Dahulu kala, seorang buta pergi bersama seorang teman yang dapat melihat. Mereka berkuda sepanjang hari. Ketika malam tiba, mereka beristirahat di padang rumput.
Menjelang fajar, mereka bersiap-siap melanjutkan perjalanan. Si orang buta mencari-cari cambuknya. Kebetulan seekor ular berbaring di dekatnya, kaku karena kedinginan.
Orang buta memegang ular itu dan berkata dalam hati, “Aneh, tidak seperti biasanya, cambuk ini lunak sekali.” Ia mengambilnya dan menunggangi kudanya.
Ketika hari mulai terang, teman si buta melihat bahwa temannya sedang memegang seekor ular. Ia pun berteriak ketakutan, “Kawan, yang kau pegang itu bukan cambuk tetapi seekor ular. Cepat lemparkan sebelum ia menggigitmu!”
Namun si buta hanya tertawa. “Kau iri ya? Aku kehilangan cambukku, namun sebagai gantinya aku mendapatkan yang lebih lunak dan lebih baik. Kau pikir karena aku buta, aku bodoh ya? Aku tidak sebodoh itu, sehingga tidak dapat membedakan cambuk dengan ular.”
“Kawanku,” jawab temannya, “Demi keselamatanmu sendiri, aku mohon percayalah kepadaku dan buang ular itu.”
Namun si orang buta justeru mengencangkan pegangannya pada ular itu. Ular terkejut, ia melingkarkan tubuhnya pada pergelangan tangan si buta dan menggigit sehingga si buta tewas seketika.