Masa kecil yang tidak bahagia membuat model Inggris, Alicia Douvall (28) mengambil keputusan ekstrem dalam hidupnya. Ia terobsesi mengubah dirinya menjadi sosok yang baru, demikian pula dengan wajahnya.
Untuk memenuhi keinginan tersebut, ia melakukan beragam operasi plastik. Tercatat lebih dari 100 kali ia terbaring di meja operasi.
Kini, setelah mengikuti program rehabilitasi, Alicia memutuskan tidak lagi melakukannya. Ia membatalkan rencana operasi terakhirnya, mengencangkan jemari kakinya.
“Saya memiliki masa kecil yang tidak bahagia. Saya mengalami kekerasan fisik waktu itu. Sejak saat itu hingga kini saya selalu hidup dalam ketakutan,” ungkap Alicia, memulai wawancara khususnya dengan harian The Sun, Senin (9/2).
Kekerasan tersebut dilakukan salah satu keluarga dekatnya. Pemilik nama asli Sarah Howes ini enggan mengungkapkan siapa pelakunya. Toh, hal inilah yang membuatnya memiliki obsesi ekstrim. Ia "membunuh" sosok Sarah dan tidak membiarkan benaknya mengenang kejadian pada masa lampau karena terlalu menyakitkan.
“Yang saya inginkan adalah menjadi Alicia Douvall. Saya begitu membenci diri saya sendiri karena menjadi sosok paling jelek di dunia,” ujarnya.
Alicia tumbuh di sebuah rumah besar di kawasan Handcross, West Sussex. Ia tidak mudah bergaul dengan rekan-rekan sebayanya karena ia begitu tertekan dan tidak bahagia. Saat berusia 14 tahun ia menjadi liar. Tak ada satu pun yang bisa menghukumnya karena ia melakukan keliaran tersebut di luar sekolah.
Pil pengubah warna kulit dikonsumsinya sejak usia 10 tahun. Ia juga menyisihkan sebagian uangnya untuk membeli krim khusus agar kulitnya bisa berubah warna. Tak lupa Alicia mengganti warna rambutnya dari coklat menjadi pirang. Penyakit anoreksia dan bulimia pernah hinggap pada dirinya.
“Saya biasa menahan lapar dua hingga tiga hari. Kemudian saya makan dalam jumlah besar hanya untuk memuntahkannya,” kata Alicia blak-blakan.
Saat usianya remaja, ia hamil dan melahirkan putrinya, Georgia. Ia memutuskan untuk melahirkan Georgia karena ingin ada seseorang yang mencintainya dan dicintainya. Nyatanya, kedua orangtuanya mengambil alih pengasuhan putrinya. Mereka menilai Alicia tidak mampu membesarkan putrinya.
“Saat orangtua mengatakan saya tidak mampu, saya mempercayainya sehingga saya berambisi mengumpulkan uang sebanyak mungkin agar saya bisa mengambilnya kembali suatu hari nanti,” ujar Alicia.
Operasi plastik pertama dilakukannya pada usia 17 tahun. Ia mengoperasi payudaranya, mengganti namanya, dan masuk di lingkungan gadis-gadis glamor. Ia melakukan hal terbaik untuk meletakkan masa lalunya jauh-jauh di belakang. Alicia mulai menapaki kariernya menjadi model berkat tubuhnya yang aduhai.
Pria-pria pun meliriknya, mulai dari pesepak bola Dwight Yorke, aktor Mickey Rourke, Calum Best, Dennis Rodman, Lee Ryan, Simon Cowell, Mick Hucknall, hingga Dean Gaffney.
Operasi plastik terus dilakukannya. Awalnya ia hanya ingin memperbesar payudaranya, tetapi ia merasa tidak puas dengan keadaan tubuhnya yang lain. Saat mendapat larangan melakukan operasi di Inggris, ia lari ke Amerika dan melakukan operasi di sana. Saking banyaknya operasi yang dilakukannya, ia dijuluki "Pengantin Frankenstein".
“Saya menjalani lebih dari 100 operasi, mulai dari operasi payudara, hidung, pinggang, pinggul, dan semuanya. Saya seperti tidak terkontrol,” tutur Alicia.
Hampir empat hari sekali ia menjalani operasi-operasi tersebut. Beragam pil penghilang rasa sakit ditelannya. Dan kini ia merasakan akibatnya. Tubuhnya menjadi mati rasa.
“Saya tidak bisa merasakan sentuhan di payudara kiri atau perut. Bila Anda mencubitnya, saya tidak akan merasakannya. Daya ingat saya menurun. Saya tahu akan mati jika tidak segera mendapat pertolongan,” kata Alicia.
Untunglah, dewi penolong segera datang menyelamatkan hidup Alicia. Tak lain putrinya sendiri, Georgia. Setelah putrinya diambil dari kedua orangtuanya dan tinggal bersamanya, semangat hidupnya bangkit kembali. Georgia menangis setiap kali melihat kondisi ibunya. Ia takut bila harus kehilangan figur seorang ibu.
“Georgia selalu melihat saya tidak bisa berbicara saat mengonsumsi obat penghilang rasa sakit. Ia mengira saya akan mati. Kini kami menjadi kuat satu sama lain. Ia seperti mendapat seorang ibu lagi,” kata Alicia.
Kini Alicia menjalani terapi psikologis setiap empat hari sekali. “Konseling ini mampu menyelamatkan hidup saya. Tidak diragukan lagi,” pungkasnya.