Sabtu, 08 November 2008

Saat Dieksekusi Mati, Amir Menolak Ditutup Matanya


KARANGANYAR - Makam tokoh nasional Amir Sjarifudin �dan 10 teman seperjuangannya yang dieksekusi mati oleh tentara Jepang di Karanganyar.

Menurut Honggo Maulana (80), salah seorang saksi mata, saat kejadian itu, dirinya berusia 20 tahun dan sudah bekerja sebagai salah satu staf di kelurahan Lalung.

Semula, ada 12 orang termasuk Amir Sajrifudin yang tertangkap oleh Tentara Indonesia.Tetapi salah satu salah satu tawanan bernama Musa Alimin berhasil melarikan diri.

Sebagai salah satu perangkat desa kali itu, pihaknya diberitahu akan adanya eksekusi terhadap 11 tawanan.

"Semula saya tidak tahu kalau salah satunya adalah Amir Sjarifudin, Perdana Menteri sekaligus Menteri Pertahanan. Saya hanya diberitahu, akan ada prosesi hukuman mati terhadap Ketua Front Demokrasi Rakyat dan 10 rekannya," jelasnya.

Sedangkan hukuman mati itu sendiri dilaksanakan pada hari Senin 19 - 20 Desember 1948 pukul 23.30 malam.

Sebelum dijatuhi hukuman mati, Amir Sjarifudin menyampaikan pesan terakhir kepada Harpat pemimpin eksekutor mati.

Kepada Harpat, Amir Sajrifudin meminta diijinkan terlebih dahulu untuk bertaubat.

"Pak Amir minta untuk menjalankan salat taubat terlebih dahulu, setelah itu zikir dan berdoa.

"Dalam doanya yang dibacakan keras-keras, Pak Amir secara lantang mengaku taubat dan menyatakan dirinya adalah Islam. Pak Amir juga meminta maaf apabila politik yang dijalankan adalah salah, dan membuat rakyat menderita. Menurutnya, apa yang dilakukan ini, untuk menyelamatkan keutuhan Indonesia," ujar Honggo Maulana dengan terbata-bata.

Usai menunaikan salat taubat, eksekusi tersebut dilakukan kepada 10 rekan Amir Sajrifudin. Amir Sajrifudin sendiri menolak matanya ditutup dan menolak kedua tangan serta kakinya dirantai.

"Proses jalannya hukuman mati itu sendiri selesai pada pukul 02.30," imbuhnya.

Amir beserta 10 orang lainnya pun dikuburkan di Dusun Ngaliyan, kelurahaan Lalung, Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

Seiring perjalanan waktu, makam Amir Sjarifudin tidak banyak mengalami perubahaan.

Makam itu sendiri telah mengalami perbaikan sebanyak 3 kali. Namun, makam tersebut diperbaiki bukan oleh pemerintah, melainkan dilakukan oleh keturunan Amir Sjarifudin dan 10 rekannya.

Menurut Honggo Maulana, kala itu, ada aturan yang melarang makam Amir Sajrifudin dikunjungi. Sehingga dalam melakukan perombakan makam, dilakukan secara sembunyi-sembunyi.���� (Bramantyo/Trijaya/fit)

Berita Terkait: pahlawan

◄ Newer Post Older Post ►