1. Konstruksi kolam
Kolam harus dibuat agar sirkulasi air dapat berjalan dengan lancar. Amara pintu air pemasukan dan pengeluaran terletak di sudut kolam berseberangan sehingga memungkinkan pergantian air pada seluruh bagian. Pintu pemasukan air harus selalu terletak di atas permukaan air tertinggi di kolam pemijahan itu sehingga pemasukan air mengocor. Hal ini bertujuan agar terjadi penambahan kandungan oksigen dalam air secara difusi. Sementara pintu pengeluaran air harus dibuat dengan sistem monik ataupun sifon yang memungkinkan air bagian bawah yang berkualitas kurang baik bersama kotoran-kotoran dapat terhanyut seluruhnya.
Fungsi kolam pemijahan ikan mas ini hanya sebagai tempat mempertemukan induk jantan betina sehingga dapat dibuat dengan ukuran yang kecil, misalnya 3 m x 10 m atau 6 m x 10 m. Kolam pemijahan ini harus dibuat pada tanah yang keras, tetapi bukan merupakan cadas hidup. Hal ini untuk menghindari pengikisan pematang oleh aliran air dan teraduknya Lumpur dasar bila kolam terisi air nantinya.
Dengan adanyalumpur yang melekat pada alat penempel telur, akan mengganggu daya tetas telur ikan tersebut karena lumpur akan menutupi dan menghambat pernapasan telur ikan tersebut.
Dasar kolam yang terdiri dari tanah lunak yang cukup tebal akan menyebabkan pengeluaran air terganggu bila digali terlalu dalam karena dasar kolam lebih rendah dibandingkan pintu pengeluaran air. Dasar kolam ini dapat dilapisi dengan kerikil yang agak tebal. Dengan kolam yang tidak berlumpur, diharapkan pengeringan kolam dapat berjalan dengan lancar sehingga kegiatan pemijahan ikan mas ini tidak terhambat. Manipulasi lingkungan seperti pengeringan biasanya dilakukan setiap akan melakukan pemijahan.
Bila kolam sudah memenuhi syarat, usahakan kolam pemijahan selalu mendapatkan air segar pertama kali atau belum digunakan oleh kolam lain. Kolam ini harus terletak di bagian atas dari unit kolam yang ada. Tentunya hal ini harus direncanakan sejak perencanaan pembuatan kolam pertama kali. Bila air yang masuk ke dalam unit perkolaman tersebut cukup banyak mengandung lumpur maka harus dibuat kolam pengendapan dan sekaligus dengan bak saringan atau filter.
2. Persiapan kolam
Sebelum pemijahan, biasanya kolam dikeringkan dan dijemur selama 2-3 hari bila panasnya terik. Namun, bila matahari sering tertutup awan, lamanya penjemuran kolam ini harus ditambahkan hingga 5-7 hari.
Penjemuran kolam untuk ikan mas mutlak dilakukan. Dengan cara ini, akan timbul bau ampo atau sangit sehingga begitu dialirkan air baru, ikan terangsang untuk memijah. Bagaimana bila kolam tersebut tidak bisa kering? Musim hujan, misalnya, apakah mungkin diharapkan keberhasilan pemijahan ikan ini? Namun, masalah ini akan menjadi sederhana bila mau belajar dari alam. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah pengeringan dan penjemuran kolam ini. Pertama dengan melakukan pembakaran merang padi atau daun pisang kering yang asapnya diusahakan masuk ke dasar kolam maupun pematang. Semakin banyak daun pisang atau padi yang dibakar, akan semakin menjamin keberhasilan usaha penipuan terhadap ikan mas.
Cara kedua dengan melapisi dasar kolam yang tidak kering ini dengan tanah yang berasal dari kolong rumah. Cara ini tentunya dapat dilaksanakan pada daerah-daerah yang masyarakatnya mempunyai rumah panggung. Tanah dari kolong rumah ini dipindahkan ke kolam pemijahan. Dengan kedua cara tersebut dapatlah kiranya dijadikan jalan keluar bila akan memijahkan ikan pada saat matahari sukar terlihat.
Setelah kolam dijemur, air dimasukkan ke dalam kolam dengan terlebih dahulu melewati saringan yang dipasang pada pintu pemasukan. Pintu pengeluaran (monik dan sifon) diatur sedemikian rupa sehingga tinggi air konstan, 75 cm di pintu pengeluaran air. Kemudian, kakaban dipasang di atas sebatang bambu yang utuh agar dapat terapung. Kakaban ini terbuat dari ijuk yang harus direntang sedemikian rupa sehingga lebarnya 40 cm. Panjang kakaban ini biasanya berkisar 1,5-2 m. Kakaban dijepit dan dipaku pada bilah bambu. Kakaban yang disusun di atas bambu utuh ini kemudian dijepit lagi dengan bambu belch agar tidak berantakan bila ikan mas memijah.
3. Pemijahan
Setelah kolam pemijahan siap, induk ikan yang sudah diseleksi dimasukkan ke dalam kolam pemijahan pada pukul 10.00. Beberapa petani memasukkan induk Setelah kolam dipasang kakaban. Namun, tidak jarang pemasangan kakaban ini dilakukan sesudah induk dimasukkan.
Induk jantan dapat siap setiap scat, sedangkan induk betina membutuhkan waktu kurang lebih tiga bulan sebelum siap dipakai lagi. Perbandingan antara induk jantan dan betina yang sering dilaksanakan biasanya perbandingan berat 1 : 1.
Oleh karena matang kelamin induk jantan lebih cepat dibandingkan induk betina, biasanya untuk seekor induk betina dibutuhkan beberapa ekor induk jantan. Bila jumlah induk jantan ini tidak sesuai dengan induk betina, dikhawatirkan banyak telur yang tidak terbuahi karena kekurangan sperma. Oleh karenanya, bila induk betina yang akan dipijahkan seberat 3 kg, harus diimbangi dengan jantan seberat 3 kg juga meskipun mungkin jumlahnya 3-4 ekor.
Untuk menjaga agar telur tidak banyak yang ter atuh, kakaban yang dipasang haruslah cukup.
Sebagai standar, digunakan 5-8 kakaban yang masih bagus untuk setiap kg induk betina. Jumlah itu akan membengkak menjadi 10-15 kakaban bila kakabannya rusak. Oleh karena itu, untuk 5 kg induk betina yang dipijahkan, harus disediakan kakaban terpasang sebanyak 25-40 buah.
Bila persiapan telah dilakukan dengan matang dan pergantian air berjalan dengan normal maka pada pukul 24-00 biasanya induk ikan mas ini mulai memijah. Biasanya, tanda-tanda pemijahan sudah terjadi sekitar pukul 20.00-22.00 yaitu adanya aktivitas ikan jantan yang mengejar‑ngejar induk betina.
Sesekali akan terdengar suara berkecipak karena induk betina ini menyembul ke permukaan air. Induk betina yang dikejarkejar biasanya akan lebih sering melewati air di bawah kakaban, terkadang malah menyembul dari bawah kakaban.
Setelah puas berkejar-kejaran, induk betina ini akan mengeluarkan telur-telurnya di bawah kakaban. Telur tersebut langsung disemprot dengan sperma induk jantan. Induk tersebut melakukan penijahan tetap dalam posisi berkejar-kejaran.
Telur-telur akan dengan mudah terlihat menempel di kakaban karena warna telur ini kuning cerah. Ada telur yang menggerombol dalam kakaban tersebut, ada pula yang merata, tidak bertumpuk. Bila kakaban telah terisi penuh oleh telur, sedangkan ikan-ikan tersebut masih belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti sebaiknya kakaban diangkat dan diganti dengan yang barn. Setelah selesai memijah, ikan harus cepat diangkat untuk dikembalikan ke kolam pemeliharaan induk karena sering kali induk akan memakan telur-telurnya sendiri.
E. Penetasan Telur
Telur-telur kemudian ditetaskan dalam hapa, yaitu kantong berbentuk balok dengan ukuran 1 M X 1 M X 2 m yang terbuat dari kain trilin. Hapa ini direntangkan dalam kolam pemijahan atau kolam lain dengan patok bambu pada bagian tengah dan menempel pematang di bagian pinggirnya.
Banyaknya hapa disesuaikan dengan jumlah kakaban yang ada telurnya. Kakaban tersebut diatur di atas bambu batangan sepanjang 2 m. Di atas kakaban dipasang bambu belah yang berada di kiri-kanan bambu pertama yang dipasang di bawah kakaban. Kemudian, di atas bambu belah ini ditempatkan gedebok pisang untuk menenggelamkan kakaban lebih kurang 10 cm.
Pada saat penetasan telur, aliran air dijaga tetap stabil dan jangan sampai berhenti karena telur-telur tersebut membutuhkan air yang kaya oksigen dan stabil suhunya. Setelah 2 hari, telur akan mulai menetas. Penetasan biasanya tidak berlangsung sekaligus tetapi bertahap, sesuai dengan pengeluaran telurnya.
Larva ikan yang barn menetas belum membutuhkan pakan tambahan dari luar karena masih menyimpan pakan dalam tubuhnya berupa kuning telur (yolk sack). Selama memakan kuning telurnya, alat-alat pencernaan benih muda ini akan terbentuk sempurna sehingga siap menerima pakan dari luar. Namun, bukan berarti benih ini dapat diberi pakan sembarangan. Pakan yang diberikan harus sesuai dengan yang dibutuhkannya. Oleh karena itu, pakan yang paling cocok bagi benih yang telah habis kuning telurnya adalah plankton yang diperoleh dengan pemupukan dasar kolam.
F. Pendederan
Setelah 5 hari atau paling lambat seminggu semenjak telur menetas, benih ikan ini harus dipindahkan ke kolam pendederan. Pemindahan ini harus dilakukan dengan hati-hati. Sebelum memindahkan benih, kakaban yang yang sudah tidak ada telurnya ini diangkat dengan terlebih dahulu menggerakkan secara naik-turun di dalam air agar tidak ada benih yang terbawa.
Kemudian, salah satu sisi hapa yang terpendek dilipat perlahanlahan sehingga ruangnya menyempit. Setelah dirasa cukup, benih-benih yang terkumul tersebut diciduk dengan mempergunakan gelas yang bersih. Pencidukan ini dilakukan mengikutsertakan sebagian airnya untuk menghindari stres pada benih-benih yang masih lemah. Untuk memindahkannya, dapat menggunakan ember plastik atau baskom yang permukaannya lebar.
Pemindahan ini harus dilakukan pada saat suhu air masih rendah, yaitu pagi hari atau sore hari. Pemasukan benih dengan cara memasukkan ember plastik atau baskom tersebut ke dalam air kolam, lalu secara perlahan digulingkan agar airnya bercampur dan benihnya akan keluar dengan sukarela.
Kolam yang digunakan untuk mendederkan benih ikan mas ini harus dipersiapkan bersamaan dengan kegiatan pemijahan ikan mas. Tujuannya agar pada waktu memindahkan benih, kolam tersebut sudah siap.
Persiapan yang perlu dilakukan adalah pengeringan dasar kolam untuk memperbaiki kualitas kolam dan pemupukan untuk menumbuhkan pakan alami ikan.
Pemupukan cukup dengan menggunakan pupuk organik (kotoran ayam) dengan dosis 1kg/m2 . Bila ada tempat-tempat yang becek yang tidak dapat kering, dapat digunakan kapur tohor untuk mematikan bibit ikan bugs dan penyakit yang ada. Banyaknya kapur yang digunakan tergantung kebutuhan, yaitu disesuaikan dengan luas tanah yang tidak dapat kering. Setelah pemupukan, air dimasukkan ke dalam kolam.
Seminggu kemudian kolam tersebut sudah siap digunakan. Namun, tidak jarang benih ikan yang tidak dikehendaki sudah duluan masuk ke dalam kolam pendederan sehingga pintu pemasukan harus dipasang saringan yang halus. Akan lebih baik, bila air dapat melewati bak filter sehingga lebih terjamin kebersihannya.
Air kolam pendederan pertama ini sebaiknya setinggi 40 cm di bagian tengah (rata-rata) karena benih yang masih lemah tidak kuat berada pada dasar kolam yang dalam. Kolam pendederan ikan mas setiap, harinya harus dimasukkan air secukupnya untuk menjaga agar kualitas air tetap baik, terutama kandungan oksigen mencukupi untuk perkembangan benih-benih ikan tersebut. Pada pintu pemasukan dan pengeluaran air harus dipasang dari kasa nyamuk atau bahan lainnya untuk menjaga benih-benih ikan mas ini ke luar.
Pendederan pertama biasanya selama satu bulan karena kolam sudah kurang mampu lagi menyediakan pakan alami ikan mas. Oleh karena itu, benih-benih ikan ini harus dipindahkan ke kolam lain yang tersedia pakan alaminya. Namun sebenarnya, gejala kekurangan plankton di kolam pendederan ini sudah mulai sejak lo benih ditebarkan di kolam. Kekurangan pakan ini masih dapat ditanggulangi dengan pemberian pakan tambahan seperti dedak, tepung kedelai, dan lain sebagainya.
Setelah sebulan maka benih-benih harus dipenen untuk dapatdipindahkan ke kolam lain yang telah dipersiapkan dengan pengeringandan pemupukan. Pemanenan ini dilakukan juga dengan maksud untuk mengetahui jumlah benih yang yang dihasilkan oleh induk yang dipijahkan.
Pendederan kedua dilakukan dengan penebaran ikan yang berukuran 2-3 cm ke dalam kolam yang telah dipersiapkan dengan kepadatan setiap meter per seginya antara 4-6 ekor. Bila lugs kolam yang digunakan sebagai tempat pendederan kedua ini 600 m2 maka benih yang dapat ditebarkan antara 2.400-3.600 ekor benih. Pakan tambahan yang diberikan biasanya dedak halus yang berasal dari penggilingan padi atau dapat pula dicampurkan dengan tepung ikan. Lamanya pendederan kedua ini pun sebaiknya tidak lebih dari satu bulan karena bila lebih, kolam tidal; dapat menyediakan pakan alami secara optimal dan efisien.
Selain itu, pendederan kedua juga untuk memotong sikus hama dan penyakit dari jasad-jasad pengganggu di kolam yang biasanya tumbuh dan berkembang bersamaan dengan perkembangan benih ikan mas yang dipelihara.
Benih yang dihasilkan ini pun masih harus didederkan kembali untuk mendapatkan benih yang berukuran 5-8 cm. Semakin bertambah besar, kepadatan penebaran pun harus dikurangi. Oleh karena itu, pendederan ketiga dapat dilakukan dengan kepadatan yang relatif kecil, yaitu antara 3-4 ekor benih/m2. Bila pada pendederan kedua dalam kolam seluas 600 m2 dapat ditebarkan benih yang berukuran 2-3 cm sebanyak 2.400-3.600 ekor maka untuk pendederan ketiga ini jumlahnya dikurangi menjadi 1.800-2.400 ekor. Persiapan kolam dan perawatannya
masih sama dengan pendederan terlebih dahulu. Pemasukan air pun masih diperlukan selama masa pemeliharaan. Hal tersebut untuk menjaga kualitas air (kadar oksigen terlarut) tetap tinggi sehingga diharapkan benih akan tumbuh seperti yang diharapkan.
G. Pembesaran
Benih hasil pendederan ketiga ini (berukuran 5-8 cm) barn bisa dinikmati sebagai ikan konsumsi (lank) setelah terlebih dulu disebarkan dalam kolam pembesaran selama lebih kurang 4-6 bulan.
Persiapan Wara dapat dilakukan seperti persiapan kolam untuk pendederan. Pematang kolam harus diperkokoh lagi dengan menaikkan sebagian tanah bagian pinggir kolam pada sisi dalam pematang. Hal ini penting untuk dilakukan karena ikan suka mengaduk-aduk dasar kolam, khususnya pematang dasar.
Tentu saja dengan memperkuat pematang kolam, akan dapat mengurangi kehilangan ikan ini nantinya karena kebocoran dapat dengan mudah dicegah.
Tinggi permukaan air untuk pendederan sekitar 40-50 cm, sedangkan untuk pembesaran dapat dipertinggi hingga mencapai 6o-8o cm atau disesuaikan dengan daya tahan ikan terhadap tekanan air. Ikan yang lebih besar tentunya akan dapat lebih tahan terdapat tekanan air dibandingkan dengan benih ikan yang masih kecil.
Oleh karena itu, dengan kedalaman air 60-8o cm, ikan yang agak besar ini dapat dengan mudah mencapai dasar kolam untuk mengambil pakannya.
Penambahan pakan tambahan yang kandungan proteinnya tinggi dapat berpengaruh besar terhadap, pertumbuhan badannya. Pada proses pembesaran ini biasanya diberikan pakan tambahan yang berupa pelet yang kadar proteinnya sekitar 40%. Pakan diberikan berkisar 3-5% dari berat badan seluruh ikan yang ditebarkan. Pakan diberikan pada waktu pagi dan sore hari di tempat yang sama. Dengan pemberian pakan secara teratur, diharapkan kehilangan pakan tambahan dapat dihindarkan sekecil mungkin.
Setelah 4-6 bulan, dari benih yang berukuran 5-8 cm akan dapat dipanen ikan mas yang berukuran 40-60, g/ekor. Ikan -ikan yang berukuran sebesar An biasanya cukup untuk dijadikan teman nasi yang nikmat, tanpa harus memotong-motongnya.
Kolam harus dibuat agar sirkulasi air dapat berjalan dengan lancar. Amara pintu air pemasukan dan pengeluaran terletak di sudut kolam berseberangan sehingga memungkinkan pergantian air pada seluruh bagian. Pintu pemasukan air harus selalu terletak di atas permukaan air tertinggi di kolam pemijahan itu sehingga pemasukan air mengocor. Hal ini bertujuan agar terjadi penambahan kandungan oksigen dalam air secara difusi. Sementara pintu pengeluaran air harus dibuat dengan sistem monik ataupun sifon yang memungkinkan air bagian bawah yang berkualitas kurang baik bersama kotoran-kotoran dapat terhanyut seluruhnya.
Fungsi kolam pemijahan ikan mas ini hanya sebagai tempat mempertemukan induk jantan betina sehingga dapat dibuat dengan ukuran yang kecil, misalnya 3 m x 10 m atau 6 m x 10 m. Kolam pemijahan ini harus dibuat pada tanah yang keras, tetapi bukan merupakan cadas hidup. Hal ini untuk menghindari pengikisan pematang oleh aliran air dan teraduknya Lumpur dasar bila kolam terisi air nantinya.
Dengan adanyalumpur yang melekat pada alat penempel telur, akan mengganggu daya tetas telur ikan tersebut karena lumpur akan menutupi dan menghambat pernapasan telur ikan tersebut.
Dasar kolam yang terdiri dari tanah lunak yang cukup tebal akan menyebabkan pengeluaran air terganggu bila digali terlalu dalam karena dasar kolam lebih rendah dibandingkan pintu pengeluaran air. Dasar kolam ini dapat dilapisi dengan kerikil yang agak tebal. Dengan kolam yang tidak berlumpur, diharapkan pengeringan kolam dapat berjalan dengan lancar sehingga kegiatan pemijahan ikan mas ini tidak terhambat. Manipulasi lingkungan seperti pengeringan biasanya dilakukan setiap akan melakukan pemijahan.
Bila kolam sudah memenuhi syarat, usahakan kolam pemijahan selalu mendapatkan air segar pertama kali atau belum digunakan oleh kolam lain. Kolam ini harus terletak di bagian atas dari unit kolam yang ada. Tentunya hal ini harus direncanakan sejak perencanaan pembuatan kolam pertama kali. Bila air yang masuk ke dalam unit perkolaman tersebut cukup banyak mengandung lumpur maka harus dibuat kolam pengendapan dan sekaligus dengan bak saringan atau filter.
2. Persiapan kolam
Sebelum pemijahan, biasanya kolam dikeringkan dan dijemur selama 2-3 hari bila panasnya terik. Namun, bila matahari sering tertutup awan, lamanya penjemuran kolam ini harus ditambahkan hingga 5-7 hari.
Penjemuran kolam untuk ikan mas mutlak dilakukan. Dengan cara ini, akan timbul bau ampo atau sangit sehingga begitu dialirkan air baru, ikan terangsang untuk memijah. Bagaimana bila kolam tersebut tidak bisa kering? Musim hujan, misalnya, apakah mungkin diharapkan keberhasilan pemijahan ikan ini? Namun, masalah ini akan menjadi sederhana bila mau belajar dari alam. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah pengeringan dan penjemuran kolam ini. Pertama dengan melakukan pembakaran merang padi atau daun pisang kering yang asapnya diusahakan masuk ke dasar kolam maupun pematang. Semakin banyak daun pisang atau padi yang dibakar, akan semakin menjamin keberhasilan usaha penipuan terhadap ikan mas.
Cara kedua dengan melapisi dasar kolam yang tidak kering ini dengan tanah yang berasal dari kolong rumah. Cara ini tentunya dapat dilaksanakan pada daerah-daerah yang masyarakatnya mempunyai rumah panggung. Tanah dari kolong rumah ini dipindahkan ke kolam pemijahan. Dengan kedua cara tersebut dapatlah kiranya dijadikan jalan keluar bila akan memijahkan ikan pada saat matahari sukar terlihat.
Setelah kolam dijemur, air dimasukkan ke dalam kolam dengan terlebih dahulu melewati saringan yang dipasang pada pintu pemasukan. Pintu pengeluaran (monik dan sifon) diatur sedemikian rupa sehingga tinggi air konstan, 75 cm di pintu pengeluaran air. Kemudian, kakaban dipasang di atas sebatang bambu yang utuh agar dapat terapung. Kakaban ini terbuat dari ijuk yang harus direntang sedemikian rupa sehingga lebarnya 40 cm. Panjang kakaban ini biasanya berkisar 1,5-2 m. Kakaban dijepit dan dipaku pada bilah bambu. Kakaban yang disusun di atas bambu utuh ini kemudian dijepit lagi dengan bambu belch agar tidak berantakan bila ikan mas memijah.
3. Pemijahan
Setelah kolam pemijahan siap, induk ikan yang sudah diseleksi dimasukkan ke dalam kolam pemijahan pada pukul 10.00. Beberapa petani memasukkan induk Setelah kolam dipasang kakaban. Namun, tidak jarang pemasangan kakaban ini dilakukan sesudah induk dimasukkan.
Induk jantan dapat siap setiap scat, sedangkan induk betina membutuhkan waktu kurang lebih tiga bulan sebelum siap dipakai lagi. Perbandingan antara induk jantan dan betina yang sering dilaksanakan biasanya perbandingan berat 1 : 1.
Oleh karena matang kelamin induk jantan lebih cepat dibandingkan induk betina, biasanya untuk seekor induk betina dibutuhkan beberapa ekor induk jantan. Bila jumlah induk jantan ini tidak sesuai dengan induk betina, dikhawatirkan banyak telur yang tidak terbuahi karena kekurangan sperma. Oleh karenanya, bila induk betina yang akan dipijahkan seberat 3 kg, harus diimbangi dengan jantan seberat 3 kg juga meskipun mungkin jumlahnya 3-4 ekor.
Untuk menjaga agar telur tidak banyak yang ter atuh, kakaban yang dipasang haruslah cukup.
Sebagai standar, digunakan 5-8 kakaban yang masih bagus untuk setiap kg induk betina. Jumlah itu akan membengkak menjadi 10-15 kakaban bila kakabannya rusak. Oleh karena itu, untuk 5 kg induk betina yang dipijahkan, harus disediakan kakaban terpasang sebanyak 25-40 buah.
Bila persiapan telah dilakukan dengan matang dan pergantian air berjalan dengan normal maka pada pukul 24-00 biasanya induk ikan mas ini mulai memijah. Biasanya, tanda-tanda pemijahan sudah terjadi sekitar pukul 20.00-22.00 yaitu adanya aktivitas ikan jantan yang mengejar‑ngejar induk betina.
Sesekali akan terdengar suara berkecipak karena induk betina ini menyembul ke permukaan air. Induk betina yang dikejarkejar biasanya akan lebih sering melewati air di bawah kakaban, terkadang malah menyembul dari bawah kakaban.
Setelah puas berkejar-kejaran, induk betina ini akan mengeluarkan telur-telurnya di bawah kakaban. Telur tersebut langsung disemprot dengan sperma induk jantan. Induk tersebut melakukan penijahan tetap dalam posisi berkejar-kejaran.
Telur-telur akan dengan mudah terlihat menempel di kakaban karena warna telur ini kuning cerah. Ada telur yang menggerombol dalam kakaban tersebut, ada pula yang merata, tidak bertumpuk. Bila kakaban telah terisi penuh oleh telur, sedangkan ikan-ikan tersebut masih belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti sebaiknya kakaban diangkat dan diganti dengan yang barn. Setelah selesai memijah, ikan harus cepat diangkat untuk dikembalikan ke kolam pemeliharaan induk karena sering kali induk akan memakan telur-telurnya sendiri.
E. Penetasan Telur
Telur-telur kemudian ditetaskan dalam hapa, yaitu kantong berbentuk balok dengan ukuran 1 M X 1 M X 2 m yang terbuat dari kain trilin. Hapa ini direntangkan dalam kolam pemijahan atau kolam lain dengan patok bambu pada bagian tengah dan menempel pematang di bagian pinggirnya.
Banyaknya hapa disesuaikan dengan jumlah kakaban yang ada telurnya. Kakaban tersebut diatur di atas bambu batangan sepanjang 2 m. Di atas kakaban dipasang bambu belah yang berada di kiri-kanan bambu pertama yang dipasang di bawah kakaban. Kemudian, di atas bambu belah ini ditempatkan gedebok pisang untuk menenggelamkan kakaban lebih kurang 10 cm.
Pada saat penetasan telur, aliran air dijaga tetap stabil dan jangan sampai berhenti karena telur-telur tersebut membutuhkan air yang kaya oksigen dan stabil suhunya. Setelah 2 hari, telur akan mulai menetas. Penetasan biasanya tidak berlangsung sekaligus tetapi bertahap, sesuai dengan pengeluaran telurnya.
Larva ikan yang barn menetas belum membutuhkan pakan tambahan dari luar karena masih menyimpan pakan dalam tubuhnya berupa kuning telur (yolk sack). Selama memakan kuning telurnya, alat-alat pencernaan benih muda ini akan terbentuk sempurna sehingga siap menerima pakan dari luar. Namun, bukan berarti benih ini dapat diberi pakan sembarangan. Pakan yang diberikan harus sesuai dengan yang dibutuhkannya. Oleh karena itu, pakan yang paling cocok bagi benih yang telah habis kuning telurnya adalah plankton yang diperoleh dengan pemupukan dasar kolam.
F. Pendederan
Setelah 5 hari atau paling lambat seminggu semenjak telur menetas, benih ikan ini harus dipindahkan ke kolam pendederan. Pemindahan ini harus dilakukan dengan hati-hati. Sebelum memindahkan benih, kakaban yang yang sudah tidak ada telurnya ini diangkat dengan terlebih dahulu menggerakkan secara naik-turun di dalam air agar tidak ada benih yang terbawa.
Kemudian, salah satu sisi hapa yang terpendek dilipat perlahanlahan sehingga ruangnya menyempit. Setelah dirasa cukup, benih-benih yang terkumul tersebut diciduk dengan mempergunakan gelas yang bersih. Pencidukan ini dilakukan mengikutsertakan sebagian airnya untuk menghindari stres pada benih-benih yang masih lemah. Untuk memindahkannya, dapat menggunakan ember plastik atau baskom yang permukaannya lebar.
Pemindahan ini harus dilakukan pada saat suhu air masih rendah, yaitu pagi hari atau sore hari. Pemasukan benih dengan cara memasukkan ember plastik atau baskom tersebut ke dalam air kolam, lalu secara perlahan digulingkan agar airnya bercampur dan benihnya akan keluar dengan sukarela.
Kolam yang digunakan untuk mendederkan benih ikan mas ini harus dipersiapkan bersamaan dengan kegiatan pemijahan ikan mas. Tujuannya agar pada waktu memindahkan benih, kolam tersebut sudah siap.
Persiapan yang perlu dilakukan adalah pengeringan dasar kolam untuk memperbaiki kualitas kolam dan pemupukan untuk menumbuhkan pakan alami ikan.
Pemupukan cukup dengan menggunakan pupuk organik (kotoran ayam) dengan dosis 1kg/m2 . Bila ada tempat-tempat yang becek yang tidak dapat kering, dapat digunakan kapur tohor untuk mematikan bibit ikan bugs dan penyakit yang ada. Banyaknya kapur yang digunakan tergantung kebutuhan, yaitu disesuaikan dengan luas tanah yang tidak dapat kering. Setelah pemupukan, air dimasukkan ke dalam kolam.
Seminggu kemudian kolam tersebut sudah siap digunakan. Namun, tidak jarang benih ikan yang tidak dikehendaki sudah duluan masuk ke dalam kolam pendederan sehingga pintu pemasukan harus dipasang saringan yang halus. Akan lebih baik, bila air dapat melewati bak filter sehingga lebih terjamin kebersihannya.
Air kolam pendederan pertama ini sebaiknya setinggi 40 cm di bagian tengah (rata-rata) karena benih yang masih lemah tidak kuat berada pada dasar kolam yang dalam. Kolam pendederan ikan mas setiap, harinya harus dimasukkan air secukupnya untuk menjaga agar kualitas air tetap baik, terutama kandungan oksigen mencukupi untuk perkembangan benih-benih ikan tersebut. Pada pintu pemasukan dan pengeluaran air harus dipasang dari kasa nyamuk atau bahan lainnya untuk menjaga benih-benih ikan mas ini ke luar.
Pendederan pertama biasanya selama satu bulan karena kolam sudah kurang mampu lagi menyediakan pakan alami ikan mas. Oleh karena itu, benih-benih ikan ini harus dipindahkan ke kolam lain yang tersedia pakan alaminya. Namun sebenarnya, gejala kekurangan plankton di kolam pendederan ini sudah mulai sejak lo benih ditebarkan di kolam. Kekurangan pakan ini masih dapat ditanggulangi dengan pemberian pakan tambahan seperti dedak, tepung kedelai, dan lain sebagainya.
Setelah sebulan maka benih-benih harus dipenen untuk dapatdipindahkan ke kolam lain yang telah dipersiapkan dengan pengeringandan pemupukan. Pemanenan ini dilakukan juga dengan maksud untuk mengetahui jumlah benih yang yang dihasilkan oleh induk yang dipijahkan.
Pendederan kedua dilakukan dengan penebaran ikan yang berukuran 2-3 cm ke dalam kolam yang telah dipersiapkan dengan kepadatan setiap meter per seginya antara 4-6 ekor. Bila lugs kolam yang digunakan sebagai tempat pendederan kedua ini 600 m2 maka benih yang dapat ditebarkan antara 2.400-3.600 ekor benih. Pakan tambahan yang diberikan biasanya dedak halus yang berasal dari penggilingan padi atau dapat pula dicampurkan dengan tepung ikan. Lamanya pendederan kedua ini pun sebaiknya tidak lebih dari satu bulan karena bila lebih, kolam tidal; dapat menyediakan pakan alami secara optimal dan efisien.
Selain itu, pendederan kedua juga untuk memotong sikus hama dan penyakit dari jasad-jasad pengganggu di kolam yang biasanya tumbuh dan berkembang bersamaan dengan perkembangan benih ikan mas yang dipelihara.
Benih yang dihasilkan ini pun masih harus didederkan kembali untuk mendapatkan benih yang berukuran 5-8 cm. Semakin bertambah besar, kepadatan penebaran pun harus dikurangi. Oleh karena itu, pendederan ketiga dapat dilakukan dengan kepadatan yang relatif kecil, yaitu antara 3-4 ekor benih/m2. Bila pada pendederan kedua dalam kolam seluas 600 m2 dapat ditebarkan benih yang berukuran 2-3 cm sebanyak 2.400-3.600 ekor maka untuk pendederan ketiga ini jumlahnya dikurangi menjadi 1.800-2.400 ekor. Persiapan kolam dan perawatannya
masih sama dengan pendederan terlebih dahulu. Pemasukan air pun masih diperlukan selama masa pemeliharaan. Hal tersebut untuk menjaga kualitas air (kadar oksigen terlarut) tetap tinggi sehingga diharapkan benih akan tumbuh seperti yang diharapkan.
G. Pembesaran
Benih hasil pendederan ketiga ini (berukuran 5-8 cm) barn bisa dinikmati sebagai ikan konsumsi (lank) setelah terlebih dulu disebarkan dalam kolam pembesaran selama lebih kurang 4-6 bulan.
Persiapan Wara dapat dilakukan seperti persiapan kolam untuk pendederan. Pematang kolam harus diperkokoh lagi dengan menaikkan sebagian tanah bagian pinggir kolam pada sisi dalam pematang. Hal ini penting untuk dilakukan karena ikan suka mengaduk-aduk dasar kolam, khususnya pematang dasar.
Tentu saja dengan memperkuat pematang kolam, akan dapat mengurangi kehilangan ikan ini nantinya karena kebocoran dapat dengan mudah dicegah.
Tinggi permukaan air untuk pendederan sekitar 40-50 cm, sedangkan untuk pembesaran dapat dipertinggi hingga mencapai 6o-8o cm atau disesuaikan dengan daya tahan ikan terhadap tekanan air. Ikan yang lebih besar tentunya akan dapat lebih tahan terdapat tekanan air dibandingkan dengan benih ikan yang masih kecil.
Oleh karena itu, dengan kedalaman air 60-8o cm, ikan yang agak besar ini dapat dengan mudah mencapai dasar kolam untuk mengambil pakannya.
Penambahan pakan tambahan yang kandungan proteinnya tinggi dapat berpengaruh besar terhadap, pertumbuhan badannya. Pada proses pembesaran ini biasanya diberikan pakan tambahan yang berupa pelet yang kadar proteinnya sekitar 40%. Pakan diberikan berkisar 3-5% dari berat badan seluruh ikan yang ditebarkan. Pakan diberikan pada waktu pagi dan sore hari di tempat yang sama. Dengan pemberian pakan secara teratur, diharapkan kehilangan pakan tambahan dapat dihindarkan sekecil mungkin.
Setelah 4-6 bulan, dari benih yang berukuran 5-8 cm akan dapat dipanen ikan mas yang berukuran 40-60, g/ekor. Ikan -ikan yang berukuran sebesar An biasanya cukup untuk dijadikan teman nasi yang nikmat, tanpa harus memotong-motongnya.
Jenis ikan konsumsi air tawar yang paling komplit teknik budidayanya
yaitu ikan mas, mulai dari teknik pembenihan, pendederan, pembesaran, maupun pembesaran induk. Selain Jawa Barat yang memang
merupakan sentra budidaya ikan mas, banyak wilayah lain di Indonesia sudah turut serta membudidayakan ikan mas.
A. Pengenalan Jenis
Ikan mas (Cyprinus carpio) termasuk dalam genus Cyprynidae. Di berbagai daerah, ikan mas ini disebut sebagai ikan tambra, raya, atau ameh. Ikan ini berasal dari Cina dan Rusia. Ikan ini kemudian disebarkan di daerah Eropa dan Negara-negara Asia Selatan dan Asia Timur pada abad pertengahan. Kini keberadaan ikan mas telah merata di seluruh dunia baik sebagai ikan liar maupun sebagai ikan kultur.
Badan ikan mas memanjang dan sedikit pipih ke samping (compresed). Mulutnya terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan. Ikan ini mempunyai sungut dua pasang. Menurut beberapa ahli ikan, sungut inilah sebagai ciri pokok untuk membedakan ikan mas (Cyprinus carpio) dengan ikan mas koki (Carasius auratus).
Sirip punggung panjang dengan bagian belakang berjari-jari keras. Letak permulaan sirip punggung ini berseberangan dengan permulaan sirip perut. Ikan mas mempunyai sisik lebih besar yang tergolong tipe Cycloid. Ikan ini mempunyai garis rusuk yang lengkap berada pada pertengahan sirip ekor. Gigi kerongkongan terdiri dari tiga baris yang berbentuk geraham.
Perkembangan budidaya ikan mas mengalami kemajuan yang sangat pesat dan mempunyai tingkat pembudidayaan yang hampir sempurna. Tidak ada ikan jenis lain yang mempunyai data-data yang selengkap ikan mas ini, mulai dari jumlah telur yang dihasilkan induk hingga pemijahan pembuatan dengan rangsangan kelenjar hifofisasi.
Perkembangan pembudidayaan ini dapat dilihat dari banyaknya strain ikan mas. Tiap daerah mempunyai strain yang khas, berbeda antara daerah satu dengan daerah lainnya dan tentu saja disesuaikan dengan kondisi lingkungan masyarakat. Adapun strain ikan mas yang dapat diketemukan di masyarakat dewasa ini sebagai berikut.
1. Punten
Warna sisiknya hijau kehitaman, punggung tinggi, dan terlihat lebih pendek dibandingkan ras-ras lainnya. Mata agak menonjol dengan
gerakan yang tenang, lambat, dan jinak. Perbandingan panjang total badan terhadap tinggi badan paling kecil 2,4:1.
2. Si nyonya
Warna sisik kuning muda. Bila dibandingkan dengan punten, punggung si Nyonya lebih rendah dengan badan lebih panjang. Mata kurang menonjol. Pada ikan yang tua, cenderung sipit. Sementara mata ikan yang muda biasa-biasa saja. Gerakannya terlihat jinak dan kesukaanya berkumpul di permukaan.
3. Majalaya
Warna sisik hijau keabu-abuan dengan tepi sisik lebih gelap. Ke arah punggung warnanya semakin gelap. Badan lebih pendek serta punggung tinggi. Penampang badan semakin lancip ke arah punggung, lebih lancip dari ras lainnya. Dinding perut lebih tebal dari varietas ikan mas lainnya. Moncong lebih memipih.
4. Merah
Warna sisik merah kekuningan. Badan panjang dan penampang badan punggung tidak lancip. Mata agak menonjol. Gerakan lebih gesit, aktif, dan terlihat kurang jinak.
5. Taiwan
Warna sisik hijau kekuning-kuningan. Badan lebih panjang dari punten dengan penampakan punggung agak terlihat membulat. Bagian tepi sirip anal dan bagian bawah sirip ekor berwarna kuning kemerahan. Mata agak menonjol. Gerakan aktif, kurang jinak, dan bila diberi pakan memilih yang berada di bawah permukaan air.
6. Kumpay
Warna sisik kekuning-kuningan. Badan yang panjang seperti halnya ikan mas merah atau si nyonya. Ada juga yang berwarna kuning emas atau kemerah-merahan. Siripnya berbentuk panjang dengan warna kemerah-merahan, kekuning-kuningan atau kuning emas. Gerakannya lambat.
7. Karper kaca
Sisiknya tidak seragam, berwarna putih mengilap, dan berukuran lebih besar dari sisik strain ikan mas lainnya. Badan sebagian tertutup sisik, yaitu sepanjang garis rusuk atau yang berada di dekat sirip. Gerakannya aktif dan kurang jinak.
8. Kancra domas
Sisik kecil, tidak teratur, dan berwarna kemerah-merahan tua.
Di tengah badan terdapat garis membujur berwarna keperak-perakan, atau keemas-emasan. Bagian punggung berwarna gelap. Badan panjang dengan gerakan kurang jinak atau aktif.