Tujuh belas Agustus! Hari kemerdekaan selalu diperingati dengan berbagai lomba, ada lomba makan krupuk, lomba balap karung dan yang tak pernah ketinggalan: lomba panjat pinang! Kamu tahu asal-usul lomba yang selalu meriah dan ramai ditonton orang ini?
Pohon pinang didirikan di lapangan. Pohon pinang dipilih karena batangnya tinggi, licin dan tidak bercabang. Batang pohong pinang dilumuri pelumas supaya licin. Di atasnya dipasang lingkaran dari bambu dan berbagai hadiah digantungkan di situ. Dan dipuncaknya, selalu dipasang bendera Merah Putih.
Satu kelompok panjat pinang terdiri dari 5 sampai tujuh orang. Beberapa dipilih yang berbadan besar dan kekar, berperan sebagai fondasi di bagian bawah. Untuk di bagian puncak dipilih orang yang berbadan kecil dan lincah memanjat. Semua kelompok bergantian memanjat dan memperebutkan hadiah. Mula-mula satu orang berdiri di depan pohon pinang, orang kedua berdiri di pundaknya, kemudian orang ketiga berdiri di pundak orang kedua dan seterusnya sehingga tingginya hampir mendekati puncak pohon pinang. Orang yang ada di puncak berusaha meraih hadiah yang tergantung. Hadiah yang berhasil dijatuhkan menjadi hak kelompok itu.
Memanjat dan berdiri di atas pundak orang lain, sambil menahan beban orang lain di atas tubuhnya hingga 4 sampai 5 orang, dan berusaha mengambil hadiah yang sulit diraih, bukan hal yang mudah. Apalagi tubuh mereka juga mau tidak mau terkena pelumas sehingga menjadi licin. Usaha mereka untuk mencapai puncak sering menjadi lucu dan seru sehingga orang suka menonton.
Banyak juga orang yang tidak setuju dengan diadakannya lomba ini, karena dianggap tidak manusiawi dan cukup berbahaya. Kaki-kaki peserta yang terkena pelumas akan ditempeli pasir dan kotoran lain sehingga sering menimbulkan lecet-lecet pada pundak orang yang di bawahnya. Risiko terpleset, kesleo dan terjatuh juga sering terjadi. Namun kebanyakan orang menyukainya karena lomba ini menunjukkan kemauan bekerja keras yang dibutuhkan kerja sama yang kompak untuk berhasil mendapatkan hadiah.
Lomba panjat pinang berasal dari jaman penjajahan Belanda dan merupakan hiburan bagi orang-orang Belanda pada acara-acara besar, dan orang-orang pribumi yang menjadi pesertanya. Orang-orang Belanda tertawa melihat bagaimana orang-orang pribumi bersusah payah memperebutkan hadiah berupa gula, makanan dan pakaian yang mereka anggap mewah. Mungkin karena itulah lomba ini selalu diadakan pada peringatan kemerdekaan, sebagai lambang kebebasan bangsa kita dari kekuasaan bangsa lain.