dikonversi menjadi panas. Energi panas ini kemudia terlepas ke atmosfir. Akan tetapi pada proses pembuatan silase energi panas tinggal dalam massa tanaman, sehingga menyebabkan meningkatnya temperatur silo. Respirasi tetap terjadi di dalam silo selama persedian oksigen dalam jaringan tanaman masih ada.
2. Proteolisis
Pada hijauan segar sekitar 75 samapi 90% kandungan nitrogen adalah protein. Akan tetapi, setelah dilakukan pemotongan (panen), maka terjadilah proses proteolisis (Hidrolisis ikatan-ikatan peptida) dan kandungan protein kemungkinan akan menurun sekitar 50% setelah beberapa hari pelayuan. Tingkat degradasi protein tanaman bervariasi pada setiap spesies, disamping itu juga dipengaruhi kandungan bahan kering dan temperatur. Produk proteolisis berupa asam amino dan peptida-petida berantai panjang.

C. Mikroorganisme

Bakteri dan fungi aerobik merupakan mikroorganisme yang dominan pada hijauan segar, akan tetapi pada saat dibuat silase di dalam silo dengan kondisi anaerobik, mikroba yang berkembang adalah mikroba anaerob. Diantara bakteri bakteri anareob yang dijumpai adalah bakteri asam laktat, clostridia, dan enterobcteri.

Bakteri asam laktat

Bakteri asam laktat merupakan bakteri anaerob fakultatif ( dapat tumbuh dengan adanya oksigen dan tanpa oksigen). Bakteri ini sudah ada dalam jumlah yang kecil pada tanaman sebelum dipotong (panen). Pada tanaman yang sudah dipotong, bakteri biasanya berkembang dengan cepat terutama setelah dicincang-cincang.
Bakteri asam laktat dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu: bakteri homofermentatif (Lactobacillus plantarum, Pediococcus pentosaceus dan Enerecoccus faecalis) dan bakteri heterofermentatif (Lactobacillus brevis dan Leuconostoc mesenteroides). Pada saat proses pembuatan silase berlangsung jumlah bakteri asam laktat terus meningkat dan melakukan fermetasi pada karbohidrat yang tidak larut dalam air yang menghasilkan asam organik terutama asam laktat. Asam laktat ini kemudian menjadi penyebab menurunnya nilai pH pada proses pembuatan silase. Bakteri asam laktat yang homofermentatif lebih efisien menghasilkan laktat dari heksosa dibandingkan yang heterofermentatif. Proses ensilage juga menyebakan terjadi proses hidrolisis hemislulosa dan pelepasan pentosa yang kemungkinannnya menghasilkan asam laktat dan asetat oleh bakteri asam laktat.

Clostridia

Clostridia yang terdapat pada tanaman berbentuk spora dan pertumbuhannya terbatas pasda kondisi anaerobik. Bakteri ini dapat dapat dibagi dalam 2 kelompok utama, yaitu (1) clostridia sakarolitik (Clostridium butyricum dan C.tyrobutyricum, (2) clostridia proteoltik (Clostridum bifermentans dan C. Sporogenes).
◄ Newer Post Older Post ►