Rabu, 01 Februari 2012

SURGA BELANJA DI INDONESIA

Apa sajakah pasar-pasar yang menarik untuk dikunjungi di Indonesia? Simak ulasannya berikut ini:



Pasar Atas, Bukittinggi

Pasar tradisional di kota Bukittinggi, Sumatra Barat ini merupakan pusat grosir yang terkenal cukup murah. Pasar terletak di pusat kota Bukittinggi, tepatnya di bawah Jam Gadang.

Pasar Atas menjual berbagai barang, mulai pakaian, aksesori, peralatan rumah tangga, kerajinan tangan, serta souvenir lokal seperti gantungan kunci berbentuk jam gadang atau replika kecil ngarai sianok. Pasar yang selalu ramai setiap liburan oleh wisatawan asing ini menjadi pilihan tepat untuk membeli oleh-oleh khas Sumatra Barat. Apabila lapar, di dalam pasar terdapat banyak tempat makan khas Padang, seperti sate, soto, dan nasi padang yang lezat.



Pasar Bawah, Pekanbaru

Pasar Bawah adalah pusat perbelanjaan terkenal yang telah menjadi ikon tempat wisata belanja di Kota Pekanbaru, Riau. Pasar ini menyediakan barang-barang antik, juga peralatan umah tangga yang terbuat dari keramik dan porselen.

Rata-rata harga barangnya cukup murah karena didapatkan langsung dari Kota Batam setelah diimpor dari China. Pasar ini disebut chinatown-nya kota Pekanbaru karena arsitektur bangunannya merupakan campuran gaya Melayu dan Tionghoa.



Nagoya, Batam

Bagi yang sudah pernah berkunjung ke Batam pasti sudah tidak asing lagi dengan pusat perbelanjaan ini. Nagoya mulai dikembangkan pada 2006 oleh pemerintah Batam, sebagai pusat perbelanjaan yang fokus pada barang-barang elektronik.

Gadget elektronik seperti ponsel dan laptop dapat dibeli dengan harga cukup murah. Maklum, letaknya dekat dengan pelabuhan sehingga barang-barang impor tidak dikenai pajak yang besar. Pusat perbelanjaan ini bahkan sering dikunjungi wisatawan dari Malaysia dan Singapura karena letaknya sangat dekat dengan kedua negara tersebut.



Passer Baroe, Jakarta

Passer Baroe atau lebih dikenal dengan nama Pasar Baru adalah pasar yang sudah cukup lama berdiri di Kota Jakarta. Pasar ini merupakan warisan jaman Belanda, tepatnya sejak 1820.

Dulu, pasar ini terkenal sebagai daerah pertokoan elit karena lokasinya yang berdekatan dengan kawasan Rijswijk (sekarang Jalan Veteran, Jakarta Pusat), sebuah kawasan orang-orang kaya di Batavia. Sejak Indonesia merdeka, Pasar Baru pada 1930 telah menjadi pusat aktivitas ekonomi Jakarta. Namun, hal ini tak bertahan lama seiring derasnya arus modernisasi yang merembes ke kota-kota besar di Indonesia.

Lambat laun, gema Pasar Baru semakin menurun, seiring dengan merebaknya pusat-pusat perbelanjaan yang lebih modern, seperti mal, supermarket, atau bahkan hypermarket. Untuk melindungi pasar yang syarat nilai sejarah ini dari kepunahan, pada 2000, Pemerintah DKI Jakarta menetapkan Pasar Baru dan kawasan sekitarnya sebagai kawasan belanja bertaraf internasional, melalui SK Gubernur No. 3048 tahun 2000.

Kini Pasar Baru tetap eksis dengan menyediakan aneka barang dagangan dan terdiri dari enam kawasan, yakni Metro Pasar Baru, Metro Atom, Harco Pasar Baru, Pasar Baru, Istana Pasar Baru, dan Kawasan Pintu Air. Pasar Baru juga menjual banyak kamera antik serta banyak toko kain yang dikelola pedagang dari India.




Pasar Beringharjo, Yogyakarta

Pasar yang terletak di kawasan Malioboro ini mempunyai nilai historis dan filosofis yang tidak dapat dipisahkan dengan Keraton Yogyakarta. Pembangunan pasar merupakan salah satu bagian dari rancang bangun pola tata kota Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, yang biasa disebut pola Catur Tunggal dengan cakupan empat hal, yakni keraton sebagai pusat pemerintahan, alun-alun sebagai ruang publik, masjid sebagai tempat ibadah, dan pasar sebagai pusat transaksi ekonomi.

Pasar yang interior bangunannya merupakan gabungan gaya Jawa dan kolonial ini menjual berbagai baju dan kerajinan kain batik dengan harga sangat murah, tentu saja setelah ditawar terlebih dahulu. Pasar yang terdiri dari 7.000 pedagang ini tidak pernah sepi pengunjung setiap harinya. Pasar mulai beroperasi pukul 10.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB.



Pasar Batu Permata dan Cenderamata Cahaya Bumi Selamat Martapura

Martapura, Kalimantan Selatan, terkenal dengan hasil tambang intan, serta batu mulia lain seperti berlian dan permata. Karena itulah komoditas utama yang dijual di kota ini kerajinan dan perhiasan yang terbuat dari intan permata.

Di pasar yang cukup luas ini, wisatawan akan menjumpai toko-toko yang memajang kilau keindahan batu permata. Batu-batu tersebut ada yang sudah dipadupadankan dalam bentuk perhiasan, juga yang berupa batu murni.

Selain itu, ada pula aneka aksesori yang diciptakan dengan bahan dasar batu. Selain perhiasan dan aksesori, Pasar Cahaya Bumi Selamat menyediakan kerajinan tangan khas daerah hingga ramuan obat dari Kalimantan, seperti pasak bumi.

Semua permata yang ada disini memiliki harga beragam, dari harga murah hingga permata berharga selangit. Kemudian, hanya sekira 7 kilometer dari pasar, wisatawan dapat mengunjungi tempat pendulangan intan, yang masih ditambang dengan cara tradisional.



Pasar Seni Sukawati, Bali

Pasar ini terletak di Desa Sukawati, sekira 1 jam perjalanan dari kota Denpasar. Pasar ini sudah ada sejak 1980-an, menjual kerajinan tangan dan baju-baju khas Bali. Di sini juga menjual berbagai lukisan lokal, gantungan kunci, serta gelang-gelang cantik terbuat dari kayu.

Waktu paling tepat untuk belanja di Pasar Seni Sukawati adalah pagi hari sekitar pukul 08.00-10.00 WITA. Hal ini dikarenakan para penjual baru saja selesai bersembahyang dan membuka kiosnya. Menurut kepercayaan mereka, barang yang dijual pertama kali di pagi hari akan mendatangkan penglaris untuk hari itu.

Oleh sebab itu, biasanya pedagang akan menjual dagangan mereka dengan harga yang cukup murah. Bagi wisatawan yang mengunjungi Bali, berbelanja di Pasar Sukawati ini merupakan suatu keharusan.



Pasar Jibama, Wamena

Pasar Jibama merupakan pasar terbesar yang ada di Kota Wamena, Provinsi Papua. Pasar ini adalah pasar rakyat yang memertemukan penjual dan pembeli di sekitar Lembah Baliem. Pasar ini menjajakan hasil bumi lokal seperti sayur-sayuran, buah, dan juga tembakau.

Ada pula kerajinan lokal seperti koteka, noken (tas wanita papua) dan yeraanggen (perhiasan yang terbuat dari taring babi). Pasar Jibama juga menjual bunga abadi, bukan bunga edelweiss melainkan bunga khas wamena yang berwarna-warni dan sekilas tampak seperti bunga kertas. Bunga ini dapat bertahan hingga bertahun-tahun.
Pasar Tanah Abang








Pasar Tanah Abang atau Pasar Sabtu dibangun oleh Yustinus Vinck pada 30 Agustus 1735. Yustinus Vinck menirikan Pasar Tanah Abang Pasar atas izin dari Gubernur Jenderal Abraham Patramini. Ijin yang diberikan saat itu untuk Pasar Tanah Abang adalah untuk berjualan tekstil serta barang kelontong dan hanya buka setiap hari Sabtu. Oleh karena itu, pasar ini disebut Pasar Sabtu. Pasar ini mampu menyaingi Pasar Senen (Welter Vreden) yang sudah lebih dulu maju.

Pada tahun 1940 terjadi Peristiwa Chineezenmoord, pembantaian orang-orang China, perusakan harta benda, termasuk Pasar Tanah Abang diporak-porandakan dan dibakar. Pada tahun 1881, Pasar Tanah Abang kembali dibangun dan yang tadinya dibuka pada hari Sabtu, ditambah hari Rabu, sehingga Pasar Tanah Abang dibuka 2 kali seminggu. Bangunan Pasar pada mulanya sangat sederhana ,terdiri dari dinding bambu dan papan serta atap rumbia dari 229 papan dan 139 petak bambu.. Pasar Tanah Abang terus mengalami perbaikan hingga akhir abad ke-19 dan bagian lantainya mulai dikeraskan dengan pondasi adukan. Pada tahun 1913, Pasar Tanah Abang kembali diperbaiki. Pada tahun 1926 pemerintah Batavia membongkar Pasar Tanah Abang dan diganti bangunan permanen berupa tiga los panjang dari tembok dan papan serta beratap genteng, dengan kantor pasarnya berada di atas bangunan pasar mirip kandang burung. Pelataran parkir di depan pasar menjadi tempat parkir kuda-kuda penarik delman dan gerobak. Di situ tersedia kobakan air yang cukup besar, dan di seberang jalan ada toko yang khusus menjual dedak makanan kuda. Beberapa puluh meter dari toko dedak ada sebuah gang yang dikenal sebagai Gang Madat, tempat lokalisasi para pemadat. Pada zaman pendudukan Jepang, pasar ini hampir tidak berfungsi, dan menjadi tempat para gelandangan.

Pasar Tanah Abang semakin berkembang setelah dibangunnya Stasiun Tanah Abang. Ditempat tersebut mulai dibangun tempat-tempat seperti Masjid Al Makmur dan Klenteng Hok Tek Tjen Sien yang keduanya seusia dengan Pasar Tanah Abang. Pada tahun 1973, Pasar Tanah Abang diremajakan, diganti dengan 4 bangunan berlantai empat, dan sudah mengalami dua kali kebakaran, pertama tanggal 30 Desember 1978, Blok A di lantai tiga dan kedua menimpa Blok B tanggal 13 Agustus 1979. Pada tahun 1975 tercatat kiosnya ada 4.351 buah dengan 3.016 pedagang
◄ Newer Post Older Post ►