Surabaya ↔ Seorang waria bernama Dian, 21, menjalani operasi ganti kelamin di RSU Dr Sutomo Surabaya, Senin (19/1) lalu. Melalu pergumulan batin yang melelahkan, operasi dilakukan tanpa ingar bingar publikasi. Sebab dirinya ingin menjadi perempuan utuh, tidak ingin calon suaminya kelak tahu latar belakangnya.
Praktis sudah delapan hari Dian berbaring di ruang VIP Graha Amerta RSU Dr Sutomo. Di tubuhnya masih menempel selang dan disambung kantong plastik untuk tempat air kencing. Jahitan di selangkangan berlapis-lapis. Seminggu lamanya Dian tidak boleh bergerak. Semua aktivitas dilakukan di atas tempat tidur.
“Setiap hari, kalau tidak kerja, rasanya capek semua. Sekarang harus melihat televisi terus di atas kasur,” kata Dian kepada Surya yang menemuinya Senin (26/1).
Wajahnya kuyu, tidak bermake up. Padahal sebelumnya, dalam keseharian Dian tidak pernah tampil polos seperti itu. Sebagai pemilik salon kecantikan di kawasan Simo, Dian harus berdandan menarik untuk meyakinkan para pelanggan salonnya.
Delapan hari berbaring dengan luka jahit, membuat Dian mengaku pegal di sekujur tubuhnya. Namun rasa pegal itu tergantikan dengan perasaan bahagia ketika operasi pemotongan alat kelaminnya dinyatakan berhasil. Sejak siuman dari anastesi operasi itu, wajahnya berubah sumringah.
Saat ditemui kemarin, senyumnya selalu mengembang. Dia tampak bergairah jika bahan pembicaraannya menyangkut hasil operasinya. Apalagi yang menangani operasi ini adalah ahli bedah plastik tersohor, Prof Dr dr Djohansjah Marzoeki Sp BP, dokter yang pernah sukses mengubah kelamin Dorce Gamalama pada 1983 silam.
Dian selalu menceritakan keberhasilan operasinya itu kepada setiap teman dan kerabatnya yang menjenguk. Nyaris tidak ada yang ditutupi. Padahal Dian tahu, caranya menceritakan operasi ganti kelamin yang berhasil itu bisa saja memantik rasa iri rekannya sesama waria.
Namun perasaan plong paskaoperasi itu mengalahkan semuanya. Dian mengaku merasakan seperti lahir kembali. Lahir menjadi manusia baru dengan status tunggal, jiwa perempuan di tubuh perempuan. Sejak Senin itu, perasaan minder tidak ada sama sekali. “Selama ini saya selalu minder jika bertemu orang lain,» kata Dian yang tak mau diambil gambarnya.
Dan sejak operasi itu, Dian ingin dianggap sebagai perempuan seutuhnya. Dia mengaku akan segera menyingkirkan status lelaki seperti identitas yang tercatat di KTP-nya. Juga akan melepas status waria, yang, menurut Dian kerap dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Setelah pulang dari rumah sekit, Dian segera mendaftarakan perubahan status jenis kelaminnya itu ke pengadilan.
Operasi ganti kelamin ini, menurut Prof Djohansjah adalah yang pertama dilakukan di tahun ini. Guru besar luar biasa bagian Ilmu Badah Plastik FK Unair ini mengatakan, tim operasi yang dipimpinnya menjalankan operasi terhadap Dian relatif cepat. Untuk memotong kelaminnya dan menyulapnya seperti alat vital perempuan, hanya butuh waktu dua jam. “Tidak ada masalah, jadi operasinya relatif cepat, hanya dua jam,” ujar Djohan ditemui secara terpisah.
Dia mengatakan, operasi ganti kelamin dari pria menjadi perempuan paling lama membutuhkan waktu sekitar tiga jam dan dengan perawatan paskaoperasi yang juga relatif tidak lama.
Seseorang yang ingin menjalani operasi itupun tidak harus menjalani persyaratan yang bermacam-macam. Persyaratan umum yang berlaku bagi mereka yang ingin mengubah kelaminnya cuma kesiapan secara kejiwaan dan kesehatan badan.
“Setidaknya dia (pasien) sudah hidup sebagai perempuan selama bertahun-tahun. Jadi, bukan sekadar pasien amatiran yang tiba-tiba ingin mengubah kelamin,” ujar Johan.