Sidat Kita |
Ikan sidat, yang sekarang elah mendunia ternyata separohnya dari total delapan belas jenis spesies sidat tujuh diantaranya ada di negeri kita Indonesia, mungkin dari kita banyak yang tidak paham karena tahunya Cuma dua spesies yang ada yaitu Anguilla bicolour dan Anguilla marmorata, Cuma disini pengembangan SDM masih kurang sehingga yang lain tidak diketahui dengan pasti.
Kondisi itu berbanding terbalik dengan di negara-negara lain yang justru minim sumberdaya. Belanda, Jerman, Denmark, dan Italia sudah mapan dengan produksi sidat eropa A. anguilla. Negara-negara Asia seperti Jepang, China, Taiwan, Korea, dan Malaysia berhasil membudidayakan intensif sidat jepang A. japonica. Menurut data Food and Agriculture Organization (FAO), pada 2005 diproduksi sekitar 8.000 ton sidat eropa dan 230.000 ton sidat jepang hasil budidaya. Budidaya sidat australia A. australis dan A. reinhardtii pun berkembang pesat di Victoria, Tasmania, New South Wales, dan Queensland-seluruhnya negara bagian di Australia.
Tingginya angka produksi sidat mencerminkan tangkapan glass eel berlebihan sehingga mengancam populasi sidat di alam. Akibatnya diberlakukan pembatasan pasokan bibit sidat. Data peneliti asal Belanda, Van Ginneken dan Maes, menunjukkan populasi sidat eropa dan sidat jepang di alam anjlok hingga 99% sejak 1980-an. Hal serupa terjadi pada sidat amerika. Sebab itu sidat eropa kini masuk dalam daftar CITES Appendix II, sehingga perdagangannya harus melalui sertifikasi dan perizinan ketat.
Di sisi lain konsumsi sidat dunia cukup tinggi. Masyarakat Jepang, misalnya mengkonsumsi sekitar 100.000 ton sidat per tahun. Dari volume itu hanya 20% yang diproduksi sendiri. Sisanya? Mereka berebut bersama importir dari Eropa dan China mencari sumber sidat lain. Indonesia yang kaya jenis sidat menjadi lokasi favorit ‘perburuan’ mereka.
Indonesia sebetulnya melarang ekspor glass eel atau elver. Meski demikian iming-iming harga tinggi dapat merangsang para pengusaha oportunis alias dadakan untuk melakukan ekspor secara tidak wajar. Bila kondisi ini dibiarkan terjadi, populasi sidat Indonesia akan turun tanpa nilai tambah yang bisa diraih. Lain halnya jika yang diekspor dalam bentuk dewasa yaitu sidat hasil budidaya.
By. Sidat Kita