Rabu, 23 Maret 2011

Benur Udang Tahan Penyakit Mengimbangi Lingkungan


Kian menurunnya kualitas lingkungan dan perubahan cuaca yang ekstrim membuat budidaya udang semakin sulit dilakukan. Pada akhirnya kondisi itu dapat micu timbulnya beragam penyakit seperti myo, taura, dan white spot yang terus membayangi. Inilah tantangan berat yang harus dihadapi petambak di seluruh penjuru negeri, diantaranya di Banyuwangi dan Situbondo Jawa Timur yang merupakan sentra tambak udang.


 Kualitas benur unggul tentukan 50 % keberhasilan budidaya udang


Demi menyiasati kondisi itu, salah satu modal utama agar budidaya udang lancar adalah benur (benih udang) berkualitas. Menurut Hadi Mulyono, teknisi tambak Bomo Banyuwangi, benur memegang peranan hingga 50 % dalam keberhasilan panen udang.

Hal senada juga disampaikan oleh Budi Santosa, teknisi tambak Bumi Asri Lestari Situbondo. Menurutnya benur berkualitas yang didambakan petambak adalah benur yang tahan penyakit serta memiliki pertumbuhan yang cepat. Sayangnya, kedua hal itu masih sulit disandingkan.

Sementara teknisi tambak Agel Kencana Situbondo, Anton menyebutkan fakta bahwa rata-rata benur yang ada saat ini hanya memiliki satu spesifikasi saja. “Biasanya kalau benur yang tahan penyakit, pertumbuhannya sedikit lebih lambat,” kata Anton saat ditemui TROBOS di tambaknya baru-baru ini.

Menyoal ketahanan terhadap penyakit ini, pemilik Tambak Pendawa Senajaya, Tony menyebutkan indikatornya. Menurut Tony, jika benur sudah melewati masa pemeliharaan di tambak selama 60 hari dan bisa bertahan dari serangan penyakit termasuk benur kualitas bagus. “Kalau sudah di atas 2 bulan ternyata masih kena penyakit, kita tidak bisa salahin benurnya,” ujarnya.

Ditambahkan oleh Tony, jika hal tersebut terjadi berarti harus mengevaluasi kembali cara budidaya yang dilakukan petambak. Misalnya dari aspek biosekuriti, pergantian air, dan lainnya. Diungkapkan Tony salah satu benur yang memiliki ketahanan baik terhadap serangan penyakit yaitu produksi hatchery (pembenihan) PT Suri Tani Pemuka (STP). “Benur STP yang sempat kena Taura bisa sembuh lagi, dan bisa bertahan sampai panen,” ujarnya.
Dilema Pertumbuhan

Mengenai benur yang memiliki pertumbuhan baik, ternyata masih menjadi masalah besar bagi petambak. Budi Santosa menuturkan, semakin cepat pertumbuhan benur maka semakin sering pula terjadi molting (ganti karapas/cangkang). “Saat molting ini udang akan lebih mudah terinfeksi penyakit, biasanya itu menjadi dilema,” jelasnya.

Karena itulah kemudian muncul anggapan di kalangan petambak bahwa semakin lambat pertumbuhan maka penyakit juga lebih lambat masuk. Misalnya saja yang dialami Budi Santosa di tambaknya, “Saya pernah memakai benur yang pertumbuhannya relatif cepat yakni dari ukuran PL  10 dalam 110 hari telah mencapai ukuran kepala 5 (1 kg isi 50 udang). Tetapi udang ini rentan sekali terhadap serangan penyakit karena sering molting. Kalau yang lebih lambat pertumbuhannya baru bisa sampai ukuran kepala 5 di 120 hari,” ujarnya. 


Selengkapnya baca di Majalah TROBOS Edisi Januari 2011


◄ Newer Post Older Post ►