Kamis, 10 Februari 2011

Produksi Garam Rakyat Tahun 2010 Turun 84%

Rembang-Anomali cuaca sepanjang tahun 2010 lalu menyebabkan idustri garam rakyat di Kabupaten Rembang sangat terpuruk. Hasil produksi turun drastis hingga sekira 84%.


Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM (Dinperindagkop dan UMKM) Kabupaten Rembang Drs Waluyo melalui Kepala Bidang Perindustrian Drs Sudirman menjelaskan, produktifitas garam rakyat pada tahun 2010, merupakan catatan sejarah terburuk hasil industri garam di Kabupaten Rembang. Penurununannya mencapai sekira 84%, tahun 2009 terdata sebanyak 143.7533 ton menjadi 20 ribu ton di tahun 2010.


Dampaknya sebut Sudirman, terjadi kelangkaan garam di kabupaten Rembang, sehingga terpaksa mendatangkan dari Madura bahkan ada yang mengimpor dari Australia.


Dampak lain tambah Sudirman, sangat dirasakan kalangan industri, seperti usaha garam konsumsi, perbekalan melaut nelayan, pengolahan hasil perikanan serta usaha makanan. Harga di pasaran melonjak cukup tajam, lebih dari 200%, semula kisaran Rp 400 mencapai level Rp 1.200 per kilogram. Menjadikan beberapa usaha tutup untuk sementara, karena terbentur kebutuhan modal.


Sudirman berharap anomali cuaca tidak berkepanjangan dan masih berlangsung di tahun 2011 ini. Karena Kabupaten Rembang telah ditunjuk sebagai pelaksana program nasional swasembada garam konsumsi 2012. Diprediksi usaha garam rakyat akan kembali berjalan normal dengan masa efektif produksi 4,5 bulan, mulai Juni hingga pertengahan Oktober mendatang.


Sementara itu Kepala Bidang Pengawasan dan Perlindungan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Dinas kelautan dan Perikanan Kabupaten Rembang Pamuji menyebutkan, terkait kebijakan menuju garam konsumsi di Kabupaten Rembang, Dinlutkan Rembang telah menunjuk Kecamatan Kaliori sebagai sentra proyek. Luas lahan garam di wilayah tersebut sangat potensial, sekira 971 hektar, tersebar di 10 desa. Yaitu desa Tunggulsari, Tambakagung, Mojowarno, Dresi kulon, Tasikharjo, Dresi Wetan, Purworejo, Bogoharjo, Banyudono dan desa Karangsekar.


Menurut Pamuji, untuk mensukseskan kecamatan Kaliori menjadi sentra produksi garam, akan dilakukan penataan kawasan dan pembenahan infrastruktur. Perlunya dibangun hal tersebut dilakukan karena selama ini petani garam di wilayah kecamatan Kaliori masih terkendala saluran sungai yang dangkal, minimnya pendanaan dalam mengolah lahan,dan lamanya pengangkutan garam dari tambak ke gudang.


Pamuji menambahkan, bentuk kegiatan yang akan dilaksanakan nanti antara lain normalisasi muara sungai dari laut menuju tambak, adanya pelayanan penyangga dana, perbaikan transportasi dari tambak menuju gudang, dan perlunya gudang desa yang bisa menampung 15 ribu ton hingga 20 ribu ton garam.


◄ Newer Post Older Post ►