Hal tersebut dikatakannya karena prihatin dengan masih adanya remaja di Lamongan yang berurusan dengan pihak berwajib karena penyalahgunaan narkoba. “Orang tua harus prihatin dengan perkembangan jaman, terutama perkembangan IT. Jika tidak dicermati ini bisa berbahaya bagi remaja. Karena semua bisa diakses lewat media IT, termasuk hal yang negatif bagi perkembangan remaja, “ ujar isteri Bupati Lamongan Fadeli itu saat membuka Penyuluhan kesehatan reproduksi remaja (KRR) dan bahaya HIV/AIDS di Pendopo Lokatantra setempat, Selasa (1/3).
Lebih lanjut dikatakan olehnya, penyuluhan semacam sudah sering dilaksnakan. Namun nampaknya masih banyak orang tua yang kurang paham dengan tumbuh kembang anaknya di masa pubertas. Karea itulah, dalam penyuluhan kali itu selain menghadirkan 150 orang remaja dari kalangan pelajar sekolah menengah atas, juga menghadirkan 157 guru pembimbing atau guru bimbingan konseling (BK).
Terkait KRR, dr Hartono, S.Pog dari RSUD dr Soegiri Lamongan menyampaikan usia bukanlah faktor terpenting untuk mendefinisikan remaja. Menurutnya, ada sejumlah faktor penting selain usia yang harus dipertimbangkan. Diantaranya terkait status pernikahan, norma, apakah sudah memulai hubungan seksual, apakah pernah punya anak atau melakukan aborsi dan norma.
“Di atas segalanya, masa remaja adalah proses menemukan diri sendiri yang sangat dipengaruhi oleh budaya dan dan kebiasaan setempat. Demikian pula keluarga, teman sebaya, hubungan sosial, nlai-nilai dan makna sebagai laki-laki atau perempuan dalam masyarakat menjadi penentu proses identifikasi remaja, “ urai dia.
Kemudian dipaparkannya, dalam KRR ada tiga pengetahuan penting yang harus disampaikan pada remaja. Yakni terkait seksualitas yang termasuk di dalamnya terkait organ reproduksi, pubertas, mimpi basah dan menstruasi, kehamilan serta konskwensi hubungan seks pra nikah. Kemudian terkait penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika dan zat aktif lainnya (NAPZA). Kemudian terkait HIV dan AIDS yang termasuk di dalamnya pengetahuan pencegahan penularan dan mengatahui bagaimana sesorang terinfeksi HIV.
Abdur Rivai, Kasubdin Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PLP) Dinas Kesehatan setempat saat menyampaikan analisa situasi HIV/AIDS di Lamongan mengungkapkan sejumlah langkah yang telah dilakukan terkait penanggulangannya. Diantaranya melakukan pelatihan di 30 MTs dan 30 Ponpes. Kemudian melakukan pelatihan memandikan jenazah penderita bagi modin dan petugas memandikan jenazah. Serta melakukan uji saring donor darah dan pelayanan klinik voluntary counseling and test (VCT) di RSUD dr Soegiri sebagai tempat konseling dan test HIV secara sukarela.