Orang tua masa kini sering menginginkan anak-anak mereka menjadi bilingual atau trilingual. Itulah sebabnya sekarang sekolah-sekolah bahkan kelompok bermain tiga bahasa bermunculan seperti jamur di musim hujan. Itu sah-sah saja, namun sayangnya sekolah semacam itu tidak dapat dijangkau oleh semua orang tua karena sekolah seperti itu biasanya mahal.
Padahal, tanpa disadari anak-anak Indonesia justru lebih banyak yang bilingual dari pada yang monolingual. Anda tidak percaya?
Bilingual tidak harus berarti anak menggunakan bahasa Indonsia sebagai bahasa ibu dan belajar bahasa asing seperti Inggris dan Mandarin misalnya, namun bisa juga anak menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa daerah seperti bahasa Jawa, Sunda dan sebagainya. Jadi apakah anak anda monolingual, bilingual atau bahkan multilingual?
Sebagai contoh, anak-anak dari sebuah keluarga yang tinggal di Jakarta, sang ayah berasal dari Bandung dan bunda dari Yogyakarta. Anak-anak ini menggunakan bahasa Indonesia di sekolah dan dalam percakapan sehari-hari, namun juga sering mendengar ayahnya bercakap-cakap dengan keluarganya dengan bahasa Sunda dan bila ibunya bertemu dengan keluarganya dan temannya mereka akan mendengar bahasa Jawa. Mereka juga menggunakan bahasa daerah sejak masih kecil. Anak-anak keluarga ini otomatis menjadi bilingual, bahkan multilingual.
Jadi, apa untungnya bilingual? Penelitian telah dilakukan terhadap anak-anak dari keluarga yang menggunakan bahasa selain bahasa dominan yang digunakan di luar rumah, misalnya sekolah. Dibandingkan dengan anak-anak monolingual, para bilingual lebih mampu memfokuskan perhatian, lebih tahan terhadap gangguan (distraction), lebih baik dalam membuat keputusan dan lebih responsif. Pemeriksaan scan MRI pada anak-anak ini menunjukkan adanya lebih banyak aktivitas pada jaringan-jaringan prefrontal cortex pada otak yang mengendalikan fungsi-fungsi eksekutif tersebut.
Otak anak-anak bilingual dilatih menggunakan beberapa bahasa terus menerus sejak dini. Pada anak yang menggunakan lebih dari satu bahasa, bahasa-bahasa itu sama-sama aktif dalam otak mereka. Dalam keseharian mereka harus berpindah-pindah menggunakan bahasa itu. Kadang-kadang mereka juga menggabungkan beberapa bahasa dalam satu percakapan, Misalnya, “Bu, Bulik kekeuh mau kondur ke Yogya hari ini.” (“Bu, Bibi ngotot mau pulang ke Yogya hari ini.”).
Anak-anak bilingual perlu sering memilih bahasa mana yang mereka perlukan, tata bahasa yang tepat dalam bahasa tersebut dan menyesuaikan dengan pengertian yang ingin mereka sampaikan setiap kali mereka berkomunikasi. Untuk melakukan ini otak harus dengan aktif mengevaluasi sistem dari bahasa-bahasa itu dan fokus pada bahasa yang dipilih. Proses eveluasi dan pemilihan bahasa ini melatih sirkuit-sirkuit otak yang mengendalikan pemusatan perhatian dan pengabaian gangguan (distraction).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh psikolog Kanada Ellen Biallystok pada tahun 2009, anak-anak yang berada dalam lingkungan yang bilingual selama 5 hingga 10 tahun mencapai hasil yang lebih cemerlang dalam tes-tes kognitif. Hal ini karena anak-anak bilingual memiliki pemahaman yang lebih kuat yang memungkinkan mereka menyampaikan hal yang sama dengan bahasa yang berbeda.
Penelitian juga menunjukkan bahwa kondisi bilingual juga meningkatkan fungsi-fungsi eksekutif di hippocampus yang bekerja pada memori jangka pendek. Hippocampus adalah bagian otak dimana informasi pertama kali diolah menjadi memori sebelum dikirim ke prefrontal cortex untuk diolah lagi menjadi memori jangka panjang. Kemampuan memegang informasi ini sangat dibutuhkan anak bilingual untuk melatih fungsi eksekutif otak untuk memusatkan perhatian dan mengevaluasi bahasa yang pada gilirannya meningkatkan kognisi non verbal mereka.
Anak-anak bilingual biasanya menunjukkan kelebihan sebagai berikut:
- Kemampuan metalinguistik yaitu kemampuan menyadari bahasa sebagai sebuah sistem sehingga mereka lebih mudah mempelajari bahasa karena tingkat pemahaman yang tinggi.
- Lebih mudah memusatkan perhatian dan mengabaikan gangguan.
- Kemampuan kognitif yang lebih baik
- Kemampuan yang lebih baik dalam memecahkan masalah
- Memori yang lebih baik
- Kemampuan yang lebih baik dalam membaca, matematika dan hipotesis dalam sains
- Pencapaian akademis yang lebih tinggi
Tetaplah menggunakan bahasa ibu anda di rumah. Anda dapat dengan aktif menggunakan bahasa daerah, atau anda tentu dapat berkomunikasi dengan bahasa asing sejak dini. Anda tidak perlu berpikir, “Ah, bahasa Jawa saya kasar,” atau “Bahasa Inggris saya kan berantakan?”
Bila anak anda dijaga oleh pengasuh yang menggunakan bahasa daerah lain, jangan larang pengasuh anak anda menggunakan bahasanya sendiri. Anda juga bisa mempertimbangkan untuk mempelajari sebuah bahasa asing bersama anak-anak anda.
Yang penting di sini adalah anda tidak memaksakan anak yang masih kecil mempelajari sebuah bahasa secara khusus. Anda cukup mengenalkannya dengan menggunakannya sehari-hari di rumah dan melibatkan anak anda dalam percakapan dengan bahasa tersebut.
Anda mungkin berpikir bahwa bahasa daerah dan bahasa asing tidak perlu dikenalkan kepada anak-anak, toh sehari-hari anda dan anak berkomunikasi dengan bahasa Indonesia. Namun, anda dapat mempertimbangkan manfaat bagi anak anda dengan mengenalkan bahasa kedua kepada anak sejak dini. Bila anda belum melakukannya, tidak ada kata terlambat, anda dapat memulainya sekarang.