Dengan kemajuan teknologi informasi saat ini, sangat memberikan kemudahan bagi kita untuk dapat mengetahui perkembangan di suatu daerah tanpa kita harus pergi ke daerah tersebut. Sebagai salah satu media informasi tentang perunggasan di Indonesia saat ini, Central Unggas Farm ini banyak sekali di akses oleh para praktisi maupun akademisi perunggasan dari berbagai daerah di Indonesia.
Banyak sekali email atau sms yang masuk ke kami, dan mohon maaf bila tidak semua email maupun sms tersebut kami dapat menjawabnya dengan memuaskan karena padatnya aktifitas kami setiap hari.
Jika saya perhatikan permintaan kebutuhan peternakan yang masuk, sedikit saya simpulkan bahwa untuk daerah ujung barat indonesia seperti di sabang, permintaan kebutuhan ini masih berkisar pada kebutuhan untuk peternakan unggas lokal saja, misalnya itik, ayam buras dan puyuh. Namun justru diujung timur indonesia, yaitu di merauke justru peternakan layer mulai berkembang. Hal ini bisa saya ketahui dengan seringnya permintaan untuk kebutuhan peternakan layer atau ayam petelur disana.Bahkan dari informasi yang saya peroleh sudah ada peternak yang mempunyai populasi sampai 20.000 ekor, sebuah jumlah yang menurut saya cukup signifikan untuk daerah yang cukup terpencil.
Pada awalnya saya sedikit heran, bagaimana bisa memenuhi kebutuhan pokok untuk peternakan ayam petelur disana? Tentunya untuk mendapatkan jagung atau katul tentu tidak mudah dan jika komponen pokok untuk pakan ayam petelur ini didatangkan dari luar pulau tentu jatuhnya harga menjadi sangat mahal. Setelah saya tanyakan, ternyata peternak disana menggunakan pakan jadi dari pabrik untuk pakan ayam petelurnya.
Dari informasi yang saya peroleh, per sak pakanya berkisar dengan harga 325.000,- atau 6500 per kilo nya. Dan untuk penjualan telurnya disana dijual butiran atau per rak(egg tray), dimana untuk harga saat ini berkisar pada harga 50.000,-. per rak. Sebagai peternak, pikiran saya pun langsung menghitung berapa ya selisih kotor antara telur dan pakanya.
Misalkan saja kita gunakan acuan untuk ayam dengan produksi 80% saja, maka bisa kita hitung jumlah pakan yang di butuhkan untuk ayam tersebut. Yaitu sekitar 38 ekor, jika kita gunakan pakan dengan standart pemberian pakan 0,120 kg per ekor/hari maka kebutuhan pakanya adalah sekitar 4,56 kg. Jika harga pakan per kg nya 6500 maka kebutuhan pakan per harinya sekitar 29.640 rupiah. Jadi jika harga telurnya per rak 50.000,- ada selisih kotor sekitar 20.000,- an per hari. Jadi per harinya untuk populasi 1000 ekor ada margin sekitar 500.000,- an, belum dipotong dengan biaya operasionalnya. Yah....ternyata lumayan prospektif juga mengembangkan peternakan ayam petelur disana.
Meskipun saya yakin biaya operasional disana pasti sangat tinggi. Tetapi tingginya biaya operasional dengan sendirinya akan turun jika peternakan disana populasinya terus berkembang. Dan akhirnya, salam dari kami disini, semoga terus berkembang untuk para peternak layer di sana. Senang bagi kami bisa membantu apapun untuk mengembangkan peternakan anda. Tidak ada sesuatu yang mudah, tetapi tidak ada sesuatu yang tak mungkin. Tetap semangat, dan terus maju.