A. SIFAT BIOLOGI
Lingkungan hidup Nila Merah.
sumber : Ir. Abbas Siregar Djarijah, 1994.
Masih menjadi bahan penelitian para ahli untuk menemukan genetik nila merah. Diduga bahwa nila merah merupakan hasil persilangan antara ikan-ikan yang termasuk dalam keluarga (Familia) Cichlidae dari keturunan species Oreochromis mosambicus honorum berwarna merah yang berasal dari Singapura dengan Oreochromis niloticus berwarna normal berasal dari Jepang. Ditinjau dari indikator meristic dan morphometric, nila merah merupakan hybrida alam.
Dalam klasifikasi biologi, nila merah (Oreochromis sp.) termasuk ordo Perchomorphi, Familia Cichlidae dan genus Oreochromis. Ciri-cirinya antara, lain terdapat garis-garis warna ke arah vertikal pada badan dan ekor serta sirip punggung dan sirip dubur. Warnanya kemerah-merahan atau kekuning-kuningan atau keputih-putihan (albino). Tubuhnya memanjang dan ramping. Sisik berbentuk stenoid berukuran besar dan kasar. Gurat sisi terputus di bagian tengah badan. Jumlah sisik pada gurat sisi 34 buah. Sirip punggung dan sirip perut mempunyai jari-jari lemah dan keras yang tajam seperti duri.
Nila merah dewasa pada umur 5 – 6 bulan dapat mencapai berat badan 400 – 600 gram per ekor. Ikan nila merah jantan dan betina dapat dibedakan berdasarkan perbedaan sifat kelamin sekunder (sex-sekunder) ataupun melalui pembedahan jaringan (sexiologi). Perbedaan jenis kelamin ini terbentuk setelah benih berumur 28 hari.
Nila merah jantan memiliki sisik besar dan setelah dewasa alat kelaminnya membentuk tonjolan agak meruncing. Sedangkan nila merah betina mempunyai lubang genital di dekat lubang anus. Sisik di bawah dagu dan perut pada nila merah jantan berwarna merah-tajam (merah-gelap), sedangkan pada nila merah betina berwarna merah-pucat.
Bentuk hidung dan rahang nila merah jantan melebar, sementara nila merah betina agak runcing. Sirip punggung dan sirip ekor pada nila merah jantan merupakan garis terputus-putus, sedangkan nila merah betina tidak terputus dan melingkar. Sifat-sifat ini mirip sekali dengan ikan nila pada umumnya.
Seperti pada golongan ikan Oreochromis pada umumnya, nila merah memiliki sifat khas dalam menjaga keturunannya, yaitu induk betina mengerami telur dan melindungi larvanya di dalam rongga mulut. Telur-telur yang terbuahi akan menetas dalam rongga mulut dan akan dikeluarkannya setelah dianggap mampu bertahan hidup seperti induknya.
Hampir 70 persen keturunan nila merah mempunyai jenis kelamin jantan. Akan tetapi warna yang diturunkan oleh induknya tidak selalu sama. Beberapa di antaranya ada yang berwarna kemerah-merahan, kekuning¬kuningan dan albino, terkadang juga bercak hitam atau hitam sama sekali.
Penampilan nila merah tampak beringas, terutama pada saat mengerami telur atau larva di dalam mulutnya. Bahkan seringkali induk-induk yang demikian ini suka menyerang bila diganggu. Akan tetapi, nila merah termasuk ikan paling jinak. Jika dibiasakan sejak kecil (benih), nila merah akan mengerubungi siapa saja yang mencoba mendekatinya. Dalam keadaan demikian, kita dapat memberikan makanan pada nila merah dengan tangan.
Mulutnya yang lebar, bibirnya yang bergerigi, dan matanya yang besar dan menonjol menambah penampilan nila merah tampak unik, terutama bila dipegang. Duri-duri keras pada sirip punggung dan sirip perutnya akan direntangkan untuk melindungi tubuhnya.
Dalam keadaan tidak wajar, nila merah terkadang bergerak cepat dengan membentangkan duri-duri pada siripnya. Hal ini seringkali membuat repot dalam pengangkutan nila merah.
Dalam keadaan tidak wajar, nila merah terkadang bergerak cepat dengan membentangkan duri-duri pada siripnya. Hal ini seringkali membuat repot dalam pengangkutan nila merah.
Sisik nila merah sangat lekat dan tidak mudah lepas. Keadaan fisik tubuhnya padat. Dibandingkan dengan ikan nila lain, daging nila merah lebih tebal sehingga kelihatan lebih gemuk. Hal ini kemungkinan ada hubungannya dengan ketahanan fisik nila merah yang cukup tinggi terhadap perubahan dari luar.
sumber : Ir. Abbas Siregar Djarijah, 1994
Lingkungan hidup Nila Merah.
Seperti ikan air tawar pada umumnya, Nila Merah hidup di tempat –tempat yang airnya tidak dalam dengan arus air yang tidak begitu deras. Di danau-danau atau sungai-sungai, nila merah lebih suka menempati daerah tepi yang dangkal.
Meskipun tergolong ikan bersisik, nila merah kurang suka menentang arus. Akan tetapi nila merah dapat pula dibiasakan hidup di perairan yang airnya mengalir. Bahkan di perairan yang berarus deras sekalipun nila merah mampu hidup dengan baik. Di danau-danau atau waduk-waduk yang airnya dalam dapat digunakan untuk memelihara nila merah, yaitu dengan menggunakan jala apung (floating net). Nila merah juga dapat dipelihara dengan baik dalam keramba di sungai-sungai.
Nila merah termasuk golongan ikan tahan banting, karena tidak banyak menuntut persyaratan air sebagai media (lingkungan) hidupnya. Ikan ini mampu bertahan hidup di perairan yang kondisinya sangat jelek, walaupun beberapa jenis ikan lain tidak dapat dipelihara di dalamnya. Akan tetapi, nila merah akan tumbuh normal apabila hidup pada perairan yang memenuhi persyaratan ideal.
Sebagai organisme air, nila merah memerlukan kadar oksigen terlarut yang tersedia di dalam air. Kadar oksigen yang cukup baik untuk nila merah berkisar 3 – 5 ppm, sedangkan derajat keasamanya (pH) 6,5 – 8,5. Sebaliknya, bahan-bahan racun, seperti CO2, H 2S , NH 3 (amoniak) dan lain-lain yang terlarut dalam air akan menghambat pertumbuhan nila merah. Pada konsentrasi yang cukup tinggi, bahan racun tersebut dapat mematikan. Keadaan konsentrasi CO 2 yang masih dapat ditolerir oleh nila merah antara 15 – 30 ppm. Sedangkan untuk NH 3 dan H2S tidak lebih dari 2 ppm.
Sebagai organisme air, nila merah memerlukan kadar oksigen terlarut yang tersedia di dalam air. Kadar oksigen yang cukup baik untuk nila merah berkisar 3 – 5 ppm, sedangkan derajat keasamanya (pH) 6,5 – 8,5. Sebaliknya, bahan-bahan racun, seperti CO2, H 2S , NH 3 (amoniak) dan lain-lain yang terlarut dalam air akan menghambat pertumbuhan nila merah. Pada konsentrasi yang cukup tinggi, bahan racun tersebut dapat mematikan. Keadaan konsentrasi CO 2 yang masih dapat ditolerir oleh nila merah antara 15 – 30 ppm. Sedangkan untuk NH 3 dan H2S tidak lebih dari 2 ppm.
Keadaan suhu air yang optimal untuk nila merah adalah 25°C– 28° C. Perubahan (fluktuasi) suhu yang terlalu tinggi dapat mengganggu kelangsungan hidup nila merah. Kehidupan nila merah mulai terganggu pada suhu di bawah 14 °C ataupun di atas 38° C. Nila merah akan mati pada perairan yang suhunya di bawah 6° C atau di atas 42° C. Fluktuasi suhu harian yang cukup baik untuk nila merah adalah kurang dari 15° C. Keadaan ini juga masih dianggap baik untuk semua jenis ikan air tawar.
Nila merah dapat menyesuaikan diri terhadap perairan yang kadar garamnya tinggi. Meskipun tidak dapat berkembang-biak, nila merah dapat tumbuh dengan baik pada perairan yang kadar garamnya 35%0 Nila merah jantan lebih toleran terhadap perubahan kadar garam (salinitas). Demikian pula benih nila merah lebih cepat menyesuaikan diri terhadap kenaikan kadar garam. Tetapi kadar garam yang optimal untuk budidaya nila merah berkisar antara 0%0 – 10%0.
Nila merah dapat menyesuaikan diri terhadap perairan yang kadar garamnya tinggi. Meskipun tidak dapat berkembang-biak, nila merah dapat tumbuh dengan baik pada perairan yang kadar garamnya 35%0 Nila merah jantan lebih toleran terhadap perubahan kadar garam (salinitas). Demikian pula benih nila merah lebih cepat menyesuaikan diri terhadap kenaikan kadar garam. Tetapi kadar garam yang optimal untuk budidaya nila merah berkisar antara 0%0 – 10%0.
sumber : Ir. Abbas Siregar Djarijah, 1994.