MARVEL COMIC |
Suatu hari, seorang samurai yang sangat terkenal datang menemui seorang ahli Zen. Si samurai bisa merasakan kewibawaan yang memancarkan keindahan dari ahli Zen itu. Samurai yang angkuh itu mendadak merasa lebih rendah, tidak hebat dan lemah. Lalu bertanya kepada ahli Zen.
“Mengapa saya mendadak merasa lemah? Sebelumnya saya merasa baik-baik saja. Tapi, ketika memasuki halaman ini, saya mendadak merasa lemah dan tidak hebat. Saya belum pernah merasa seperti ini. Saya sering menghadapi kematian dan sama sekali tidak gentar. Tapi mengapa sekarang saya merasa takut?”
“Tunggu saja dulu. Saya akan menjawabnya sesudah semua orang pulang,” jawab ahli Zen.
Sepanjang hari itu orang-orang terus berdatangan untuk bertemu dengan ahli Zen. Samurai merasa letih karena harus menunggu lama. Tapi karena penasaran, dia terus juga menunggu. Sampai pada malam hari, ketika semua tamu sudah pergi dan ruang menjadi kosong. Samurai itu lalu berkata,
“Sekarang, apakah Anda bisa menjawab pertanyaan saya?”
Ahli Zen itu berkata, “Mari kita keluar.”
Malam itu malam bulan purnama. Bulan penuh nan indah baru saja muncul di cakrawala. Ahli Zen itu berkata,
“Lihatlah pohon-pohon itu. Pohon yang satu tinggi menjulang ke langit. Pohon disebelahnya pendek. Keduanya sama-sama tumbuh di luar jendela saya selama bertahun-tahun. Dan mereka tak pernah punya masalah apapun. Pohon yang lebih kecil tak pernah berkata kepada pohon tinggi perkasa, ‘Mengapa saya merasa lebih rendah daripada kamu?’ Pohon ini kecil dan pohon itu besar. Mengapa saya tak pernah mendengar bisikan seperti itu?”
“Karena mereka tak dapat membandingkan,”ujar Samurai itu.
“Kalau begitu, Anda tak perlu lagi bertanya kepada saya. Anda sudah tahu jawabannya,” kata ahli Zen itu.
“Setiap Orang Punya Keunikan Sendiri.”
Andaikan saya adalah bunga.
Saya akan menikmati kehidupan tenang tanpa cemas.
Jika saatnya mekar, saya akan mekar.
Jika saatnya menebarkan benih, saya akan menebarkan benih.
Saya tak akan memperhatikan pohon raksasa dan perkasa berumur ribuan tahun disebelah saya…
Karena saya bunga dan dia pohon. Dia adalah dia. Saya adalah saya. Saya bukan dia.
.
.