Komunitas gipsi di Romania memiliki tradisi yang sudah berlangsung turun-temurun. Menjodohkan dan merencanakan pernikahan bocah-bocah kecil nan belia. Meskipun tradisi ini dinilai ilegal, di Romania masih banyak berlangsung.
Salah satunya pertunangan antara Maria (4) dan Victor (6) yang tinggal di kelompok gipsi Caldarari. Kakek Victor dan pamannya menyusun pertunangan mereka di wilayah Sibiu, Transylvania, Romania.
Uniknya, setiap warga gipsi yang tinggal di Caldarari selalu memiliki nama keluarga Caldararu sehingga pertunangan yang dilakukan ini untuk memastikan agar keduanya tetap tinggal di komunitas tersebut hingga dewasa nanti.
Dalam tradisi ini, kedua keluarga saling memberikan sejumlah uang sebagai persetujuan pertunangan tersebut. “Perjodohan dan perayaan ini hampir mirip pesta pernikahan. Bedanya, kami tidak memiliki pendeta yang memberkati kedua mempelai,” tutur Traian Caldararu (47), paman Victor. Menurut Victor, keluarganya mengeluarkan 10.000 Lei atau sekitar Rp 38,9 juta untuk pesta tersebut. Seluruh warga gipsi Caldarari akan hadir di sini. “Pernikahan mereka akan disahkan undang-undang saat Maria berusia 16 tahun,” imbuh Traian.
Sekali dijodohkan, akan sulit bagi anak-anak tersebut untuk menolaknya dan mencari calon jodoh yang lain. Bagi yang memutuskan tali perjodohan itu harus membayar denda yang jumlahnya tiga kali lipat dari mas kawin plus inflasi dan bunga bank yang berlaku saat itu. “Untungnya hal ini jarang terjadi,” kata Traian.
Seperti keluarga Victor yang membayarkan 50.000 Lei atau sekitar Rp 194 juta sebagai mas kawinnya. Nah, jika Victor berubah pikiran, ia bisa membuat bangkrut ayahnya yang juga bernama Victor. Sementara bagi mempelai wanita bisa mencemarkan nama baiknya. Ia akan sulit mencari suami baru dan berisiko diusir dari komunitas tersebut.
Victor dan Maria tumbuh dan bermain bersama dalam komunitas tersebut. Namun mereka masih terlalu kecil mengetahui tentang komitmen yang harus mereka jalani.
“Anak-anak bahkan tidak tahu apa arti tradisi perjodohan ini. Mereka mengira ini cuma pesta biasa. Jika sudah dewasa mereka akan diberitahu dan akan menikah di usia 16 dan 18 tahun,” kata Traian. Bahkan, yang lebih ekstrem lagi, pernikahan telah direncakan jauh-jauh hari sebelum si anak dilahirkan.
Romania memiliki populasi kaum gipsi terbesar di dunia. Dua juta penduduk gipsi, 5 hingga 10 persennya tinggal di sana. Meski Romania sudah bergabung dengan Uni Eropa tahun 2007, kaum gipsi seolah lepas dari regulasi Uni Eropa. Mereka bekerja dan hidup dalam ritual dan tradisi yang mereka miliki. lihat sumbernya...
Salah satunya pertunangan antara Maria (4) dan Victor (6) yang tinggal di kelompok gipsi Caldarari. Kakek Victor dan pamannya menyusun pertunangan mereka di wilayah Sibiu, Transylvania, Romania.
Uniknya, setiap warga gipsi yang tinggal di Caldarari selalu memiliki nama keluarga Caldararu sehingga pertunangan yang dilakukan ini untuk memastikan agar keduanya tetap tinggal di komunitas tersebut hingga dewasa nanti.
Dalam tradisi ini, kedua keluarga saling memberikan sejumlah uang sebagai persetujuan pertunangan tersebut. “Perjodohan dan perayaan ini hampir mirip pesta pernikahan. Bedanya, kami tidak memiliki pendeta yang memberkati kedua mempelai,” tutur Traian Caldararu (47), paman Victor. Menurut Victor, keluarganya mengeluarkan 10.000 Lei atau sekitar Rp 38,9 juta untuk pesta tersebut. Seluruh warga gipsi Caldarari akan hadir di sini. “Pernikahan mereka akan disahkan undang-undang saat Maria berusia 16 tahun,” imbuh Traian.
Sekali dijodohkan, akan sulit bagi anak-anak tersebut untuk menolaknya dan mencari calon jodoh yang lain. Bagi yang memutuskan tali perjodohan itu harus membayar denda yang jumlahnya tiga kali lipat dari mas kawin plus inflasi dan bunga bank yang berlaku saat itu. “Untungnya hal ini jarang terjadi,” kata Traian.
Seperti keluarga Victor yang membayarkan 50.000 Lei atau sekitar Rp 194 juta sebagai mas kawinnya. Nah, jika Victor berubah pikiran, ia bisa membuat bangkrut ayahnya yang juga bernama Victor. Sementara bagi mempelai wanita bisa mencemarkan nama baiknya. Ia akan sulit mencari suami baru dan berisiko diusir dari komunitas tersebut.
Victor dan Maria tumbuh dan bermain bersama dalam komunitas tersebut. Namun mereka masih terlalu kecil mengetahui tentang komitmen yang harus mereka jalani.
“Anak-anak bahkan tidak tahu apa arti tradisi perjodohan ini. Mereka mengira ini cuma pesta biasa. Jika sudah dewasa mereka akan diberitahu dan akan menikah di usia 16 dan 18 tahun,” kata Traian. Bahkan, yang lebih ekstrem lagi, pernikahan telah direncakan jauh-jauh hari sebelum si anak dilahirkan.
Romania memiliki populasi kaum gipsi terbesar di dunia. Dua juta penduduk gipsi, 5 hingga 10 persennya tinggal di sana. Meski Romania sudah bergabung dengan Uni Eropa tahun 2007, kaum gipsi seolah lepas dari regulasi Uni Eropa. Mereka bekerja dan hidup dalam ritual dan tradisi yang mereka miliki. lihat sumbernya...