Di dunia barat, hewan ini dianggap simbol kebijaksanaan, tetapi di beberapa tempat di Indonesia dianggap pembawa pratanda maut, maka namanya Burung Hantu. Walau begitu tidak di semua tempat di Nusantara burung ini disebut sebagai burung hantu. Di Jawa misalnya, nama burung ini adalah darès atau manuk darès yang tidak ada konotasinya dengan maut atau hantu. Di Sulawesi Utara, burung hantu dikenal dengan nama Manguni.
Burung hantu dikenal karena matanya besar dan menghadap ke depan, tak seperti umumnya jenis burung lain yang matanya menghadap ke samping. Bersama paruh yang bengkok tajam seperti paruh elang dan susunan bulu di kepala yang membentuk lingkaran wajah, tampilan "wajah" burung hantu ini demikian mengesankan dan kadang-kadang menyeramkan. Apalagi leher burung ini demikian lentur sehingga wajahnya dapat berputar 180 derajat ke belakang.
Umumnya burung hantu berbulu burik, kecoklatan atau abu-abu dengan bercak-bercak hitam dan putih. Dipadukan dengan perilakunya yang kerap mematung dan tidak banyak bergerak, menjadikan burung ini tidak mudah kelihatan; begitu pun ketika tidur di siang hari di bawah lindungan daun-daun.
Burung hantu berwajah serius dengan mata yang besar. Ini membantunya mencari makanan dalam kegelapan. Paruhnya yang bengkok ke bawah dan tajam mirip kait berguna untuk mengoyak daging. Burung hantu juga mempunyai bulu-bulu jambul yang lembut. Burung hantu jantan dan betina sekilas terlihat serupa, hanya burung hantu betina biasanya 25 persen lebih besar dari si jantan.
Burung hantu memiliki bulu-bulu sayap yang halus untuk membantunya terbang hampir tanpa suara dan bisa mengejutkan mangsanya. Jurusnya mantap, lho. Seringkali mangsanya tidak bisa menghindar dari sergapan si burung hantu. Burung hantu selalu berburu pada malam hari. Mangsanya pun nggak jauh beda dengan mangsa si burung elang, yaitu hewan mamalia kecil seperti tikus dan ular sawah. Jadi, walaupun menyeramkan, sebenarnya burung hantu sangat membantu untuk membasmi tikus serta menjadi indikator kesehatan hutan.
Dulu, burung hantu, terutama yang berwarna kuning, hanya ada di dalam hutan. Tetapi sekarang mereka mulai terlihat juga di kota. Pada siang hari biasanya mereka beristirahat di taman kota. Di Amerika Utara dan Amerika Selatan, burung hantu hidup di liang bawah tanah. Mereka menggali sendiri atau menggunakan liang bekas binatang lain seperti tikus tanah.
Panjang burung hantu asal Amerika Utara sekitar 13 cm. Burung hantu juga ada yang berasal dari Kutub Utara, mereka memangsa lemming, dan bersarang di tanah, bukan pohon. Di Indonesia burung hantu termasuk binatang yang sangat langka. Tapi kalau ingin melihatnya tak perlu repot-repot ke hutan, burung hantu juga bisa dilihat di kebun binatang, kok.
Seperti burung lainnya, burung hantu berkembang biak dengan cara bertelur. Telurnya mempunyai cangkang yang keras dan dierami di dalam sarang yang diasuh oleh induk betina. Burung hantu sangat membatasi daerah teritorinya. Jika ada penyusup masuk, apalagi sampai ke tempat penyimpanan makanan, maka si burung hantu bisa langsung membunuhnya. Wah, mengerikan yah. Burung hantu tidak pernah membuat sarangnya sendiri. Mereka lebih sering memakai sarang yang sudah jadi, karena mereka malas membuatnya sendiri. Meskipun begitu, burung hantu tetap bertanggung jawab memberi makan anak-anaknya, dengan membawa pulang hasil perburuannya. Tapi sayangnya, si induk sering kurang sabar saat mengerami telur-telurnya, sehingga si anak paling terakhir sering tidak kebagian jatah makanan. Kasihan, ya...