Rabu, 30 Maret 2011

Bisnis Puyuh Memang Sedang Ampuh

Oleh karena wabah Avia Influenza beberapa waktu silam, populasi puyuh nasional menurun drastis. Bahkan beberapa sentra gemak, begitu orang Jawa menamai burung mungil ini, berhenti produksi. Contohnya adalah daerah Jawa Timur, khususnya Blitar yang sedari dulu dikenal sebagai sentra puyuh. Namun begitu, ada pula beberapa yang masih eksis. Bahkan kini menuai laba. Salah satunya adalah PT Peksi Gunaraharja, sebuah perusahaan integrasi puyuh terbesar di DI. Yogyakarta.
“Sekarang populasi Peksi besar dan tidak punya saingan, karena Jawa Timur sudah ambles. Ini bisa dilihat pada data Peksi bahwa omzet telur sekarang sampai 5,5 juta per minggu, sedangkan sebelumnya hanya 3,3 juta. Dan harga telur puyuh pun sedang bagus. Rata-rata harga di tahun 2009 ini bisa Rp 159 ,- per butir. Padahal di tahun sebelumnya hanya pada kisaran Rp 150-155,-, “ujar Ir. Tri Hertyasno, Head of Research and Development PT Peksi Gunaraharja saat akan menghadiri syawalan di Kelompok Sehati, Desa Siraman I, Wonosari, Gunung Kidul (3/10) bersama rekan-rekan Peksi. Selain itu, imbuh lulusan Fapet UGM, animo masyarakat untuk beternak puyuh juga sedang bagus. Maka jangan heran, apabila plasma pesan DOQ sekarang, maka baru dapat bulan Desember.
Kelompok Sehati adalah salah satu dari ratusan kelompok plasma puyuh binaan Peksi. Dan uniknya, kelompok dengan jumlah anggota 48 orang ini mayoritas pelakunya adalah ibu-ibu, tua maupun muda. Maka tak salah lagi kelompok yang berdiri sejak 2006 ini menjadi satu-satunya kelompok yang mayoritas beranggotakan kaum hawa di seantero Indonesia. “Setiap anggota rata-rata memelihara 2000 ekor, tapi ada juga yang 1000. Yang ngingu 4000 saja ada, “aku Wiyanti, Bendahara Kelompok Sehati di sela-sela acara syawalan yang digelar malam hari dan diiringi hiburan musik campur sari. Sebelum musik mengalun, pengajian sudah datang duluan.
Menurut hitungan manajemen Peksi, kelompok ini memiliki populasi 70 ribu ekor. Padahal plasma Peksi tersebar seantero Jawa Tengah dan DI. Yogyakarta dengan jumlah plasma sekitar 700 orang. Sehingga total jenderal, populasi puyuh perusahaan yang berkantor di Selomartani, Kalasan, Sleman, DI. Yogyakarta ini mendekati 1,3 juta ekor. Jumlah itu belum termasuk plasma puyuh pejantan yang juga menjadi salah satu andalan Peksi.
Tak hanya sektor perbibitan dan kemitraan, Peksi juga menggarap sektor pemotongan. Dengan populasi sebanyak itu, “Setiap bulan sedikitnya 30 ribu ekor puyuh pejantan dan puyuh afkir dipotong Rumah Potong Burung milik PT Peksi Guna Raharja, “ucap Tri. Lantas daging puyuh ini dijajakan mengikuti jalur pemasaran telur puyuh, yaitu Jawa Barat, utamanya Cirebon, Bandung dan DKI Jakarta sebagai pasar dominannya.
Selain Peksi, DI. Yogyakarta juga punya Dian Kurnia yang digawangi Turmudzi, tepatnya di Bilangan Minggir, Sleman dan Maryanto yang punya farm di Argorejo, Sedayu, Bantul. Meski kalah jauh ketimbang sang raksasa Peksi, namun keduanya pun pantang menyerah. Buktinya, belum lama ini AGRINA menyambangi Dian Kurnia, mereka bilang bahwa pesanan DOQ terus ada, tidak ada tanda-tanda menurun. Sebagaimana Peksi, Dian Kurnia juga sudah mendekati integrasi, hanya saja DK tidak memiliki usaha pemotongan puyuh. Sedangkan Maryanto saat ini pun masih memelihara puyuh dan memiliki plasma. Hal ini membuktikan bahwa puyuh sedang nggendero. Memang, puyuh sedang ampuh.
(dikutip dari: g242)
==================================>
◄ Newer Post Older Post ►