Rabu, 09 Maret 2011

MARI LESTARIKAN TERUMBU KARANG INDONESIA

Terumbu karang adalah karang yang terbentuk dari kalsium karbonat koloni kerang laut yang bernama polip yang bersimbiosis dengan organisme miskroskopis yang bernama zooxanthellae. Terumbu karang bisa dikatakan sebagai hutan tropis ekosistem laut. Ekosistem ini terdapat di laut dangkal yang hangat dan bersih dan merupakan ekosistem yang sangat penting dan memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Biasanya tumbuh di dekat pantai di daerah tropis dengan temperatur sekitar 21-300C. Beberapa tempat tumbuhnya terumbu karang adalah pantai timur Afrika, pantai selatan India, Laut Merah, lepas pantai timur laut dan baratl laut Australia hingga ke Polynesia. Terumbu karang juga terdapat di pantai Florida, Karibia dan Brasil. Terumbu karang terbesar adalah Great Barier Reef di lepas pantai timur laut Australia dengan panjang sekitar 2000 km. Terumbu karang merupakan sumber makanan dan obat-obatan dan melindungi pantai dari erosi akibat gelombang laut.

Terumbu karang memberikan perlindungan bagi hewan-hewan dalam habitatnya termasuk sponge, ikan (kerapu, hiu karang, clown fish, belut laut, dll), ubur-ubur, bintang laut, udang-udangan, kura-kura, ular laut, siput laut, cumi-cumi atau gurita, termasuk juga burung-burung laut yang sumber makanannya berada di sekitar ekosistem terumbu karang.

Lorjuk memiliki nama latin Solen grandis. Berdasarkan klasifikasinya Lorjuk atau kerang bambu ini tergolong dalam Phylum Mollusca, Class Bivalvia, Ordo Veneroida dan Famili Solenidae. Lorjuk memiliki cangkang yang panjang dengan dua sisi paralel. Tubuhnya kecil memanjang, salah satu ujungnya berbentuk runcing seperti mata pisau. Kadang Lorjuk menarik badannya masuk ke dalam pasir untuk berlindung dari musuh. Di beberapa negara Lorjuk atau kerang pisau ini dikenal juga dengan beberapa nama seperti “razor clam” atau “jacknife”.
Proses penangkapan lorjuk cukup sulit karena diperlukan alat khusus dan kelihaian nelayan. Sampai saat ini teknik dan alat tangkap yang digunakan masih bersifat tradisional. Nelayan biasanya menggunakan linggis yang berfungsi untuk menggali pasir tempat Lorjuk berada. Proses penggalian pasir pun harus menunggu air lautan surut. Selanjutnya untuk menemukan Lorjuk, nelayan harus tetap menggali pasir yanga ada di area fishing around, karena tidak ada ciri khusus untuk menandakan tempat lorjuk bersembunyi. Untuk itu, kesabaran dan keberuntungan menjadi faktor penentu dalam berburu lorjuk.
Beberapa tahun terakhir, kelompok nelayan yang ada disekitar Pantai Kenjeran Surabaya menemukan teknik baru untuk mendapatkan kerang pisau ini dalam jumlah banyak. Nelayan yang pada saat itu menggunakan alat tangkap bernama “Kerok – kerok” yang berfungsi sebagai penggali pasir, kemudian beralih menggunakan batu gamping dan sabun. Dengan cara menaburkan serpihan batu gamping dan air sabun di area fishing grond (biasanya berjarak 500 – 1000 meter dari pinggir pantai) dan dilakukan saat air laut pasang. Lalu menunggu dengan waktu yang tidak terlalu lama, Lorjuk ini akan muncul sendiri ke atas permukaan air laut, sehingga nelayan bisa dengan mudah mengumpulkannya.
Sampai sejauh ini, teknik ini masih bisa dibilang sangat efektif. Bagaimana tidak, dengan teknik ini nelayan bisa mengumpulkan 50kg tiap kali tebar, sedangkan kalau menggunakan alat tradisional nelayan hanya bisa mendapatkan 3-4kg tiap kali tangkap. Perbedaan yang cukup signifikan ini membuat teknik baru ini pun perlu dicermati, agar hasilnya tidak mencemari lingkungan dan kualitas hasil tangkapan pun terjaga.
Dalam proses pengolahan Lorjuk ini sendiri memerlukan beberapa tahap yaitu :
Lorjuk segar hasil tangkapan ini dicuci untuk membuang pasir laut, Kemudian setelah bersih, direbus selama 1,5 jam hingga kulit/cangkangnya mengelupas sendiri, Selanjutnya Lorjuk ini dijemur selama 4 jam, Setelah kering daging lorjuk ini dipisahkan dari kulitnya, Keringkan kembali daging Lorjuk selama 6 jam, Setelah daging Lorjuk yang benar – benar kering tersebut bisa dipasarkan ataupun diolah lebih lanjut.
Lorjuk yang dijual sebagian besar dalam bentuk matang atau sudah digoreng. Untuk menghasilkan 1kg Lorjuk goreng, pedagang membutuhkan bahan baku Lorjuk segar sekitar 33–35kg. Sebenarnya rendemen Lorjuk kering sekitar 5%, namun karena pada saat Lorjuk di goreng mengalami penyusutan sehingga rendemennya menjadi sekitar 3%. Meskipun rendemennya sangat kecil, namun para pedagang lorjuk tetap tergiur untuk terus mencari dan mengumpilkan bahan baku Lorjuk. Tidak lain dan tidak bukan, alasannya karena nilai jual produknya sangat tinggi.
Untuk memperluas segmentasi pemasaran, beberapa media televisi seperti JTV, Arek TV, dan RCTI juga gencar utuk mempromosikan produk lokal ini agar lebih dikenal oleh masyarakat luas.
Semakin langkanya Lorjuk menyebabkan harganya kian meningkat. Beberapa jenis makanan dan snack berbahan baku lorjuk yang telah dikreasikan oleh masyarakat, yaitu kacang goreng lorjuk, soto lorjuk, petis lorjuk, bothok lorjuk, dan rangginang lorjuk.
 http://www.perikanan-budidaya.kkp.go.id Wednesday, 22 December 2010 09:25
◄ Newer Post Older Post ►