Indeks harga saham gabungan yang dibuka pada 1.244,864 terus mengalami tekanan akibat aksi jual mengikuti bursa saham Asia lainnya yang terus menunjukkan penurunan. Penurunan ini dipicu anjloknya beberapa saham antara lain Telkom, Aneka Tambang, Tambang Batubara Bukit Asam, dan Bank BRI.
Tak jauh berbeda dengan situasi bursa, rupiah juga diperdagangkan melemah. Setelah berhasil bertahan minggu lalu di bawah 10 ribu per dolar, kurs tengah rupiah terhadap dolar Amerika Serikat jatuh ke level 10.315. Hal ini dipicu pasokan dolar AS yang terbatas di pasar yang tak sesuai dengan permintaan investor.
Badai krisis keuangan global juga masih terus menerpa bursa-bursa saham dunia. Saham-saham kunci di bursa saham Jepang melemah lebih dari enam persen. Indeks Nikkei 225 ditutup melemah 6,4 persen. Angka terendah sejak 1982. Sedangkan Kospi Koreas turun hingga 3,4 persen, Shanghai China 4,3 persen. Indeks Hang Seng pun terjun bebas lebih dari 12 persen.
Kondisi ini memaksa pemerintah sejumlah negara Asia segera bertindak mengerem jatuhnya pasar saham. Jepang berencana menyuntik modal perbankan senilai US$ 108 miliar. Bank Sentral Korea Selatan kembali memotong suku bunga pinjaman untuk kedua kali dalam sebulan terakhir menjadi ke level 4,25 persen.
Kini para investor tengah menanti hasil dari pertemuan bank sentral amerika atau The Fed yang diumumkan hari ini. The Fed diprediksi kembali memotong suku bunga pinjaman sebesar 50 hingga 100 basis poin. Jika terwujud, langkah ini diharapkan dapat meredam gejolak pasar saham yang terus memburuk dalam beberapa waktu terakhir.