Jurig jarian (Hantu tempat sampah) adalah salah satu jenis hantu yang keberadaannya dipercayai oleh masyarakat sunda.Seperti namanya,jarian = tempat sampah.Artian dalam tempat sampah ini adalah bukan tempat sampah yang biasanya ada di rumah,melainkan tempat pembuangan sampah yang lumayan besar dan biasanya berada di daerah perkampungan.
Hantu ini relatif tidak pernah mengganggu manusia namun bila pada sore hari menjelang maghrib ada orang yang berada di dekat tempat pembuangan sampah yang dimana hantu itu bersemayam maka orang tersebut akan diganggu.Terutama anak-anak dan ibu hamil,bila yang diganggunya adalah anak kecil maka anak kecil tersebut akan merasa meriang,demam dan adanya bentol-bentol besar di sekujur tubuh.Sedangkan jika ibu hamil,dia akan kesurupan.
2. 2.Jurig gulutuk sengir
gulutuk sengir adalah salah satu kepercayaan di masyarakat sunda,hampir di setiap daerah ada cerita mengenai jurig gulutuk sengir terutama di daerah,sumedang dan majalengka.Hantu ini sangatlah terkenal dikedua daerah tersebut.
Apabila ditilik dari asal usul sejarah jurig gulutuk sengir maka konon,hantu ini berasal dari korban pada zaman penjajahan dulu.Mereka adalah para tahanan atau masyarakat yang dipancung karena melawan kepada pemerintahan belanda.Terutama bila jasad dan kepalanya tidak dikuburkan secara bersamaan maka akan menjadi jurig gulutuk sengir(biasanya kepala tersebut dibuang ke hutan bambu/salak yang sangat lebat karena eksekusi hukuman pancung sering dilaksanakan di hutan-hutan).
3. 3.Kemangmang
Konon, jin jenis ini biasa menampakkan diri dalam wujud seekor katak raksasa, dengan tengkuk membawa api berkobar-kobar. Api inilah yang bisa membakar apa saja....Istilah Kemangmang mungkin sudah tercetus sejak berabad-abad silam. Dia dipercaya sebagai makhluk yang berada dalam lingkup alam gaib. Termasuk bangsa jin.Berbeda dengan jenis jin lain yang punya karakter dan bentuk penampakkannya menyerupai fisik manusia, Kemangmang wujud penampakkan fisiknya disebutkan berupa sosok katak air dalam ukuran jumbo. Setidaknya, kepercayaan semacam ini tumbuh subur di kalangan masyarakat Pantura, Jawa Barat, khususnya di daerah Indramayu dan sekitarnya.