HIPNOTIS menjadi modus kriminal yang semakin memakan banyak korban selama beberapa tahun belakangan. Kebanyakan korbannya ialah kaum hawa.
Apa yang sebenarnya terjadi saat Anda dihipnotis? Sakari Kallio, seorang professor dari University of Skovde, Swedia, mencoba menguak misteri ini.
Ditulis Huffington Post, Kallio percaya, hipnotis melibatkan kondisi jiwa tertentu yang berbeda dengan kesadaran di saat normal.
Kesimpulan ini diambil setelah membandingkan rekaman gerakan mata saat berada dalam pengaruh hipnotis dengan gerakan mata di kondisi normal.
Dengan tiga tes visual berbeda, Kallio dan timnya menemukan, pupil mata korban hipnotis terlihat mengecil dan frekuensi kedipannya semakin jarang, lebih rendah 10 kali lipat dari biasanya.
Seperti dilansir MSNBC, saat diminta untuk melihat ke arah lain, mata korban terlihat bergerak pelan-pelan. Padahal semestinya mata dapat bergerak lebih cepat. Lama-kelamaan, pupil mata terlihat semakin mengecil dan bergerak semakin perlahan, ke depan dan ke belakang.
Hasilnya, saat dihipnotis seseorang lebih mudah berhalusinasi dan mudah terpengaruh sugesti apapun, seperti menyerahkan barang berharga, misalnya. Saat tidak ada sugesti yang diberikan, dia tidak akan bergeming dan pikirannya memasuki kondisi tenang, seperti yang terjadi saat bermeditasi.
Setelah pengaruh hipnotis hilang, sang korban tidak akan ingat apapun yang terjadi saat di bawah pengaruh sugesti. Demikian dipaparkan Kallio yang juga professor di University of Turku, Finlandia.
Para ilmuwan meyakini, hal ini terjadi karena adanya perubahan aktivitas otak yang mengganggu kesadaran diri sang target. Sebagian lagi percaya, saat dihipnotis, otak berfungsi seperti biasanya, begitu pula proses yang normal terjadi. Dalam hal imajinasi, otak berfungsi lebih kencang lagi.
Apa yang sebenarnya terjadi saat Anda dihipnotis? Sakari Kallio, seorang professor dari University of Skovde, Swedia, mencoba menguak misteri ini.
Ditulis Huffington Post, Kallio percaya, hipnotis melibatkan kondisi jiwa tertentu yang berbeda dengan kesadaran di saat normal.
Kesimpulan ini diambil setelah membandingkan rekaman gerakan mata saat berada dalam pengaruh hipnotis dengan gerakan mata di kondisi normal.
Dengan tiga tes visual berbeda, Kallio dan timnya menemukan, pupil mata korban hipnotis terlihat mengecil dan frekuensi kedipannya semakin jarang, lebih rendah 10 kali lipat dari biasanya.
Seperti dilansir MSNBC, saat diminta untuk melihat ke arah lain, mata korban terlihat bergerak pelan-pelan. Padahal semestinya mata dapat bergerak lebih cepat. Lama-kelamaan, pupil mata terlihat semakin mengecil dan bergerak semakin perlahan, ke depan dan ke belakang.
Hasilnya, saat dihipnotis seseorang lebih mudah berhalusinasi dan mudah terpengaruh sugesti apapun, seperti menyerahkan barang berharga, misalnya. Saat tidak ada sugesti yang diberikan, dia tidak akan bergeming dan pikirannya memasuki kondisi tenang, seperti yang terjadi saat bermeditasi.
Setelah pengaruh hipnotis hilang, sang korban tidak akan ingat apapun yang terjadi saat di bawah pengaruh sugesti. Demikian dipaparkan Kallio yang juga professor di University of Turku, Finlandia.
Para ilmuwan meyakini, hal ini terjadi karena adanya perubahan aktivitas otak yang mengganggu kesadaran diri sang target. Sebagian lagi percaya, saat dihipnotis, otak berfungsi seperti biasanya, begitu pula proses yang normal terjadi. Dalam hal imajinasi, otak berfungsi lebih kencang lagi.